168x Filetype PDF File size 0.14 MB Source: media.neliti.com
Denny Agustiningsih, dkk.: Metode Buteyko pada Penderita Asma LATIHAN PERNAPASAN DENGAN METODE BUTEYKO MENINGKATKAN NILAI FORCE EXPIRATORY VOLUME IN 1 SECOND (%FEV1) PENDERITA ASMA DEWASA DERAJAT PERSISTEN SEDANG 1 2 1 Denny Agustiningsih , Abdul Kafi , Achmad Djunaidi 1Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta 2Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta ABSTRACT Background: Breathing exercises are frequently recommended as an adjunctive treatment for asthma. Breathing exercise for asthma that is recommended in Indonesia is Senam Asma Indonesia, which has a session of aerobic exercise. In Russia and Australia Buteyko method is practiced as a simple exercise for respiration. Principally, the technique of Buteyko is different from other respiration methods. Objective: The aim of this study is to know if the effect of Buteyko method could increase lung function of adult asthmatic patient better than Senam Asma Indonesia. Methods: Design of this study is field experiment with pretest and posttest of the lung function test (FVC, %FVC, FEV1 and %FEV1). The subjects divided into three groups, the group I, given exercise with the Buteyko method, group II given exercise with Senam Asma Indonesia and the group III without any exercise. The exercise was given for 12 weeks. The lung function test was done at the end of every month for all groups. Result: %FEV1 for Buteykos group increased significantly but other parameters didnt. Conclusion: Breathing exercises with Buteyko and Senam Asma Indonesia both could decrease the airway resistance in asthmatic patient, but could not improve the vital capacity of the lung. Keywords: asthma; buteyko method, senam asma Indonesia, lung function test PENDAHULUAN 19942, menunjukkan prevalensi asma di pedesaan Asma bronkial merupakan penyakit inflamasi rata-rata 4.3% dan di perkotaan 6.5%, dan di Daerah kronis saluran napas yang melibatkan berbagai sel Khusus Ibukota Jakarta tercatat 16.4%.Berbagai inflamasi, khususnya sel mast, eosinofil, limfosit T, penelitian lain menunjukkan bahwa prevalensi asma makrofag, neutrofil dan sel-sel epitel. Pada individu di Indonesia diperkirakan sekitar 3% - 8%. yang peka, inflamasi ini menyebabkan episode Mengamati tingginya angka kesakitan dan berulang mengi (wheezing), susah bernapas, dada kematian akibat asma dan terus meningkatnya angka sesak dan batuk, terutama pada malam atau pagi tersebut dari tahun ke tahun menuntut keseriusan hari. Inflamasi ini juga menyebabkan peningkatan dari bidang kedokteran untuk menanganinya. Asma respons saluran napas terhadap berbagai yang tidak diobati menyebabkan penderita harus 1 rangsangan. Asma merupakan penyakit multifaktor dirawat di rumah sakit, tidak masuk sekolah atau yang disebabkan oleh faktor keturunan atau kerja, terbatas aktivitas fisiknya, tak bisa tidur, lingkungan, penyakit atopik, infeksi saluran napas, bahkan pada beberapa kasus mengakibatkan perokok sigaret aktif maupun pasif, paparan akibat kematian. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar pekerjaan, bahan kimia dalam makanan dan obat- setiap penderita asma mendapatkan diagnosis dan obatan. pengobatan yang tepat serta mampu mengelola Di tahun 2000 tema Hari Asma Sedunia yang asmanya. Menurut panduan asma internasional diperingati setiap 7 Mei adalah Let Every Person (Global Initiative for Asthma/GINA) yang disebut Breathe. Hal ini karena prevalensi asma yang sebagai asma terkontrol adalah asma yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tak kurang menunjukkan gejala-gejala kronis termasuk dari 150 juta penduduk dunia menderita asma dengan munculnya gejala pada malam hari, jarang terjadi tambahan 180.000 kasus per tahun. Berdasarkan kekambuhan, tidak ada kunjungan ke ruang gawat Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986, darurat, tidak ada keterbatasan aktivitas dan tidak asma bersama dengan penyakit saluran napas lain ada efek samping penggunaan obat. menduduki peringkat ke-10 sebagai penyebab Kemajuan di bidang farmakologi dan terapi kematian. Pada SKRT 1992 naik ke peringkat tujuh. dalam pengobatan maupun pencegahan asma, Penelitian Matondang dan kawan-kawan pada tahun mampu mengurangi angka insidensi. Obat yang 52 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 2, Juni 2007 Berita Kedokteran Masyarakat halaman 52 - 57 Vol. 23, No. 2, Juni 2007 digunakan dalam penatalaksanaan asma adalah Di Australia, sekitar 100 penderita asma dengan jenis bronkodilator dan turunan steroid. Semakin maju hiperventilasi diberikan terapi pernapasan dengan obat yang ditemukan seiring dengan bertambahnya metode Buteyko dan hasilnya menunjukkan adanya biaya dan obat harus dikonsumsi setiap kali terjadi penurunan serangan sebesar 91%. Selain itu, dari serangan. Hal ini merupakan kendala untuk beberapa penelitian juga diperoleh hasil bahwa latihan penerapan pengobatan mutakhir terhadap asma. dengan metode Buteyko dapat menurunkan penggunaan Kemudian timbul paradigma baru dalam bidang obat bronkodilator hingga 96% dan obat steroid inhalasi farmakologi dan terapi untuk kembali ke alam, selain hingga 49% setelah berlatih selama 12 minggu.8 juga dikembangkannya latihan-latihan olah napas Permasalahan yang timbul adalah apakah sederhana yang bertujuan mengembalikan fungsi latihan pernapasan baik dengan metode Buteyko normal tubuh secara alami. Latihan pernapasan ataupun Senam Asma Indonesia juga dapat sering direkomendasikan sebagai tambahan dalam memperbaiki fungsi paru penderita asma dewasa. penatalaksanaan asma yaitu sebagai pendamping Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji terapi farmakologis. Diharapkan dengan metode apakah latihan pernapasan dengan metode Buteyko sederhana akan dapat menurunkan angka kesakitan dapat menurunkan tahanan saluran napas dan dan kematian serta menekan biaya pengobatan. meningkatkan fungsi paru (meningkatkan FVC, Hasil telaah dari beberapa sumber diperoleh manfaat %FVC, FEV1, dan %FEV1) penderita asma dewasa. dari olah napas ini bagi penderita asma.3 Di Indonesia, telah dikembangkan latihan untuk BAHAN DAN CARA PENELITIAN penderita asma yang dikenal sebagai Senam Asma Subjek Penelitian adalah penderita asma Indonesia. Senam ini terdiri dari beberapa tahapan bronkial dengan diagnosis asma persisten derajat latihan seperti halnya olah raga yang lain, yaitu: sedang, usia dewasa (20-50 tahun) dan terdaftar di pemanasan, latihan inti A, latihan inti B, aerobik dan Yayasan Asma Indonesia Cabang Yogyakarta dan pendinginan. Adapun tujuan senam ini adalah untuk Bagian Rekam Medis Poliklinik Paru RSUP Dr. melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan Sardjito sampai bulan Januari 2003. Subjek tidak memperkuat otot pernapasan, melatih ekspektorasi pernah mengikuti latihan pernapasan metode yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempertahankan apapun, bukan penderita penyakit jantung, epilepsi, asma terkontrol, serta meningkatkan kualitas hidup.4 penyakit ginjal ataupun diabetes mellitus, serta Latihan olah napas biasanya merupakan bagian bersedia untuk diteliti selama tiga bulan. Subjek yang dari suatu kesatuan gerakan tertentu yang sangat memenuhi kriteria dan bersedia menandatangani dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di negara informed consent berjumlah 18 orang. asalnya. Salah satu metode olah napas yang Subjek dibagi menjadi tiga kelompok secara dikembangkan di Rusia oleh Konstantin Buteyko acak, kelompok I sejumlah 6 orang diberikan latihan adalah latihan pernapasan dengan metode Buteyko.5 dengan metode Buteyko 1x60 menit per minggu, Metode Buteyko adalah serangkaian latihan kelompok II sejumlah 6 orang mengikuti latihan pernapasan yang sederhana dengan prinsip secara Senam Asma Indonesia bersama kelompok senam mekanisnya berbeda dengan metode pernapasan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 1x60 menit per yang lain. Namun secara umum memiliki tujuan yang minggu, kelompok III sejumlah 6 orang tanpa sama yaitu memperbaiki pernapasan diafragma. perlakuan dan berlaku sebagai kontrol. Perlakuan Metode ini memiliki ciri khusus yang lebih diberikan selama 12 minggu. Keterangan Kelaikan memfokuskan pada menurunkan frekuensi Etik (Ethical Clearance) dikeluarkan oleh Komisi Etik 6 Penelitian Kedokteran Kesehatan Fakultas pernapasan. Penderita asma akan mengalami hiperventilasi yang menyebabkan rendahnya kadar Kedokteran Universitas Gadjah Mada No. KE/FK/ CO2 yang akan diikuti dengan pergeseran efek Bohr 09/EC. dan akibatnya oksigenasi akan semakin berkurang. Pengukuran fungsi paru dilakukan dengan alat Frekuensi napas yang optimal dengan penurunan Autospiro AS-500 (Minato, Jepang) di Laboratorium frekuensi pernapasan membawa kadar CO2 pada Fisiologi Fakultas Kedokteran UGM setiap akhir kadar normal, sehingga oksigenasi akan optimal. bulan sebanyak 4 kali. Parameter yang diukur adalah Forced Expiratory Volume in 1 second Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 2, Juni 2007 l 53 Denny Agustiningsih, dkk.: Metode Buteyko pada Penderita Asma (FEV ), Forced Vital Capacity (FVC), percentage wanita lebih banyak dibanding pria sesuai dengan 1 8 FVC dan percentage FEV1. Pasangan data penelitian Peat et al. Namun dari penelitian ini dibandingkan menggunakan Wilcoxon signed-rank tentunya tidak dapat diambil kesimpulan bahwa test untuk data nonparametrik. Data disajikan dalam prevalensi asma dewasa lebih banyak pada wanita bentuk mean ± standard deviasi. dibanding pria, karena subjek penelitian ini merupakan pengunjung suatu fasilitas kesehatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta) bukan suatu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari penelitian yang dilakukan di masyarakat (community- Maret hingga Juni 2003. Adapun karakteristik subjek based survey). penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Tabel 1 data awal riwayat serangan asma semua subjek mengalami serangan 7 kali Tabel 1. Data Awal Subjek Penelitian yang Mengikuti dalam 1 minggu, berarti subjek mengalami serangan Latihan Pernapasan Metode Buteyko, Senam Asma setiap hari. Hal ini sesuai dengan kriteria untuk asma Indonesia Serta Kontrol Tanpa Perlakuan persisten derajat sedang. Rata-rata serangan terjadi pada malam hari sesuai dengan adanya ritme biologis pada beberapa penyakit pernapasan yang !"# $% $& pernah dilaporkan.9 '"# $ ( ' ) Data hasil pengukuran fungsi paru selama 12 *+ *# minggu, sebanyak 4 kali pengukuran, dapat dilihat , -$ -% -- pada Tabel 2. .& -$-/0 Tabel 2. Hasil Pengukuran Fungsi Paru Subjek Penelitian selama 4 Kali dalam Kurun Waktu Januari Mei 2003 12 4 - - - - 3 44 - - - - 444 - - - - .12 4 $ - -% $ - - 3 44 - $- -$ % -% %$ -% 444 - $ - $ - % - 5.12 4 $$ - -$ 44 % % - - -- - % 444 - -% % .61 4 - -- - % -% 30# 44 - - - - -% $ - % 444 $ - % - - -% 5.61 4 %$- - %- %-- %$ % $- 44 -% % % % - %- 444 $ %-- $ % $$$ % - Berdasarkan data awal subjek penelitian dapat PEMBAHASAN diamati bahwa rerata usia subjek adalah 41.6 tahun Berdasarkan hasil pada Tabel 2, tidak terdapat yang termasuk usia dewasa. Subjek dewasa lebih perbedaan rerata yang mencolok selama tiga bulan sering menderita serangan asma tipe ekstrinsik yaitu pengamatan untuk fungsi pernapasan pada tiap dengan penyebab nonspesifik, misalnya emosional, kelompok. Hasil analisis nonparametrik per bulan flu, perubahan suhu yang ekstrim maupun stres. selama 3 bulan pengamatan juga tidak menunjukkan Selain itu, asma yang muncul pada usia dewasa perbedaan yang bermakna. Perbedaan yang dapat berupa asma campuran yaitu asma yang bermakna (p<0.05) terdapat pada %FEV1 pada bulan muncul pada masa anak-anak, namun saat ke tiga pengamatan pada kelompok Buteyko, tetapi menginjak usia pubertas gejala berkurang hingga tidak pada kelompok yang lain. Metode Buteyko menghilang dan muncul kembali pada usia sekitar mengajarkan pasien untuk menormalkan pernapasan 40 tahun.1 Dari penelitian ini didapatkan subjek mereka dengan membiasakan menghirup dan 54 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 2, Juni 2007 Berita Kedokteran Masyarakat halaman 52 - 57 Vol. 23, No. 2, Juni 2007 menghembus napas melalui hidung, tidur dengan pernapasan dengan metode Buteyko maupun posisi miring ke kiri dan mencegah tidur terlentang Senam Asma Indonesia dapat memperbaiki nilai FVC karena dapat menyebabkan hiperventilasi. Sesi setelah bulan 1, 2 maupun 3. Hal ini karena sasaran latihan yang dilakukan adalah dengan menghembus metode Buteyko bukanlah pada latihan otot napas normal kemudian menahan napas sampai pernapasan, tetapi lebih pada memperbaiki frekuensi pertama kali merasa tidak nyaman. Waktu ini dicatat napas untuk mengurangi hiperventilasi. sebagai control pause (CP). Pada orang sehat Senam Asma Indonesia sesungguhnya memiliki mampu mencapai 50-60 detik, tetapi pada penderita titik berat pada kelenturan dan kekuatan otot, asma sedang sampai berat seringkali hanya mampu sehingga seharusnya dapat memperbaiki nilai FVC 1-3 detik. Kemudian diikuti dengan bernapas pelan apabila dilakukan 3-4x/minggu dengan durasi 30 dan tidak dalam melalui hidung, yang disebut shal- menit dalam waktu 6-8 minggu sesuai panduan low breathing (SB). Setelah itu sesi dilanjutkan senam tersebut. Subjek penelitian hanya melakukan dengan CP yang dikombinasi dengan beraktivitas senam 1x/minggu dengan durasi 60 menit selama seperti senam ringan, yang disebut Extended Pause 12 12 minggu. Menurut McArdle, et al., olahraga yang (EP). Lama CP akan bertambah setelah mengikuti mengandung gerakan aerobik sebaiknya dilakukan latihan selama beberapa bulan. Makin panjang CP tiap 48 jam sekali supaya terjadi adaptasi pada berarti pola bernapas makin mendekati normal dan sistem tubuh, apabila olahraga dilakukan lebih dari 6 menjauhi hiperventilasi. 48 jam sekali, maka adaptasi yang tercapai akan Senam Asma Indonesia melatih para penderita menurun menuju kondisi semula. Menilik hal asma dengan beberapa sesi termasuk di dalamnya tersebut, maka senam asma yang dilakukan hanya adalah sesi latihan menarik napas dan 1x/minggu kurang efektif untuk memperbaiki otot menghembuskan napas dengan ekspirasi lebih pernapasan, serta FVC penderita asma. panjang dua hitungan dibanding inspirasi. Latihan Kecepatan FEV dikeluarkan dari paru dapat ini bertujuan melatih cara bernapas yang baik. Sesi 1 yang lain adalah untuk melenturkan otot pernapasan, merefleksikan adanya tahanan terhadap aliran udara sehingga mempermudah pernapasan dan terutama saluran napas yang berdiameter lebih dari ekspektorasi. Sesi utama adalah sesi aerobik yang 2 mm, untuk analisis biasanya dibandingkan dengan menggunakan otot-otot besar untuk melatih sistem FVC sebagai %FEV1. Walaupun demikian Herpel, 13 kardiovaskular dan respirasi dalam mendistribusikan et al., melaporkan bahwa perubahan absolut FEV1 pasokan darah.4 seharusnya lebih diperhatikan dibandingkan dengan persentase perubahan FEV untuk melihat adanya Forced Vital Capacity (FVC) menggambarkan 1 kemampuan elastik paru dan dinding dada, serta perbaikan atau bertambah buruknya fungsi paru kekuatan otot-otot pernapasan. Nilai FVC pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). keadaan normal kurang lebih sama dengan Force Expiratory Volume In 1 Second (FEV1) kapasitas vitalnya (VC), tetapi pada penderita merupakan petunjuk yang sangat berharga untuk obstruksi saluran pernapasan akan terdapat mengetahui adanya gangguan kapasitas ventilasi pengurangan yang nyata akibat penutupan prematur dan nilai yang kurang dari 1 L selama detik pertama saluran napas kecil karena udara yang terperangkap. menunjukkan adanya gangguan fungsi yang berat. Nilai FVC atau VC pada orang normal akan lebih FEV1 akan menurun apabila ada peningkatan dari 80% kapasitas prediksinya (VCP). Pengukuran tahanan saluran napas atau adanya penurunan elas- FVC yang dikombinasi dengan FEV sangat berguna tic recoil paru. Hal ini tidak dipengaruhi oleh usaha 1 menghembuskan napas karena nilai FEV untuk memantau kemajuan suatu penyakit obstruktif. 1 Pada penelitian ini didapatkan nilai %FVC yang tergantung pada kecepatan aliran udara saat <60% dan %FEV <80% yang menguatkan adanya melewati bronkus yang mengalami penyempitan 1 gangguan obstruksi pada subjek penelitian. serta tekanan dari paru yang kembali ke posisi Menurut VanHoutte, et al.,11 latihan untuk otot semula, bukan dipengaruhi oleh tekanan intrapleura pernapasan cenderung memperbaiki kekuatan otot 14 selama usaha yang maksimal. Menurut Shen et ekspirasi dan kapasitas vital, walaupun demikian al.,15 pengaruh perubahan volume paru terhadap tidak cukup data untuk membuktikannya. Penelitian respon saluran napas in vivo terutama berhubungan inipun demikian pula tidak terbukti bahwa latihan dengan regangan otot polos saluran napas. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 2, Juni 2007 l 55
no reviews yet
Please Login to review.