Authentication
298x Tipe PDF Ukuran file 0.59 MB Source: repository.uma.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan memiliki beberapa definisi dari para ahli: Menurut Eisenfuhr (dalam Lunenburg, 2010) pengambilan keputusan adalah proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini memiliki tiga kunci elemen. Pertama, pengambilan keputusan melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan. Kedua, pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekedar pilihan akhir dari antara alternatif. Ketiga, "hasil yang diinginkan" yang disebutkan dalam definisi melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan terlibat dalam mencapai keputusan akhir (dalam Lunenburg, 2010). Selain itu, menurut Terry (1994) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Sementara Wang dan Ruhe (2007) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu tindakan dari antara alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan. Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, pengambilan keputusan bisa disimpulkan bahwa suatu proses pemilihan dari antara alternatif untuk mencapai suatu hasil. 9 UNIVERSITAS MEDAN AREA 2. Pengertian Gaya Pengambilan Keputusan Di antara para peneliti, ada kekurangan persetujuan umum bagaimana gaya pengambilan keputusan dapat dikonseptualisasikan. Poin utama dalam perbedaan tersebut menunjukkan apabila gaya pengambilan keputusan merupakan perbedaan individu yang stabil dalam waktu dan situasi atau dalam keadaan sifat. Menurut Kahneman (2011) gaya pengambilan keputusan telah digambarkan sebagai sifat- sifat yang berubah-ubah, dimana individu sering beralternatif dengan mudah. Beliau berlabel dua gaya intuisi dan penalaran yang disebut sebagai Sistem 1 dan Sistem 2 masing-masing. Sistem 1 beroperasi secara cepat, otomatis, dengan sedikit usaha atau tidak, tidak ada rasa kontrol sukarela dan berbasis emosi (emotionally driven). Sistem 2 ialah lambat, terkontrol, penuh usaha dan sering dikaitkan dengan pengalaman subjektif dari pilihan atau konsentrasi. Epstein et al. (dalam Wood, 2012) menganggap Sistem 1 dan Sistem 2 sebagai perbedaan individu, yang membedakan antara individu-individu berdasarkan bagaimana mereka memproses informasi dan membuat keputusan dari waktu ke waktu. Epstein et al. (dalam Wood, 2012) membahas dua sistem sebagai: a. Gaya pemikiran intuitif-pengalaman (intuitive-experiential thinking) Ciri gaya berpikir intuitif adalah pengolahan informasi yang otomatis, cepat, dan berbasis emosi. Gaya berpikir intuitif dikaitkan dengan penggunaan heuristik. 10 UNIVERSITAS MEDAN AREA b. Gaya pemikiran analitis-rasional (analytical-rational thinking). Ciri gaya berpikir rasional ialah pengolahan informasi analitik yang membanding dan tanpa emosi. Rincian lebih lanjut tentang ciri-ciri dari kedua sistem diuraikan dalam Gambar 2.1 Gambar 2.1.Sumber: Jurnal Epstein et al “Individual Differences in Intuitive-Experiential and Analytical-Rational Thinking Styles” Epstein et al. (dalam Wood, 2012) menemukan bahwa gaya berpikir intuitif- eksperiensial dan gaya berpikir analitis-rasional secara independen memprediksi penyesuaian, kemampuan coping, dan pengolahan heuristik. Menurut Rowe dan Mason (dalam Jacoby, 2006), gaya keputusan adalah proses kognitif yang merupakan cara individu pendekatan masalah. Salah satu gaya keputusan mencerminkan cara indvidu visualisasi, berpikir, dan menafsirkan situasi. Penelitian tersebut telah mengungkapkan dua faktor kunci dalam bagaimana individu bervariasi dalam membuat keputusan. Dua faktor utama yang 11 UNIVERSITAS MEDAN AREA didefinisikan sebagai penggunaan informasi dan fokus. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pemahaman gaya keputusan individu dapat mempengaruhi pendekatan pengolahan informasi seseorang (Driver dkk dalam Jacoby, 2006). Beberapa peneliti (Scott & Bruce, 1995; Thunholm, 2004 dalam Wood, 2012) mempertimbangkan gaya pengambilan keputusan menjadi pola respon kebiasaan, yang dipengaruhi oleh karakteristik individu dan situasi. Dengan demikian, meskipun orang umumnya menggunakan satu gaya berdasar pada karakteristik masing-masing, ini mungkin berbeda seperti yang dipersyaratkan oleh situasi. Menurut Rowe dan Boulgarides (1992), cara orang mengambil keputusan dapat digambarkan melalui gaya pengambilan keputusannya. Bagaimana ia menginterpretasi atau memahami, bagaimana merespon, dan apa yang dipercaya oleh sesorang sebagai sesuatu yang penting mengartikan bahwa gaya pengambilan keputusan merefleksikan cara seseorang bereaksi terhadap situasi yang dihadapinya. Selanjutnya, Rowe dan Boulgarides (1992) menemukan bahwa gaya keputusan dapat membantu dalam memprediksi hasil keputusan. Kedua peneliti mendukung keyakinan ini dengan menunjukkan bagaimana gaya keputusan yang berbeda bereaksi terhadap stres, motivasi, pemecahan masalah, dan berpikir. Tabel 2.1 menjelaskan temuan mereka. 12 UNIVERSITAS MEDAN AREA
no reviews yet
Please Login to review.