Authentication
256x Tipe PDF Ukuran file 0.24 MB Source: media.neliti.com
INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA P-ISSN: 2252-7893 Vol. 8, No. 2, 2019 (hal 198-210) E-ISSN: 2615-7489 https://jurnal.uns.ac.id/inkuiri DOI: 10.20961/inkuiri.v8i2.37758 PENGEMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS INKURI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILANPROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA 1 2 3 Indri Femiceyanti , Sentot Budi Rahardjo , Sri Yamtinah 1Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia femiceyantiindri@gmail.com 2Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia sentotbr@yahoo.com 3Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia jengtina_sp@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains pada materi larutan penyangga, (2) menguji kelayakan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains pada materi larutan penyangga, (3) mengetahui efektivitas pembelajaran setelah menggunakan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. Penelitian dilakukan di SMA Teladan Way Jepara, SMA N 1 Labuhan Maringgai, dan SMA Kosgoro Sribhawono di Kabupaten Lampung Timur. Penelitian pengembangan modul kimia ini menggunakan 9 tahapan prosedur Borg and Gall meliputi: (1) penelitian pendahuluan dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) penge,bangan produk, (4) uji coba lapangan awal, (5) revisi produk awal, (6) uji coba pelaksanaan lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan produk akhir. Analisis kelayakan modul berdasarkan skor kriteria. Analisis efektifitas modul menggunakan uji-t pihak kanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga telah dikembangkan dengan menggunakan 9 tahapan prosedur Borg and Gall. Modul tersebut dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan proses sains. (2) modul kimia berbasis inkuiri terbimbing mendapat penilaian GHQJDQ NDWHJRUL ³%DLN´ VHKLQJJD OD\DN GLJXQDNDQ SDGD SURVHV SHPEHODMDUDn (3) hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa modul kimia berbasis inkuiri terbimbing efektif digunakan pada sekolah dengan kategori tinggi,sedang dan rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata prestasi belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kata Kunci: modul kimia, inkuiri terbimbing, keterampilan berpikir kritis, keterampilan proses sains, larutan penyangga Pendahuluan menghapuskan tapal batas antarnegara, mempersyaratkan setiap bangsa untuk Dalam era globalisasi dewasa ini, mengerahkan pikiran dan seluruh tantangan peningkatan mutu dalam potensi sumber daya yang dimilikinya berbagai aspek kehidupan tidak dapat untuk bisa survive dan bahkan exel ditawar lagi. Pesatnya perkembangan dalam perebutan pemanfaatan IPTEKS dan tekanan globalisasi yang kesempatan dalam berbagai sisi 198 INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA P-ISSN: 2252-7893 Vol. 8, No. 2, 2019 (hal 198-210) E-ISSN: 2615-7489 https://jurnal.uns.ac.id/inkuiri DOI: 10.20961/inkuiri.v8i2.37758 kehidupan. Ini berarti perlu adanya ilmiah yang terarah digunakan untuk peningkatan sikap kompetitif secara menemukan suatu konsep, prinsip, atau sistematik dan berkelanjutan suber daya teori untuk mengembangkan konsep manusia melalui pendidikan dan yang telah ada sebelumnya, ataupun pelatihan. Oleh karena itu, pendidikan untuk melakukan penyangkalan dewasa ini harus diarahkan pada terhadap suatu penemuan. Kimia peningkatan daya saing bangsa agar sebagai salah satu ilmu dasar dalam mampu berkompetisi dalam persaingan Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai global. Hal ini bisa tercapai jika andil yang besar dalam kemajuan ilmu pendidikan di sekolah diarahkan tidak pengetahuan dan teknologi. Hal ini semata-mata pada penguasaan dan ditandai dengan berkembangnya pemahaman konsep-konsep ilmiah, teknologi di segala bidang yang tetapi juga pada peningkatan menerapkan konsep-konsep kimia, kemampuan dan keterampilan berpikir sehingga selain keterampilan berpikir siswa, khususnya keterampilan berpikir kritis, keterampilan proses sains tingkat tinggi yaitu keterampilan merupakan faktor penting yang harus berpikir kritis (critical thinking skills). dimiliki siswa agar sukses di masa Artinya, guru perlu mengajarkan depan. Namun, pada kenyataannya siswanya untuk belajar berpikir keterampilan proses sains dan (teaching of thinking). Keterampilan keterampilan berpikir kritis siswa secara berpikir kritis termasuk salah satu nasional maupun internasional dinilai bagian dari keterampilan pembelajaran masih rendah dan kurang optimal. inovasi abad ke-21 yang memungkinkan Menurut dokumen kurikulum 2013 yang siswa untuk menangani permasalahan- dikeluarkan oleh Kementrian permasalahan di masa mendatang. Pendidikan, hasil studi PISA (Program Pentingnya berpikir kritis juga for International Student Assessment) diungkapkan oleh Shakirova (2007) menyebutkan bahwa negara Indonesia yaitu kemampuan berpikir kritis pada tahun 2012 menduduki peringkat memungkinkan siswa secara efektif 10 besar terbawah dari 65 negara dalam menangani masalah sosial, ilmiah, dan melek sains (Science literacy) (Erni, praktis. Sains atau Ilmu Pengetahuan 2014). Hal ini menunjukkan bahwa Alam (IPA) merupakan salah satu kualitas pendidikan di Indonesia persyaratan dalam penguasaan ilmu dan terutama keterampilan berpikir kritis dan teknologi. Sains bukan hanya produk, keterampilan proses sains masih rendah. namun juga proses. Sains berkembang Rendahnya keterampilan berpikir kritis melalui penelitian dan penyelidikan. dan keterampilan proses sains siswa Untuk dapat melakukan hal itu siswa juga terjadi di beberapa SMA di perlu menguasai sejumlah keterampilan Kabupaten Lampung Timur terutama dasar sains yang disebut keterampilan pada mata pelajaran kimia. proses sains. Berdasarkan hasil angket analisis Menurut Ango (2002) kebutuhan siswa dapat diketahui bahwa keterampilan proses sains merupakan materi larutan penyangga merupakan komponen penting dalam pelaksanaan salah satu materi yang sulit dipahami proses belajar karena dapat karena pada materi ini nilai UN siswa mempengaruhi perkembangan tahun 2013 , 2014 dan 2015 masih pengetahuan siswa. Oleh karena itu, rendah. Upaya mengatasi kurang penilaian keterampilan proses sains maksimalnya hasil belajar tersebut, merupakan komponen penting dalam perlu meningkatkan kualitas pembelajaran kimia. Keterampilan pembelajaran. Pembelajaran yang baik proses adalah keseluruhan keterampilan adalah pembelajaran yang tidak hanya 199 INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA P-ISSN: 2252-7893 Vol. 8, No. 2, 2019 (hal 198-210) E-ISSN: 2615-7489 https://jurnal.uns.ac.id/inkuiri DOI: 10.20961/inkuiri.v8i2.37758 melalui pemberian konsep saja, tetapi pendahuluan menyebutkan bahwa 85,7 pembelajaran yang meningkatkan % guru di ketiga SMA tersebut jarang konsep yang dibangun oleh siswa melakukan praktikum dengan alasan sendiri. Oleh sebab itu guru harus waktu yang terbatas dan tidak memiliki menciptakan pembelajaran yang alat bahan yang lengkap. Sehingga menuntut siwa untuk membangun sangat wajar jika siswa sangat awam konsep sendiri. Penggunaan metode dalam memakai alat-alat laboratorium. pembelajaran inkuiri dalam Selain kondisi laboratorium, pembelajaran adalah suatu alternatif berdasarkan wawancara dengan guru di yang dapat digunakan. Penelitian Abdi tiga sekolah tersebut bahan ajar cetak (2014) yang bertujuan untuk yang digunakan belum separuhnya menyelidiki efek dari metode memberdayakan keterampilan berpikir pembelajaran berbasis inkuiri pada kritis dan proses sains siswa. Hasil prestasi akademik siswa dalam analisis bahan ajar pada SMA Kab. pembelajaran sains. Lampung Timur pada satu kompetensi Hasil penelitian menunjukkan dasar larutan penyangga menunjukan bahwa siswa yang diajarkan dengan bahwa isi buku hanya memuat pembelajaran berbasis inkuiri mencapai keterampilan berpikir kritis yang berupa nilai yang lebih tinggi daripada yang aspek interpretasi sebesar 50% dengan diajarkan dengan metode tradisional. kriteria sedang, aspek analisis sebesar Karakteristik pembelajaran inkuiri 33,3% dengan kriteria rendah, aspek terbimbing yang bersifat konstruktivis penjelasan sebesar 0 % dengan kriteria berpotensi untuk mengembangkan sangat rendah, aspek kesimpulan keterampilan proses sains dan 41,65% dengan kriteria rendah, dan kemampuan berpikir siswa, karena aspek evaluasi sebesar 8,35% dengan berbagai fenomena sekitar dapat kriteria sangat rendah. Sedangkan diindera melalui panca indera. keterampilan proses sains dinilai dari Pembelajaran konstruktivis aspek mengamati 66,7% dengan kriteria mengembangkan kemampuan berpikir tinggi, merumuskan hipotesis 0% tingkat tinggi, berpikir kritis,berpikir dengan kriteria sangat rendah, analitis, aktivitas keterampilan proses merencanakan eksperimen, mengenda sains yaitu meneliti dan berkomunikasi 8,35% dengan kriteria sangat rendah, (Gazi, 2009). Keterampilan berpikir mengendalikan variabel 0% dengan kritis dan proses sains dipengaruhi oleh kriteria sangat rendah, menafsirkan data kondisi lingkungan sekitar: kondisi 83,3% dengan kriteria sangat tinggi, laboratorium, perpustakaan, termasuk menyusun kesimpulan sementara 0% bahan ajar cetak sebagai sarana belajar dengan kriteria sangat rendah, siswa. Bahan ajar cetak merupakan meramalkan 8,35% dengan kriteria salah satu sarana belajar yang sangat rendah, menerapkan konsep berinteraksi secara langsung dengan 83,3% dengan kriteria sangat tinggi, siswa. Bahan ajar cetak yang digunakan dan mengomunikasikan 58,3% dengan di sekolah mempengaruhi keterampilan criteria tinggi. Berdasarkan hasil berpikir kritis dan proses sains siswa. tersebut menunjukkan bahwa bahan ajar Bahan ajar cetak mempengaruhi yang digunakan belum memberdayakan perkembangan kemampuan kognitif keterampilan berpikir kritis dan siswa dan kemampuan berpikir tinggi keterampilan proses sains dengan dalam mengklasifikasikan, maksimal. Sehingga diperlukan membandingkan, membedakan, serta pengembangan modul pada materi menganalisis (Oyola, 2013). larutan penyangga. Berdasarkan angket analisis Berdasarkan permasalahan yang 200 INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA P-ISSN: 2252-7893 Vol. 8, No. 2, 2019 (hal 198-210) E-ISSN: 2615-7489 https://jurnal.uns.ac.id/inkuiri DOI: 10.20961/inkuiri.v8i2.37758 telah dikemukakan maka diperlukan pendahuluan dan pengumpulan pengembangan bahan ajar untuk informasi (research and information meningkatkan keterampilan berpikir collecting), 2) melakukan perencanaan kritis dan proses sains siswa (planning), 3) mengembangkan bentuk yaitu,dengan melakukan pengembangan produk awal (develop preliminary form modul ajar di SMA Kabupaten of product), 4) melakukan preliminary Lampung Timur tersebut. Modul ajar field testing, 5) melakukan revisi yang menggunakan tahapan terhadap produk utama (main product pembelajaran inkuiri terbimbing revision), melakukan main field testing, diharapkan meningkatkan keterampilan yaitu memvalidasi produk berpikir kritis dan proses sains, karena pengembangan dalam skala lebih luas siswa dituntun untuk mengidentifikasi serta dibandingkan dengan produk permasalahan dan hubungannya, kontrol apabila memungkinkan, 7) mengajukan pertanyaan, membuat melakukan revisi terhadap produk jawaban dari pertanyaan, membuat operasional (operational product asumsi serta membuat kesimpulan yang revision), 8) melakukan operational logis (Hanson, 2006). Adapun tujuan field testing yaitu melakukan uji dari penelitian ini adalah untuk : (1) validasi terhadap produk operasional mengembangkan modul kimia berbasis yang dihasilkan, 9) melakukan revisi inkuiri terbimbing untuk meningkatkan terhadap produk akhir (final product keterampilan berpikir kritis dan revision), 10) mendeseminasikan dan keterampilan proses sains pada materi mengimplementasikan produk larutan penyangga (2) mengujii (dissemination and implementation). kelayakan modul kimia berbasis inkuiri Pada penelitian ini hanya dilakukan terbimbing untuk meningkatkan dembilan tahapan dari sepuluh tahapan keterampilan berpikir berpikir kritis dan sebagai keterbatasan penelitian. keterampilan proses sains pada materi Responden pada penelitian ini siswa larutan penyangga (3) mengetahui kelas XI IPA pada tiga SMA di efektivitas pembelajaran setelah Kabupaten Lampung Timur yakni SMA menggunakan modul kimia berbasis Teladan Way Jepara, SMA Negeri 1 inkuiri terbimbing pada materi larutan Labuhan Maringgai dan SMA Kosgoro penyangga. Sribhawono serta guru Kimia kelas XI IPA. Pada uji coba skala terbatas, produk diuji cobakan pada 5 siswa dan Metode Penelitian 1 guru dari ketiga sekolah. Pada uji Penelitian yang dilakukan coba skala menengah produk diuji merupakan penelitian pengembangan cobakan pada 4 guru dan 91 siswa kelas (research and development) yaitu XI IPA dari ketiga sekolah. Pada uji pengembangan modul berbasis inkuiri coba skala luas produk diuji cobakan terbimbing pada materi larutan pada 2 kelas (kelas kontrol dan penyangga untuk meningkatkan eksperimen) pada masing-masing keterampilan berpikir kritis dan proses sekolah. Instrumen yang digunakan sains siswa. Pengembangan yang dalam penelitian pengembangan ini dilakukan menggunakan model yaitu angket, soal tes, lembar validasi, prosedural dengan mengadaptasi model lembar penilaian antar peserta didik dan pengembangan Gorg dan Gall. lembar observasi. Pengolahan data Langkah-langkah pengembangan dalam penelitian ini dilakukan dengan menurut Borg dan Gall terdiri dari menggunakan analisis deskriptif, sepuluh tahapan yang harus dilakukan meliputi analisis kelayakan dan analisis yaitu: 1) melakukan penelitian data hasil tes belajar. Metode 201
no reviews yet
Please Login to review.