jagomart
digital resources
picture1_Radioimmunoassay Pdf 85799 | 44091425


 185x       Filetype PDF       File size 0.08 MB       Source: inis.iaea.org


File: Radioimmunoassay Pdf 85799 | 44091425
prosiding seminar nasional sains dan teknologi nuklir tema peningkatan peran iptek nuklir ptnbr batan bandung 3 juni 2009 untuk kesejahteraan masyarakat optimasi pemisahan fase cair pada kit radioimmunoassay aflatoksin b1 ...

icon picture PDF Filetype PDF | Posted on 14 Sep 2022 | 3 years ago
Partial capture of text on file.
                        Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir               Tema  :   Peningkatan Peran Iptek Nuklir 
                        PTNBR – BATAN Bandung, 3 Juni 2009                                            untuk  Kesejahteraan   Masyarakat
                          
                                                 OPTIMASI PEMISAHAN FASE CAIR  
                                    PADA KIT RADIOIMMUNOASSAY AFLATOKSIN B1 
                                                                                 
                                                    1                       1                1                      1         1
                                 Agus Ariyanto , Martalena Ramli , Fitri Yunita , Gina Mondrida , Sutari ,  
                                                                              1                   1 
                                                             Sri Setiowati  dan Triningsih
                                                                                 
                                 1
                                  Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang  
                                                                  Email: danto@batan.go.id 
                                                                                 
                                                                         ABSTRAK 
                          
                              OPTIMASI PEMISAHAN FASE CAIR PADA KIT RADIOIMMUNOASSAY  AFLATOKSIN 
                         B1. Aflatoksin adalah metabolit sekunder dari jamur Aspergillus flavus dan A. parasiticus yang tumbuh 
                         pada berbagai jenis bahan pangan dan pakan  serta produknya. Aflatoksin khususnya aflatoksin B1 
                         mempunyai aktivitas biologi yang luas diantaranya toksik,  teratogenik, mutagenik dan karsinogenik. 
                         Oleh karena itu kandungan aflatoksin dalam makanan harus memenuhi tingkat keamanannya. Metode 
                         yang  sensitif, spesifik, akurat, dan praktis untuk deteksi aflatoksin adalah metode imunokimia atau 
                         immunoassay, diantaranya adalah teknik radioimmunoassay (RIA).  Teknik ini didasarkan pada prinsip 
                                                                                                                      125
                         imunologi menggunakan perunut radioaktif. Aflatoksin B1 (AfB ) ditandai dengan                 I secara tidak 
                                                                                                1
                         langsung kemudian dimurnikan dengan metode ekstraksi pelarut. Perunut selanjutnya diuji aktivitas 
                         imunologinya menggunakan poliklonal antibodi aflatoksin B1. Untuk menghasilkan kit RIA Af  yang 
                                                                                                                                B1
                         memenuhi baku mutu yang disyaratkan, ada dua hal yang perlu dioptimasi.  Yang pertama adalah 
                                                                                                               125
                         optimasi komponen kit yang terdiri standar AfB , perunut AfB  (AfB  bertanda            I) dan antibodi AfB .  
                                                                            1               1      1           125                    1
                         Hal kedua yang harus dioptimasi adalah metode  pemisahan  antara kompleks                I-AfB -Ab- AfB  dari 
                               125                125                                                                  1          1
                         fraksi   I- AfB  bebas (    I- AfB  yang tidak bereaksi). Pemisahan antara AfB1 yang terikat dan  fraksi 
                                         1                 1
                         bebas dilakukan dengan metode  pengendapan menggunakan campuran polietilenglikol (PEG), antibodi 
                         kedua dan serum kelinci normal (NRS). Tujuan  penelitian adalah  untuk mendapatkan  komposisi 
                         pereaksi pemisah yang optimal pada metode pemisahan fase cair kit RIA aflatoksin B .  Pembuatan 
                                         125                                                                            1
                         AfB1 bertanda     I menghasilkan rendemen rata-rata 53,7± 10,15 %    %, ikatan imunologi 30,6 % dan 
                         ikatan tak spesifik sebesar 3,0 % serta perunut tersebut stabil selama 2 minggu. Dari optimasi metode 
                         pemisahan fasa cair menggunakan campuran PEG dan serum kelinci normal (NRS) , didapatkan bahwa 
                         penggunaan pereaksi pemisah PEG sebesar 18 %  yang dicampurkan dengan  NRS 7,5 % dapat 
                                                                                                               125
                         memberikan hasil pemisahan yang optimal  untuk memisahkan antara kompleks                I- AfB -Ab- AfB dan  
                                125                                                                                     1          1 
                         fraksi   I- AfB  bebas dengan  % ikatan imunologi (%B/T) sebesar 20,3 % dan ikatan tak spesifik 
                                         1
                         (%NSB) 1,7 %. Diketahui juga bahwa penggunaan antibodi kedua pada pemisahan antara kompleks 
                         125                             125
                           I- AfB -Ab- AfB dan  fraksi      I- AfB  bebas dapat meningkatkan ikatan imunologi (% B/T) 
                                  1         1                     1
                          
                                                                                                      125
                         Kata kunci. (RIA), Aflatoksin B1, karsinogenik,RIA, optimasi, kompleks         I - AfB -Ab - AfB  
                                                                                                               1          1 
                          
                                                                        ABSTRACT 
                          
                           OPTIMISATION OF LIQUID FASE SEPARATION ON AN AFLATOXIN B1 
                         RADIOIMMUNOASSAY KIT.  Aflatoxins are secondary metabolites of Aspergillus flavus and A. 
                         parasiticus, which grow on a wide variety of food, feeds and their products.  Aflatoxin, particularly 
                         aflatoxin B1 (AfB1) has wide biological activities including toxic, teratogenic, mutagenic and 
                         carcinogenic.  Therefore the Af    contentin foods should be met the requirement of food safety standard.  
                                                          B1         
                         Radioimmunoassay (RIA) technique is one of immunochemical methods or immunoassays which has 
                         been considered to be sensitive, specific, accurate and practical for detection of aflatoxin.  This 
                         technique is based on immunological reaction using radioactive tracer.  AfB1  was indirectly 
                         radiolabelled and then purified by using a solvent extraction.  The tracer was then undergone a 
                         immunological testing by using a polyclonal antibody of AfB . In order to produce Af  RIA kit which 
                                                                                           1                          B1
                         meets the standard quality’s requirement there are two parameters that have to be optimised.  First is 
                                                                                                         125
                         optimisation of kit components which consist : standar AfB , AfB  tracer (        I-AfB ) and AfB antibody. 
                                                                                         1     1                 1           1 
                                                                              299 
                       Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir               Tema  :   Peningkatan Peran Iptek Nuklir 
                       PTNBR – BATAN Bandung, 3 Juni 2009                                            untuk  Kesejahteraan   Masyarakat
                        
                                                                                      125                                    125
                       Second parameter is optimisation of separation method of         I-AfB -Ab-AfB  complex from free        I-AfB  
                        125                                                                   1         1                             1
                       (   I-AfB  which does not react with Ab-AfB ).  The separation of the bound Af  from free fraction was 
                                1                                     1                                     B1
                       carried out using precipation method where a mixture of polyethylen glykol (PEG), second antibody and 
                       normal rabbit serum (NRS) was used as precipatating agent.  The aim of this study was to get the 
                                                                                                                             125
                       optimum composition of agent for separation liquid fase of Af  RIA kit.  Preparation of                  I-AfB  
                                                                                              B1                                      1
                       resulted an average of yield of 53.7± 10,15 %   %, immunological binding of 30.6 % and non specific 
                       binding of 3,0 %.  Optimisation of precipitating agent which was carried out using a mixture of 18 % 
                                                                                                   125
                       PEG and 7.5 % NRS was found to give an optimal separation between              I- AfB -Ab- AfB complex from 
                            125                                                                             1          1 
                       free    I-AfB1which has given a percentage of immunological binding of 20.3% and a non specific 
                                                                                                                            125
                       binding of 1.7%.  It was also found out that the addition of second antibody in separation of          I- AfB -
                                                       125                                                                           1
                       Ab- AfB1 complex from free         I-AfB1 was also found to be be able in improving the percentage of 
                       immunological binding (% B/T) 
                        
                                                                                     125
                       Key word: Aflatoxin B , carcinogenic, RIA, optimisation,         I-AfB -Ab-AfB  complex. 
                                               1                                             1         1
                        
                        
                       1.    PENDAHULUAN                                           digunakan untuk kuantifikasi berbagai zat atau 
                                                                                   analit adalah teknik radioimmunoassay (RIA). 
                            Aflatoxin merupakan kelompok racun yang                Teknik ini merupakan teknik analisis yang 
                       banyak dihasilkan dari metabolisme sekunder                 didasarkan pada prinsip imunologi yang 
                       dari beberapa strain jamur Aspergillus  flavus              menggunakan perunut radioaktif. Teknik ini 
                       dan semua strain Aspergillus  parasiticus.                  spesifik karena didasarkan pada reaksi 
                       Aflatoksin khususnya aflatoksin B1 (AfB )                   imunologi antara antigen dan antibodi yang 
                                                                         1
                       mempunyai aktivitas biologi yang luas                       spesifik hanya untuk antigen tertentu saja.  Oleh 
                       diantaranya toksik, teratogenik, mutagenik dan              karena teknik RIA ini sangat spesifik maka zat-
                       karsinogenik. International Agency for Research             zat yang ada dalam cuplikan dapat langsung 
                       on Cancer (IARC) menetapkan AfB  sebagai                    dianalisis tanpa perlu dipisahkan dari matriks 
                                                                 1
                       karsinogen potensial. Oleh karena itu kandungan             yang kompleks. Penggunaan zat radioaktif 
                       aflatoksin pada makanan tidak boleh melebihi                menyebabkan teknik ini sangat peka, karena 
                       tingkat keamanannya [1]. Menurut Food &                     radioaktivitas perunut dapat diukur dengan 
                       Drug Administration (FDA) batas maksimum                    peralatan yang sangat peka. Analisis aflatoksin 
                       kadar aflatoksin yang masih diperbolehkan                   menggunakan teknik RIA dilaporkan mampu 
                       dalam bahan makanan adalah 20 ppb. WHO                      medeteksi kadar AFB dalam pangan dan pakan 
                                                                                                          1 
                       memberikan batas yang lebih rendah yaitu 5                  yang kadarnya relatif rendah (0,5-300 ng/g) [4].  
                       ppm untuk kandungan aflatoksin B1 untuk                         Untuk menghasilkan kit RIA AfB  yang 
                                                                                                                               1
                       semua produk makanan, sedangkan kandungan                   memenuhi baku mutu yang disyaratkan ada dua 
                       total aflatoksin tidak boleh lebih dari 10 ppm              hal yang perlu dioptimasi. Yang pertama adalah 
                       [2].                                                        optimasi komponen kit yang terdiri standar 
                            Selama ini ada dua metode standar deteksi              AfB , perunut AfB  (AfB  yang ditandai dengan 
                                                                                       1         125   1      1
                       AfB  yang umum digunakan, yaitu kromatografi                radionuklida     I) dan antibodi AfB . Perunut 
                            1                                                                 125                          1
                       cair kinerja tinggi (KCKT) dan kromatografi                 AfB  (I-AfB) harus mempunyai 
                                                                                       1               1
                       lapis tipis (KLT). Kedua metode tersebut sangat             immunoreaktivitas antara 50 – 60%. Sementara 
                       akurat tetapi metode ini memerlukan waktu                   itu antibodi AfB  (Ab AfB ) yang diproduksi 
                                                                                                     1            1
                       preparasi cuplikan yang mahal dan lama. Untuk               juga harus bereaksi secara spesifik hanya 
                                                                                                                      125
                       itu perlu dikembangkan satu metode yang tidak               dengan AfB  dan perunut AfB  ( I-AfB ). Hal 
                                                                                                1                   1          1
                       hanya mempunyai akurasi dan ketelitian yang                 kedua yang harus dioptimasi adalah metode 
                                                                                                                 125
                       tinggi, spesifik dan peka tetapi pengerjaannya              pemisahan antara kompleks       I- AfB -Ab- AfB  
                                                                                                125                  125  1           1
                       juga sederhana dan sekaligus mampu                          dari fraksi    I- AfB  bebas (      I- AfB  yang 
                       menganalisis beberapa cuplikan dalam satu set               tidak bereaksi) [5].   1                    1
                       analisis. Teknik analisis yang dapat                             Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 
                       dikembangkan untuk mengantikan dua metode                   mendapatkan parameter pemisahan fase cair 
                       konvensional di atas adalah metode imunokimia               yang optimal pada kit RIA AfB  sehingga dapat 
                                                                                                                     1
                       [3].                                                        dikembangkan Kit RIA AfB  yang dapat 
                                                                                                                      1
                            Salah satu metode imunokimia yang banyak               memenuhi baku mutu, yaitu kit yang sensitif, 
                                                                            300 
                        Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir               Tema  :   Peningkatan Peran Iptek Nuklir 
                        PTNBR – BATAN Bandung, 3 Juni 2009                                            untuk  Kesejahteraan   Masyarakat
                          
                         spesifik, dan akurat untuk analisis AFB1.                  CMO yang sudah diaktifasi. 
                         Diharapkan kit RIA AFB  yang akan                           
                                                           1                                                                 125
                         dikembangkan ini dapat digunakan secara luas               2.3.2 Konjugasi AfB1-CMO dengan            I-
                         oleh produsen bahan pangan, makanan jadi                         histamin 
                         maupun pakan ternak dalam rangka menunjang                  
                         penyediaan bahan pangan dan pakan ternak                        Sebanyak 2 mg AfB1-CMO diaktifasi 
                         yang sehat dan tidak membahayakan kesehatan                dengan cara  dilarutkan dalam 50 μl dioksan 
                         manusia dan ternak. Selain itu kit ini dapat               bebas air lalu ditambah dengan 10 μl 
                         menganalisis cuplikan dengan cepat dan dengan              tributilamin yang telah dilarutkan dalam dioksan 
                         biaya yang lebih murah dibandingkan metode                 (1:5) dan didinginkan sampai 10 °C. Selanjutnya 
                         konvensional KCKT dan KLT                                  campuran ditambah dengan 10 μl 
                                                                                    isobutilkloroformat (1:10 dalam dioksan) dan 
                                                                                    diinkubasi selama 30 menit pada temperatur 
                         2.   BAHAN DAN METODE                                      10°C dengan pengadukan. Campuran di atas 
                                                                                    diencerkan dengan dioksan sampai 2,8 ml, 
                         2.1  Bahan                                                 kemudian 50 μl  larutan tersebut  dimasukkan ke 
                                                                                                                        125
                              Aflatoxin B1 (Sigma), aflatoxin B1 BSA                dalam larutan histamin bertanda       I dan diaduk 
                         konjugat (Sigma), asam aminoksi acetat                     selama 2 jam. Setiap 1 jam pH diperiksa dan pH 
                         (Sigma), piridin (TCI), akuabides (IPHA),                  campuran tetap dijaga pada pH 8. Selanjutnya 
                         ITLC-SG (Merck), metanol (Merck), CHCL3                    hasil konjugasi ini dimurnikan dengan  ekstraksi 
                         (Merck), silica gel (Merck), histamin (Sigma),             pelarut.  
                                                                                     
                         Na-metabisulfit (Sigma), kloramin-T (Sigma)                2.3.3 Pemurnian konjugat AfB1-CMO- 125I - 
                         Na125I (Nordion), dioksan bebas Air (Sigma),                     histamin 
                         tributilamin (Sigma), isobutilkloroformat                   
                         (Sigma), larutan dapar fosfat 0,5 M  pH 8,                       Hasil konjugasi AfB1-O- CMO dengan  
                         larutan dapar fosfat salin 0,05 M pH 7,4 dan               125
                         polietilen glikol (PEG) Merck.                                I- histamin diasamkan dengan 1 ml HCl 0,1 N 
                                                                                    dan diekstraksi dengan 1 ml etil asetat (ekstrak 
                         2.2  Peralatan                                             I). Fasa air ditambah 1 ml NaOH 0,1 N dan 1 ml 
                                                                                    natrium metabisulfit (1 mg/ml) dalam 0,5 M 
                              Timbangan analitik, UV kabinet, UV-Vis                dapar fosfat dan selanjutnya dieksraksi lagi 
                         spektrofotometer (Jasco Japan), alat pencacah              dengan 0,5 ml etil asetat (ekstrak II). Jumlah 
                         gamma (DPC), sentrifuga (Beckman), plat                    radioaktifitas yang terdapat pada ekstrak I dan II 
                         pemanas/ pengaduk, termometer.                             di bagi radioaktifitas awal dikalikan 100% 
                                                                                    adalah rendemen penandaan. Ekstrak I dan II 
                         2.3  Pembuatan  AfB1-CMO-125I Histamin                     tidak dicampur karena biasanya tingkat 
                                                                                    imunologinya berbeda. Masing-masing ekstrak 
                                                                         125        selanjutnya diperiksa kemurnian radiokimianya 
                              Pembuatan perunut AfB1-CMO- I                         menggunakan kromatografi lapis tipis silika gel 
                         histamin dilakukan dengan penandaan tidak                  dengan  fase gerak campuran toluen - metanol – 
                         langsung. Penandaan dilakukan dua tahap,                   asam asetat dengan perbandingan (75:24:1)[5]. 
                                                              125                                             125
                         pertama histamin ditandai dengan       I kemudian          Konjugat AfB1-CMO- I- Histamin untuk 
                         dikonjugasikan dengan AfB1-CMO yang sudah                                                        125
                         diaktifasi.                                                selanjutnya disebut AFB1 bertanda        I dan diuji 
                                                                                    stabilitasnya selama dalam penyimpanan. 
                                                               125                         
                        2.3.1 Penandaan histamin dengan           I                 2.4  Pembuatan larutan pemisah fasa cair 
                                                                                     
                             Sejumlah10 µl histamin (22 μg/mL)                                                          125
                                                                                         Pemisahan antara kompleks         I- AfB -Ab- 
                                                125                                                      125                      1
                         ditambah  20 μl Na       I (~ 2 mCi) dan 10 µl             AfB dan fraksi  I-AfB  bebas dilakukan 
                         kloramin-T (5 mg/mL), kemudian campuran                         1                        1
                                                                                    dengan metode pemisahan fase cair 
                         dikocok dengan pengocok vorteks selama 1                   menggunakan polietilen glikol (PEG) sebagai 
                         menit. Reaksi dihentikan dengan penambahan                 pengendap. Larutan pemisah fase cair ini terdiri 
                         10 µL larutan Na metabisulfit  (30 mg/mL) dan              dari campuran PEG, serum kelinci normal 
                                                          
                         diperiksa rendemen penandaan . Bila rendemen               (NRS) dan antibodi kedua. Penggunaan semua 
                                                 125
                         histamin bertanda  I lebih dari 45%,                       pereaksi tersebut harus dioptimasi. Tujuan 
                         dilanjutkan dengan konjugasi dengan AfB1-                  dilakukan optimasi adalah untuk mendapatkan 
                                                                              301 
                        Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir                   Tema  :    Peningkatan Peran Iptek Nuklir 
                        PTNBR – BATAN Bandung, 3 Juni 2009                                                 untuk  Kesejahteraan   Masyarakat
                         
                        jumlah pereaksi yang optimal sehingga                          imunologinya masih diatas 20% seperti terlihat 
                        memberikan % ikatan imunologi (%B/T)  yang                     pada Gambar 1. 
                        optimal dan % ikatan tak spesifik (%NSB) yang                         
                        rendah (<5%). PEG ditimbang masing-masing 
                        sebanyak 10 g, 15 g, 18 g, 20 g lalu dilarutkan                      i 35
                        dalam 100 ml dapar fosfat salin 0,05 M pH 7,4                        g30
                                                                                             o
                                                                                             l 25
                        (larutan dapar kerja), sehingga didapatkan                           o
                                                                                             n
                                                                                              20                                       %B/T
                        larutan PEG dengan konsentrasi 10 %, 15 %, 18                        u
                                                                                              15
                                                                                             m
                                                                                             I
                        % dan 20 %. Kedalam masing-masing larutan                             
                                                                                             n
                                                                                              10
                        ini ditambahkan NRS dengan variasi konsentrasi                       e
                                                                                             s 5
                                                                                             r
                        (2,5 %, 5 %, 7,5 %, 10 % dan 15 %  dalam                             e 0
                        larutan  dapar kerja). Antibodi kedua dengan                         P
                        pengenceran 1 : 100. Antibodi kedua adalah 
                        antibodi yang diperoleh dengan cara 
                        menyuntikkan IgG kelinci ketubuh kambing,                                             Waktu
                        sehingga dalam tubuh kambing terbentuk                                                                                 
                        antibodi kedua.                                                Gambar 1. Kurva stabilitas perunut AfB1 
                                                                                       bertanda      125I pada penyimpanan dalam 
                        2.5  Prosedur        assay penentuan ikatan                                     0
                              imunologi aflatoksin B                                   refrigerator (4  C). 
                                                          1                             
                                                                                        
                              Sebanyak 100 ul larutan blanko dipipet ke                      Metode pemisahan antara kompleks 125I- 
                        dalam tabung reaksi yang sudah  diberi tanda                                                      125
                                                                                       AfB -Ab- AfB dan  fraksi  I- AfB  bebas 
                        sesuai dengan variasi konsentrasi larutan                           1            1                           1
                        pereaksi pemisah fase cair yang sudah disiapkan                dilakukan dengan metode pemisahan fase cair. 
                        seperti  prosedur di atas . Kemudian ditambah                  Beberapa pereaksi yang perlu dioptimasi 
                                                                  125                  penggunaannya meliputi  polietilen glikol 
                        dengan  300 ul AfB1 bertanda  I dengan                         (PEG), serum kelinci normal (NRS) dan 
                        jumlah cacahan ± 30.000 cpm dan 100 ul                         antibodi kedua. PEG merupakan polimer dengan 
                        antibodi AfB1 selanjutnya di inkubasi selama 3                 berat molekul yang  besar sehingga dapat 
                        jam pada temperatur kamar . Setelah itu                                                       125
                                                                                       mengendapkan kompleks  I- AfB -Ab- AfB  
                        ditambahkan 100 ul antibodi kedua dan 1000 ul                                                           1            1.
                        PEG dengan konsentrasi yang berbeda-beda (10                   Dari penelitian ini diketahui bahwa penggunaan 
                                                                                       konsentrasi PEG sebesar 18 % dapat 
                        %, 15 %, 18 %, 20 %)  yang masing –masing                                                     125
                                                                                       mengendapkan kompleks  I- AfB -Ab- AfB  
                        telah  mengandung serum kelinci normal dengan                                                            1           1
                        konsentrasi (2,5 %, 5%, 7,5 %, 10 % dan 15 %),                 dengan baik yang ditunjukkan oleh  ikatan 
                        lalu inkubasi dilanjutkan selama 15 menit  dan                 imunologi diatas 20 % dengan ikatan tak 
                        disentrifugasi selama 20 menit pada 3000 rpm                   spesifik yang rendah 1,7 % seperti terlihat pada 
                                                                   125                 Gambar 2.  
                        untuk memisahkan antara kompleks              I- AfB -
                                                         125                 1                    
                        Ab- AfB dan  fraksi  I- AfB  bebas, 
                                    1                                1
                        selanjutnya didekantasi  dan ditentukan                             25
                        radioaktivitas endapan yang tertinggal didalam 
                                                   125                                      20
                        tabung yaitu kompleks        I- AfB -Ab- AfB                                         % 
                                                             1           1                   i               NSB
                                                                                             g
                                                                                             l
                                                                                             o
                                                                                            15
                                                                                             n
                                                                                             u
                         3.   HASIL DAN PEMBAHASAN                                           m
                                                                                             i
                                                                                              
                                                                                            10
                                                                                             n
                                                                                             e
                                                                                             s
                              Rata-rata Penandaan AfB1-CMO dengan                            r
                                                                                             e
                                                                                             5
                        125I-Histamin didapatkan  rendemen penandaan                         P
                        53,3 ± 10,15 %  dan ikatan imunologi (%B/T)                          0
                        30,6 % dengan ikatan tak spesifik (NSB) 2,97                           0        5        10       15      20       25
                                                         125                                                  Konsentrasi PEG,%
                        %. Perunut AfB1 bertanda            I ini  memenuhi 
                        syarat untuk digunakan karena nilai ikatan tak                                              
                        spesifiknya masih dibawah 5 % , sehingga dapat                 Gambar 2. Hubungan antara jumlah PEG 
                        digunakan untuk pengujian optimasi  pereaksi-                  digunakan terhadap Ikatan imunologi (%B/T) 
                                                                        125
                        pereaksi lainnya. Perunut AfB1 bertanda           I ini         
                        juga relatif stabil sampai 3 minggu bila                             Pada penggunaan serum kelinci normal 
                        disimpan di refrigerator dengan ikatan 
                                                                                 302 
The words contained in this file might help you see if this file matches what you are looking for:

...Prosiding seminar nasional sains dan teknologi nuklir tema peningkatan peran iptek ptnbr batan bandung juni untuk kesejahteraan masyarakat optimasi pemisahan fase cair pada kit radioimmunoassay aflatoksin b agus ariyanto martalena ramli fitri yunita gina mondrida sutari sri setiowati triningsih pusat radioisotop radiofarmaka kawasan puspiptek serpong tangerang email danto go id abstrak adalah metabolit sekunder dari jamur aspergillus flavus a parasiticus yang tumbuh berbagai jenis bahan pangan pakan serta produknya khususnya mempunyai aktivitas biologi luas diantaranya toksik teratogenik mutagenik karsinogenik oleh karena itu kandungan dalam makanan harus memenuhi tingkat keamanannya metode sensitif spesifik akurat praktis deteksi imunokimia atau immunoassay teknik ria ini didasarkan prinsip imunologi menggunakan perunut radioaktif afb ditandai dengan i secara tidak langsung kemudian dimurnikan ekstraksi pelarut selanjutnya diuji imunologinya poliklonal antibodi menghasilkan af baku mu...

no reviews yet
Please Login to review.