Authentication
156x Tipe PDF Ukuran file 0.36 MB Source: eprints.undip.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cardiac Arrest 2.1.1 Pengertian Cardiac arrest adalah semua keadaan yang memperlihatkan penghentian mendadak fungsi pemompaan jantung, yang mungkin masih reversible bila dilakukan intervensi dengan segera tetapi dapat menimbulkan kematian jika tidak dilakukan intervensi. Kecenderungan keberhasilan intervensi berhubungan 11 dengan mekanisme terjadinya cardiac arrest dan kondisi klinis pasien. Kelainan jantung merupakan penyebab utama terjadinya kematian jantung mendadak atau cardiac arrest yang paling sering ditemukan. Setelah insidensi awal puncak kematian cardiac arrest mulai dari saat lahir sampai 6 bulan pertama, setelah itu menurun dan mencapai puncaknya pada usia 45 tahun sampai 75 tahun. Disamping itu peningkatan usia menjadi faktor resiko cardiac arrest yang sangat kuat. Laki-laki dan perempuan mempunyai kerentanan yang sangat berbeda terhadap cardiac arrest, rasio laki-laki dan perempuan pada kasus ini adalah 4:1. Tingkat stress hidup yang lebih tinggi, tingkat pendidikan yang lebih rendah, isolasi sosial, perubahan gaya hidup, merokok, konsumsi alkohol, obesitas dan tidak adanya olahraga yang teratur meningkatkan resiko cardiac arrest. Kelainan anatomik atau struktural juga menjadi penyebab terjadi cardiac arrest. Angka kejadian di seluruh dunia, khususnya pada kawasan dengan kultur barat, aterosklerosis merupakan abnormalitas struktural yang 8 9 paling sering ditemukan sehubungan dengan cardiac arrest. Hampir 80 persen kejadian cardiac arrest di Amerika disebabkan oleh akibat aterosklerosis koroner. MI yang di dahului dengan iskemik transien pada jantung yang mengalami hipertrofi atau berparut sebelumnya, gangguan elektrolit, cairan dan hemodinamik, fluktuasi pada aktivitas saraf autonomik, dan perubahan elektrofisiologik transien yang disebabkan obat-obatan atau kimiawi semuanya dianggap bertanggung jawab terhadap transisi dan stabilitas elektrofisiologik menjadi ketidakstabilan elektrofisiologik. Selain itu, reperfusi spontan miokard iskemi, disebabkan oleh perubahan vasomotor pada pembuluh darah koroner dan trombolisis spontan, dapat menyebabkan ketidakstabilan elektrofisiologik 12 transien. Penyakit jantung koroner merupakan faktor etiologi paling besar terhadap terjadinya cardiac arrest hal ini disebabkan oleh karena ruptura plak aterosklerotik dan trombus koroner. Abnormalitas arteri koronaria yang paling sering adalah aterosklerosis koroner kronik dan luas. Tujuh puluh lima persen korban mati oleh karena cardiac arrest memiliki dua atau lebih pembuluh darah utama yang mengalami stenosis ≥75 persen. Disamping itu plak aterosklerosis yang menimbulkan fisura, agregasi platelet, atau trombosis akut menunjukkan kelainan patologi pada jantung setelah cardiac arrest. Selain itu terjadi pula penyempitan lumen karena trombi koroner yang baru terjadi, meningkatkan pembentukan trombus lokal serta lisis spontan, dan spasme koroner akut dengan iskemia dalam memulai peristiwa terminal. Kelainan patologi miokardium pada cardiac arrest mencerminkan penyakit jantung koroner yang ekstensif yang 10 biasanya mendahului kejadian yang fatal tersebut. Sebagian besar orang yang cardiac arrest pernah mengalami IMA sebelumnya. Insidensi hipertrofi ventrikel kiri (LV) yang tinggi bersama dengan IMA yang terjadi sebelumnya merupakan faktor resiko besar yang menyebabkan cardiac arrest.12 Pemeriksaan hasil rekaman EKG yang kontinyu umumnya memperlihatkan perubahan pada aktivitas elektrik jantung dalam waktu beberapa menit atau jam sebelum kejadian. Keadaan ini menunjukkan terdapat kecenderungan peningkatan frekuensi denyut jantung dan kontraksi prematur ventrikel (PVC) dengan derajat lanjut. Hampir semua cardiac arrest didahului dengan mekanisme fibrilasi ventrikel (VF) yang akan dimulai dengan timbulnya 12 takikardia ventrikel (VT). Resiko potensial cardiac arrest mulai dari gejala awal melewati 72 jam pertama setelah MI (fase akut) terjadi sebesar 15 sampai 20 persen. Resiko cardiac arrest tertinggi dalam hubungannya dengan MI ditemukan adanya VF dan VT selama fase konvalesen ( 3 hari sampai 8 minggu) setelah MI. Kompleks ventrikel prematur kronik setelah fase IMA menunjukkan resiko jangka panjang untuk mortalitas kardiak total dan cardiac arrest. Peningkatan frekuensi PVC dengan fase plateu diatas kisaran 10 hingga 30 kali denyut ventrikel prematur pada rekaman monitoring EKG menunjukkan peningkatan resiko cardiac arrest. PVC mempunyai interaksi yang kuat dengan intensitas MI sebagai dicerminkan oleh penurunan fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri. Kejadian ini menunjukkan cardiac arrest yang disebabkan oleh IMA diawali dengan kegagalan jantung kiri 12 terlebih dahulu. 11 2.1.2 Mekanisme cardiac arrest Mekanisme kejadian MI, terdapat dua hal penting yang memerlukan perhatian ditinjau dari segi fisiologik klinik, yaitu (1) Perubahan kurva Frank- Starling pada jantung, yang ditunjukkan oleh penurunan curah jantung dan (2) Tampak kenaikan tekanan vena sistemik. Dilihat secara praktek klinik dapat diamati perubahan tekanan darah, denyut jantung, atau jika dapat dihitung perbedaan kadar oksigen antara arteri dan vena, serta konsumsinya, sehingga dengan segera dapat diketahui isi sekuncup. Hal-hal lain yang dapat diamati yaitu perubahan tekanan di vena jugularis externa di daerah leher.12 Suatu perjalanan fisiologi cardiac arrest dijelaskan sebagai berikut: Tampak perubahan curah jantung dan tekanan atrium kanan atau ‘right atrial pressure’. Penelitian laboratorium yang lain dijumpai perubahan ‘cardiac performance’ dan isi akhir diastolik ventrikel kiri. Peristiwa cardiac arrest terlihat pergeseran kurva Frank-Starling dari kiri ke kanan dan tampak curah jantung berkurang, dilain pihak terlihat peningkatan tekanan atrium kanan. Diketahui pada keadaan normal curah jantung berkisar 5 liter dan tekanan atrium 12 kanan menunjukkan tekanan 0 mmHg. Setelah itu dalam beberapa detik setelah peristiwa awal cardiac arrest, maka nilai curah jantung berubah menjadi 2 liter per menit dengan tekanan atrium kanan sebesar 4 milimeter air raksa. Meningkatnya tekanan atrium kanan ini memperlihatkan adanya bendungan di dalam atrium dan kegagalan jantung memindahkan darah ke sistem arteri. Walaupun demikian, curah jantung sebesar
no reviews yet
Please Login to review.