Authentication
138x Tipe PDF Ukuran file 0.48 MB Source: core.ac.uk
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Buletin Psikologi BULETIN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 23, NO. 2, DESEMBER 2015: 103 – 111 ISSN: 0854-7108 Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia Prasekolah 1 Femmi Nurmalitasari Program Magister Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Pengantar American Academy of Pediatrics (2012) menyatakan bahwa perkembangan sosial Perkembangan1 sosial emosi semakin emosi mengacu pada kemampuan anak dipahami sebagai sebuah krisis dalam untuk: memiliki pengetahuan dalam perkembangan anak. Hal ini disebabkan mengelola dan mengekspresikan emosi karena anak terbentuk melalui sebuah secara lengkap baik emosi positif maupun perkembangan dalam proses belajar. Dari emosi negatif, mampu menjalin hubungan masa perkembangan awal, bayi menun- dengan anak-anak lain dan orang dewasa jukkan rasa aman dalam keluarganya disekitarnya, serta secara aktif mengeks- apabila kebutuhannya terpenuhi oleh ling- plorasi lingkungan melalui belajar. kungan. Bayi akan mengeksplorasi melalui Usia dini disebut juga sebagai tahap sentuhan, rasa, dll. Dari mengeksplorasi perkembangan kritis atau usia emas itulah bayi akan belajar. Sebaliknya, (golden age). Pada tahap ini sebagian besar apabila bayi merasa tidak aman dalam jaringan sel-sel otak berfungsi sebagai lingkungan keluarga, bayi akan mengha- pengendali setiap aktivitas dan kualitas biskan energinya untuk mengatur dirinya manusia. Dua tahun pertama kehidupan sehingga bayi tidak memiliki kesempatan manusia sangat penting bagi perkembang- untuk mengeksplorasi. Ketika bayi tidak an anak. Anak mulai mengembangkan dapat kesempatan untuk bereksplorasi, kemampuan motorik indrawi, visual dan bayi tidak memiliki kesempatan untuk auditori yang distimulasi melalui ling- belajar. kungan sekitarnya (Schunk, 2012). Proses belajar pada masa inilah yang mempengaruhi perkembangan pada ta- Anak usia dini hapan selanjutnya (Briggs, 2012). Masa Anak usia dini adalah seorang anak perkembangan bayi hingga memasuki yang usianya belum memasuki suatu lem- sekolah dasar menjadi “fondasi” belajar baga pendidikan formal seperti sekolah yang kuat bagi anak untuk mengembang- dasar (SD) dan biasanya mereka tetap kan kemampuan sosial emosinya menjadi tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan lebih sehat dan anak siap menghadapi dalam benntuk berbagai lembaga pendi- tahapan perkembangan selanjutnya yang dikan pra-sekolah, seperti kelompok ber- lebih rumit. Pada tahap krisis inilah men- main, taman kanak-kanak, atau taman jadi waktu yang tepat dalam meletakkan penitipan anak. Anak usia dini adalah dasar-dasar pengembangan kemampuan anak yang berusia 0-8 tahun. Sedangkan sosial emosi. pada hakekatnya anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana 1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila- memiliki pola pertumbuhan dan perkem- kukan melalui: femmi.nurmalitasari@gmail.com BULETIN PSIKOLOGI 103 NURMALITASARI bangan dalam aspek fisik,kognitif,sosial dalam keluarga kependidikan dalam ling- emosional, kreativitas, bahasa dan komu- kungan sekolah. Karena pada tahapan ini, nikasi yang khusus yang sesuai dengan anak tidak lagi berkumpul dan bergaul tahapan yang sedang dilalui oleh anak bersama keluarga dirumah namun sudah tersebut. Dan berbagai penelitian menyim- berkumpul bersama dengan figur baru pulkan bahwa anak usia dini adalah anak yaitu guru dan teman sebayanya. Anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam harus dibimbing untuk memperoleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, keterampilan sosial yang berhubungan baik fisik maupun mental. dengan emosional. Definisi lain menyebutkan bahwa Tahapan Perkembangan Sosial Emosi Anak anak usia dini yaitu anak dengan usia 4-6 tahun dimana anak telah memasuki jen- Perkembangan sosial merupakan per- jang prasekolah. Anak pada usia tersebut kembangan tingkah laku pada anak dima- mengalami perubahan pada fase kehidup- na anak diminta untuk menyesuaikan diri an sebelumnya. Masa anak usia dini sering dengan aturan yang berlaku dalam disebut dengan “golden age” atau masa lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, emas. Pada masa ini hampir seluruh perkembangan sosial merupakan proses potensi anak mengalami masa peka untuk belajar anak dalam menyesuaikan diri tumbuh dan berkembang secara tepat dan dengan norma, moral dan tradisi dalam hebat. Perkembangan setiap anak tidak sebuah kelompok (Yusuf dalam Yahro, sama karena setiap individu memiliki 2009). Piaget menunjukkan adanya sifat perkembangan yang berbeda. egosentris yang tinggi pada anak karena Taman kanak-kanak sebagai salah anak belum dapat memahami perbedaan satu bentuk pendidikan prasekolah yang perspektif pikiran orang lain (Suyanto, ada di jalur pendidikan yang memberikan 2005). Pada tahapan ini anak hanya layanan bagi anak usia dini hingga mementingkan dirinya sendiri dan belum memasuki tahapan pendidikan dasar. mampu bersosialisasi secara baik dengan Patmonodewo (2003) menyebutkan “anak orang lain. Anak belum mengerti bahwa prasekolah adalah mereka yang berusia lingkungan memiliki cara pandang yang antara 3-6 tahun. Mereka biasanya meng- berbeda dengan dirinya (Suyanto, 2005). ikuti program prasekolah. Sedangkan di Anak masih melakukan segala sesuatu de- Indonesia, umumnya mereka mengikuti mi dirinya sendiri bukan untuk orang lain. program tempat penitipan anak (3 bulan – Awal perkembangan sosial pada anak 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tumbuh dari hubungan anak dengan tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun orang tua atau pengasuh dirumah teru- biasanya mereka mengikuti program tama anggota keluarganya. Anak mulai taman kanak-kanak”. Pendidikan pada bermain bersama orang lain yaitu keluar- taman kanak-kanak diarahkan untuk ganya. Tanpa disadari anak mulai belajar mengembangkan potensi anak semaksimal berinteraksi dengan orang diluar dirinya mungkin sesuai dengan tahapan perkem- sendiri yaitu dengan orang-orang diseki- bangan anak melalui kegiatan bermain tarnya. Interaksi sosial kemudian diper- sambil belajar. Selain itu, taman kanak- luas, tidak hanya dengan keluarga dalam kanak diharapkan juga berusaha untuk rumah namun mulai berinteraksi dengan mengembangkan segi kepribadian anak tetangga dan tahapan selanjutnya ke dalam rangka menjembatani pendidikan sekolah. 104 BULETIN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Perkembangan sosial anak sangat Begitu pentingnya perkembangan sosial dipengaruhi oleh proses perlakuan atau hingga Sri Esti (Yahro, 2009) mengatakan bimbingan orang tua terhadap anak dalam dalam buku psikologi pendidikan bahwa mengenalkan berbagai aspek kehidupan anak yang kurang popular adalah anak sosial atau norma dalam masyarakat. Pro- yang kurang memiliki keterampilan sosial. ses ini biasanya disebut dengan sosialisasi. Perkembangan sosial dapat dipetakan Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu dalam beberapa aspek. Kostelnik, yang dipelajari, bukan sekedar hasil dari Soderman dan Waren (Yahro, 2009) kematangan. Perkembangan sosial anak menyebutkan bahwa perkembangan sosial diperoleh selain dari proses kematangan meliputi komperensi sosial dan tanggung juga melalui kesempatan belajar dari jawab sosial. Kompetensi sosial menggam- responss terhadap tingkah laku. barkan keefektifan kemampuan anak Perkembangan sosial mulai agak dalam beradaptasi dengan lingkugan so- komplek ketika anak menginjak usia 4 sialnya. Misalnya mau bergantian dengan tahun dimana anak mulai memasuki teman lainnya dalam sebuah permainan. ranah pendidikan yang paling dasar yaitu Tanggung jawab sosial menunjukkan taman kanak-kanak (Rahman, 2002). Pada komitmen anak terhadap tugasnya, meng- masa ini anak belajar bersama teman- hargai perbedaan individual, memperhati- teman diluar rumah. Anak sudah mulai kan lingkungannya dan mampu menjalan- bermain bersama teman sebaya (cooperative kan fungsinya. play). Vygotsky dan Bandura menyebut- Perkembangan sosial anak diperoleh nya dengan teori belajar sosial melalui dari kematangan dan kesempatan belajar perkembangan kognitifnya. dari berbagai respons lingkungan terha- Anak usia TK (4-6 tahun) perkem- dap anak. Perkembangan sosial yang bangan sosial sudah mulai berjalan. Hal optimal diperoleh dari respons sosial yang ini tampak dari kemampuan mereka sehat dan kesempatan yang diberikan dalam melakukan kegiatan secara berke- kepada anak untuk mengembangkan lompok. Kegiatan bersama berbentuk konsep diri yang positif. Melalui kegiatan seperti sebuah permainan. Tanda-tanda bermain, anak dapat mengembangkan perkembangan pada tahap ini adalah: (1) minat dan sikapnya terhadap orang lain. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, Dan sebaliknya aktivitas yang terlalu baik di lingkungan keluarga maupun banyak didominasi oleh guru akan meng- dalam lingkungan bermain, (2) Sedikit hambat perkembangan sosial emosi anak. demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan, (3) Anak mulai menyadari Perkembangan Emosi hak atau kepentingan orang lain, dan (4) Campos (dalam Santrock 2007) men- Anak mulai dapat bermain bersama anak- definisikan emosi sebagai perasaan atau anak lain, atau teman sebaya (peer group). afeksi yang timbul ketika seseorang bera- Dari sisi sosial emosional, kegiatan da dalam suatu keadaan yang dianggap bermain dalam melatih anak dalam mema- penting oleh individu tersebut. Emosi hami perasaan teman lainnya. Konflik diwakilkan oleh perilaku yang mengeks- dalam interaksi keduanya akan membantu presikan kenyamanan atau ketidaknya- anak dalam memahami bahwa orang manan terhadap keadaan atau interaksi selain dirinya yaitu temannya memiliki yang sedang dialami. Emosi dapat ber- cara pandang yang berbeda dari dirinya. BULETIN PSIKOLOGI 105 NURMALITASARI bentuk rasa senang, takut, marah, dan bing oleh pengalaman emosional. Seluruh sebagainya. kapasitas ini berkembang secara signifikan Karaktristik emosi pada anak berbeda selama masa prasekolah dan beberapa dengan karakteristik yang terjadi pada diantaranya tampak dari meningkatnya orang dewasa, dimana karekteristik emosi kemampuan anak dalam mentoleransi pada anak itu antara lain; (1) Berlangsung frustasi. singkat dan berakhir tiba-tiba; (2) Terlihat Kemampuan untuk mentoleransi frus- lebih hebat atau kuat; (3) Bersifat tasi ini, yang merupakan upaya anak sementara atau dangkal; (4) Lebih sering untuk menghindari amarah dalam situasi terjadi; (5) Dapat diketahui dengan jelas frustasi yang membuat emosi tidak dari tingkah lakunya, dan (6) Reaksi terkontrol dan perilaku menjadi tidak mencerminkan individualitas. terorganisir. Anak-anak tampak mening- Emosi dapat diklasifikasikan menjadi kat kemampuannya dalam mentoleransi dua yaitu, emosi positif maupun negatif. frustasi ketika diminta melakukan sesuatu Santrock mengungkapkan bahwa emosi yang berlawanan dengan keinginan dipengaruhi oleh dasar biologis dan juga mereka. Mereka juga mulai belajar bagai- pengalaman masa lalu. Terutama ekspresi mana menegosiasikan konflik tersebut. wajah dari emosi, disini dituliskan bahwa Sedangkan Kemampuan untuk me- emosi dasar seperti bahagia, terkejut, nunjukkan kontrol diri terhadap emosi marah, dan takut memiliki ekspresi wajah akan menjadi anugerah yang dilematis yang sama pada budaya yang berbeda. bagi anak apabila anak tidak mampu Emosi memiliki peranan yang sangat menyesuaikan levelnya terhadap situasi penting dalam perkembangan anak, baik tertentu. Pada beberapa situasi anak pada usia prasekolah maupun pada tahap- diharapkan mampu menahan diri, tetapi tahap perkembangan selanjutnya, karena pada situasi yang lain anak-anak dapat memiliki pengaruh terhadap perilaku berperilaku impulsif dan ekspresif seperti anak. Woolfson menyebutkan bahwa anak yang mereka inginkan. memiliki kebutuhan emosional, seperti Intinya, anak pra sekolah diharapkan ingin dicintai, dihargai, rasa aman, merasa mampu untuk mengekspresikan emosinya kompeten dan mengoptimalkan kompe- dengan baik dan tanpa merugikan orang tensinya. lain, serta dapat pula mulai belajar mela- Pada usia prasekolah anak-anak kukan regulasi emosi. belajar menguasai dan mengekspresikan Santrock (2007) perkembangan emosi emosi. Pada usia enam tahun anak-anak pada masa kanak-kanak awal ditandai memahami konsep emosi yang lebih dengan munculnya emosi evaluatif yang kompleks, seperti kecemburuan, kebang- disadari rasa bangga, malu, dan rasa gaan, kesedihan dan kehilangan, tetapi bersalah, dimana kemunculan emosi ini anak-anak masih memiliki kesulitan di menunjukkan bahwa anak sudah mulai dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada memahami dan menggunakan peraturan tahapan ini anak memerlukan pengalaman dan norma sosial untuk menilai perilaku pengaturan emosi, yang mencakup kapa- mereka. Berikut penjelasan dari tiga emosi sitas untuk mengontrol dan mengarahkan tersebut: ekspresi emosional, serta menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk dibim- 106 BULETIN PSIKOLOGI
no reviews yet
Please Login to review.