Authentication
207x Tipe PDF Ukuran file 0.97 MB Source: repository.bkpk.kemkes.go.id
PENGARUH pH LARUTAN BUFFER DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS LARVASIDA Bacillus sphaericus 2362 Umi widyastuti1, Blondine C~P' dan R. A. yuniartil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Salatiga. THE EFFECT OFpHAND STORAGE TEMPEmTURE ON LARVICIDAL ACTIVITY Bacillus sphaericus 2362 OF Abstract. A study was conducted to determine I). The effect of increasing pH buffer (4- 10) and storage temperature (4°C) on larvicidal activity of B. sphaericus 2362, 2). The eflect of increasing pH bufler (4-10) and storage temperature (25°C) on larvicidal activity of B. sphaericus 2362, 3) The interaction eflect between increasing pH bufler and storage temperature on persistence of larvacidal activity of B. sphaericus 2362. This study was conductedfiom June-December 2005 and was done in two steps i.e. mosquito and larvae collecting field evaluation) and mosquito and larvae rearing completed with B. sphaericus 2362 was stored in acid, neutral and bioassay (laboratory evaluation). alkaline buflers ranging from pH 4 to I0 at 4'C and 25('C, and was then tested on Anopheles aconitus, Culex quinquefasciatus, and Ae aegypti early fourth instar larvae. The test was conducted according to WHO standard guidelines periodically biweekly until 224 days. Larvicidal activity was calculated based on larval mortality after 48 hours of exposure. The results showed that bioassay test of B. sphaericus 2362 for 48 hours exposure within the concentration of 0.0098 pprn, 0.0035 ppm and 1.3232 pprn were respectively killed 95% of An. aconitus, Culex quinquefasciatus, and Ae aegypti. From each concentration showed that larvicidal activity of B. sphaericus 2362 which was stored in neutral bufler was proven to be longer compared to those which formerly stored in acid and alkaline on three species tested. Larvicidal activity of B. sphaericus (of more than 70%) stored at 4'C in neutral bufler (pH 7) was maintained longer than at 25°C on An. aconitus, respectively 112 days compared to 98 days and it is remained the same 224 days for Cx. quinquefasciatus and 70 days for Ae. aegypti. The best storage regime for maintenance of larvicidal activity of B. sphaericus on An. aconitus, Cx. and for Ae. aegypti larvae was 4°C in neutral buffer. quinquefasciatus B. sphaericus, pathogenicity, pH and storage temperature Keywords: PENDAHULUAN sasaran program, baik terhadap stadium dewasa Malaria, demam berdarah dan fila- maumn ientik. riasis masih merupakan masalah kesehatan Berbagai macam insektisida telah masyarakat di Indonesia. Berbagai upaya digunakan dalam upaya pengendalian telah dilakukan untuk menanggulangi vektor, terutama IRS (Indoor Residual masa!ah penyakit tular vektor tersebut, Spraying) karena efektif, aplikasinya baik secara fisik, kimia, maupun pengen- relatif mudah, dapat mengatasi kejadian dalian hayati. Sampai sekarang pengen- luar biasa (KLB) dan hasilnya diketahui dalian vektor masih merupakan salah satu dengan cepat ('I. Beberapa insektisida yang Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 36, No. I, 2008:33 - 47 digunakan mtuk pengendalian vektor bagi jentik nyamuk yang memakannya. malaria di Indonesia antara lain: a). DDT Setelah toksin tertelan oleh jentik nyamuk (Organokhlorin), digunakan sej ak tahun dan teraktivasi oleh kondisi usus (midgut), 1950- 1992, b). Fenitrothion (Organo- epithelium akan membengkak dan menga- fosfat), digunakan di Jawa dan Sumatera, lami paralisis diikuti oleh kematian jentik c). Fenthion (Organofosfat), digunakan di nyamuk (I0). Efikasi B. sphaericus ber- Kalimantan, d). Bendiocarb (Carbamat), gantung pada keberadaan toksi~l di zona digunakan di Jawa dan Riau, e). Lambda makan jentik ( larvalfeeding zone) ('I) dan Cyhalothrin (Pyrethroid), didistribusikan cli erilaku makan spesies nyamuk sasaran Sulawesi, Maluku, Irian Jaya, Wusa !". Bacillus sphaericus tidak berbahaya Tenggara Barat dm Nusa Tenggara 'Tirnur, terhadap organisme bukan sasaran, inver- f). Permethrin (Pyrethroid) dan g). 1,arva- tebrata atau vertebrata yang lain, aman ter- sida mikrobia Bacillus thuringiensis hadap manusia, dan mempunyai israelensis yaig didistribusikan secara luas kemampuan tinggalkrada dalanl ; . (2)a air terpolusi (I3, 14). Mikroorganisme ini di daerah endemis malaria Disamping harga insektisida relatif dapat dijumpai di tanah dan lingkungan mahal, penggunaarmya yang benllang- akuatik (I5) dan terbukti dapat berdaur ulang dapat menimbulkan resistensi vek- ulang oleh karena dapat meningkat secara tor, matinya liewan lain yang bukan saproiitik pada habitat air terpolusi yang sasaran dan pencemaran lingkungan. Oleh kaya akan materi organik, maka dipandang karena itu dicari cara lain yang lebih ber- memiliki aktivitas residu untuk pengen- dalian vektor dalam jangka waktu lama wawasan lingkungan untuk menanggulangi (4). vektor penyakit, antara lain dengan pe- Beberapa negara seperti India, Thailand, ngendalian hayati. Pengendalian hayati Ghana dan Phillipina telah mengembcnng- dengan menggunakarl predator, parasit kan kemampuan teknis untuk men- i~roduk- atau patogen jentik nyamuk merupakan si B. .~phaericus (I0). Di Amerika Serikat. salah satu komponen yang tergabung B. sphaericus telah diproduksi sclczr .& dalam pengendalian vektor terpadu (3). komersial dengan nama dagang yany hcr- Salah satu cara yang mulai banyak diteliti, macam-macam. VectoLex WDG yank: di- karena potensial dan dipandang rplemn- produksi oleh Abbott Labor~tories. f , ,junyai prospek yang baik adalah perag- merupakan salah satu contoh insehtisida biologis selektif. gunaan bakteri patogen jelitik 11y cunuk, (I6). ;. ~tara lain R iL2,'Jlus sphaericus ("). Aktivitas larvasida B. thuringiensis BaciIEus spkclericus rnempakan (baik isoiat nlaupun produk komersialnya) bakteri aerob yang mampu rnemproduksi aka~l mengalami penurunan setelah pe- spora dengan toksin yang kuat. (5) Beberapa nyimpanan dalam jangka waktu tertentu. strain B. sphaericus yang sudah diisolasi Myers & Yousten, (1980) menyatakan dilaporkan mempunyai aktivitas Zarvasida bahwa aktivitas larvasida akan rusak pada terhadap jentik nyamuk Culex spp dan suhu ting i atau dengan pemberian 0,01 N 9 Anopheles spp dengan patogenisitas tinggi NaOH (' ). Dilaporkan pula bahwa B. pada kondisi laboratorium dan lapangan. sphaerieus 1593 dan B. thuringiensis yang 7, 8.9) (6- dishpan selama 2 hari pada larutan non Bacillus sphaericus memproduksi buffer dengan kisaran pH 4,3 - 10,5; akti- toksin yang merupakan racun perut dengan vitas larvasida toksin B. sphaericus akan sasaran utamanya adalah epithelium usus mengalami deaktivasi total di atas pH 10 (kematian jentik Culex tarsalis instar 111 Pengaruh pH Larutan . . . . . . . . . . . . .(Umi at. al) sebesar 0% pada dosis 1 pprn dan 3% pada panan (4°C) terhadap aktivitas larva- sida dosis 0,5 p m tetapi tidak demikian pada B. sphaericus 2362. P 1 pH rendah 8, ). Sedangkan aktivitas larva- 2. Mengetahui pengaruh kenaikan pH sida B. lhuringiensis terhadap kematian larutan buffer (4-10) dan suhu penyim- jentik Cx. quinquefasciatus instar I1 ber- panan (25'C) terhadap aktivitas larva- kisar antara 94 - 100% pada dosis 0,5 ppm sida dan 72-90% pada dosis 0,1 ppm me- B. sphrtericus 2362. nunjukkan perbedaan yang tidak bermakna 3. Mengetahui efek interaksi antara pH (8) larutzan buffer dan suhu penyimpanan Studi akhir-akhir ini dikonsentrasi- terhadap perssistensi aktivitas larvasida kan pada B. sphaericus strain 2362 karena B. sphaericus 2362. mempunyai efek residu dan menunjukkan aktivitas larvasida melebihi strain 1593 (I8), BAHAN DAN CARA sehingga isolatnya perlu dipelihara dan di- Bahan penelitian lestarikan di laboratorium agar aktivitas larvasidanya tetap terjaga. Hasil penelitian Jazad hayati yang diteliti adalah B. menggunakan B. sphaericus menunjukkan sphaericus 2362 sebagai patogen jentik prospek yang baik dalam mengendalikan nymuk. Jentik nyarr~uk vektor yang di- jentik nyamuk, antara lain terhadap jentik gw~akan dalarn penelitian ini adalah An. An. barbirostris di Kecamatan Wulang- aconilus, Cx. quinquefasciatus dan Ae. gitang, Kabupaten Flores Timur dan An. aegypti instar 111 akhir. Sebagai bahan pe- hyrcanus group di Kecamatan Teluk nyimpan B. sphaericus 2362 digunakan Dalarn, Kabupaten Nias, di mana efikasi B. larutan buffer citrat (pH 4 dan 5), buffer sphaericus bertahan selama lebih kurang 4 fosfat (pH 6, 7, dan 8) dan buffer karbonat minggu den an persen penurunan lebih (pH 9 dan 10) yang dibuat dalam 2 seri, dari 70 % (I9' !I O). satu seri disimpan pada suhu 4OC dan seri Berdasarkan inforrnasi tersebut di yang lain pada suhu kamar (25OC). atas, B. sphaericus 2362 &an diteliti akti- Cars vitas larvasidanya secara periodik di labo- Penelitian pengujian B. sphaericus ratoriurn terhadap jentik nyamuk vektor dilaksanakan di laboratorium Balai Besar antara lain An. aconitus, Aedes aegypti dan Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Culex quinquefasciatus setelah lebih Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga dahulu disimpan pada pH larutan buffer 4- dan pengambilan sarnpel nyamuk dan 10 dm suhu 4'C dari 25'C. jentik dilakukan di Kabupaten Semarang, Tuji~sn mum penelitian ini adalah mulai bulan Juni-Desember 2005. Pene- mengetahui pengaruh pH larutan buffer litian ini merupakan penelitian laborato- dan suhu penyimpawan terhadap aktivitas rium, meiupakan penelitian eksperimental larvasida B. sphaericus 2362 di labo- murni, di mana variabel non eksperimental ratorium. Sedangkan tujuan lkhusus yang dapat dikendalikan dan terkontrol, meng- hendak dicapai adalah: gunakan rancangan rangkaian waktu 1. Mengetahui pengaruh kenaikan pH dengall kelompok pernbandirlg (control larutan buffer (4- 10) dan suhu penyim- time serirs design), sebagai berikut: Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 36, No. 1, 2008: 33 - 47 -- - .- No. Keloinpok Aktivitas larvasida B. sphaericus erlakuan - -- --- -- 1. :a sphaericus pada 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 larutan buffer (4- 10) dan suhu 4°C 2. B. sphaerrcus pada pH larutan baft'er (4-10) dall 8 1 L , -1 3 6 7 8 9 i 0 suhu 25°C 3. Kontrol (-) 012 345 678910 . -- A - - - Keterangan: 1-10, dst = pengamatan terhadap kematian jentik nyamuk (-1 = kontrol (tanpa bakteri) Interpretasi efek perlakuan diketahui antara lain kode lokasi, tanggal koleksi dengan melihat perbedaan fluktuasi hasil riama spesies, nama kolektor, dl1 yang di- pengamatan kematian jentik nyarnuk antar kerjakan sesuai dengan metode WHO (3). kelornpok. Nyarnuk dibawa ke laboratorium dan di- masukkan ke dalam kandang yang sudah Populasi penelitian adalah jentik disiapkan untuk masing-masing spesies. An. aconitus, Ck. q~rir~qziefi~,s~~i~~tz~s dun Ae Ke dalam ka~ldalg juga disiapkan tempat aegvpti, ya,l& digd~iabaa untuk mengetslhui perteluran berupa mangkok enamel yang di aktivitas larvasida R. sphaericus 2362. dalmnya diletakkan kertas saring untuk Jentik-jentik nyamlrk tersebut i-nerupakan mernperangkap telur. Telur dipindahkan ke hasil kolonisasi laboratoriurn yang berasal bjki ylastil, berisi air untuk perletasannya dari koleksi nyan~utc darl jelktik di ilan terns diyelihara hingga menjadi jentik lapangan. j ang aka11 tlipakai untuk pengujian dan a. Pembuatan koloni nyamuk di labo- sebagian lagi tetap dijadikan nyamuk ratorium: dewasa agar koloni tetap dapat dipertahan- Penatlgkapan ny amuk dilakukan kan. berdasarkan pedoman WHO (?). Penaog- Koleksi jentik nyamuk. dilakukan kapan dilakukan pada rtialm di berbagai habitat yaizg ada di daerah hari (1 8.00 - pei-ielitian yang dig~ulakdn sebagai tempat 24.00) terhadap nyamuh yang istirahat di perindukan nyarnuk seperti kolam, lribang dalam clan luar rumah, serta pagi hari pohon, ketiak daun, sumber air, dll. dengan (06.00 -- 08.00) terhadap nyamuk yang menggunakan ciduk volume 250 ml dan istirahat di dalam rmah dan di habitat pipet. Hasil koleksi dipelihara hirlgga aslinya di !udr rumah seperti lubmg- metljadi nyamuk dewasa dan penanganan lubang dl ta.naWtebing sepanjang saluran selanjutnya sama seperti tersebut di atas. irigasi dan vegetasi, lebih diutamakan pen- carian nyarnuk drngan kondjsi perut b. Pengujian B. sphaericus 2362 ter- gravid clan half gravid N yanluk yang ber - hadap jentik nyamuk vektor: hasil ditangkap diideiltifihasi rnelr~crztt Penelitian dilakukan mulai dengan Stoyarlovich et al, (1966), O'Connor et al, meremajakan B. sphaericus 2362 pada (1 9791, dan Reid (1 968) (213 22, 23) . N yamuk media nutrien agar dan selanjutnya pada :-ang tertangkap dirnasukk.an ke dalam cup media NYSMA miring selama 4 hari. Se- (gelas plastiic), diberi larutan gula 10% dan banyak 5 ml suspensi isolat B. sphaericus kelembaban yang cukup, dilengkapi 2362 tersebut ditambahkan ke dalam labu dengan pelabelan ya~ig baik yang meliputi
no reviews yet
Please Login to review.