Authentication
311x Tipe PDF Ukuran file 0.09 MB Source: library.binus.ac.id
BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1 Emosi 2.1.1 Pengertian Emosi Emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak ( Daniel Goleman 2002). Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak , biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). 2.1.2 Macam-macam emosi Emosi manusia banyak ragam atau macamnyan, namun secara garis besar emosi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu emosi yang menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negatif. (Gie. 1999). Menurut Goleman macam-macam emosi itu adalah: a. Amarah : Beringas, mengamuk, jengkel, benci, kesal hati b. Kesedihan : Pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa Takut : Cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,waspada, tidak tenang d. Kenikmatan : Senang, bangga, bahagia, gembira, riang, puas. 5 6 2.1.3 Emotional Reactivity 2.1.3.1 Definisi Emotional Reactivity Reaktivitas emosional telah didefinisikan sebagai respon emosional terhadap suatu peristiwa yang mungkin terjadi diantara individu-individu dalam hal intensitas, kecepatan dimana itu mencapai puncaknya, dan dari puncaknya kembali ke awal (Davidson, 1998; Rothbart & Derryberry, 1981). Reaktivitas emosional mengacu kepada karakteristik dari respon emosional termasuk daya tahan dari stimulus yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon dan intensitas respon emosional ketika emosional itu dihasilkan (Davidson, 1998) Reaktivitas emosional dapat dilihat sebagai serangkaian keadaan pertahanan hidup singkat yang mempersiapkan manusia dalam melakukan suatu tindakan. Mereka dapat memungkinkan untuk membedakan antara stimulus baik dan stimulus buruk. Dan mereka akan memunculkan respon perilaku yang berkaitan dengan stimulus. Respon emosional berbeda dengan suasana hati (mood), karena respon emosional lebih bersifat luas dan cenderung ke bias kognisi. Selain itu, reaktivitas emosional menjadi fenomena yang beragam, yang mengarah pada perubahan pengalaman subjektif dan perilaku. Menurut Davidson (1998), perbedaan individu mungkin terjadi dalam aspek-aspek yang berbeda dari respon emosional: aktivasi, intensitas, dan durasi. Individu memiliki reaktivitas emosional yang berbeda-beda yaitu: emosional negative dan emosional positif . Setiap individu memiliki kekuatan reaksi emosinal yang berbeda-beda (Intensitas), reaksi emosi tersebut tergantung kepada seberapa besarnya stimulus yang muncul( Aktivasi), Melihat kurun waktu reaksi emosional yang muncul sampai reaksi emosional tersebut kembali ke dasar (Durasi). Berdasarkan penelitian terkemuka di bidang neuroscience afektif, Davidson (1998, 2015) mengemukakan bahwa respons emosional menampilkan sejumlah tahapan yang terkait, tetapi dapat dipisahkan. Yaitu, individu dapat berbeda sehubungan dengan (1) kecepatam munculnya respons emosional dinamakan aktivasi, yaitu ambang batas yang diperlukan untuk respons emosional yang akan 7 timbul (kekuatan stimulus yang diperlukan) dan seberapa cepat tingkat gairah naik ke puncak (2) intensitas respons emosional, yaitu, puncak reaksi emosional tercapai; dan (3) durasi respons emosional, yaitu, lamanya waktu yang diperlukan untuk tingkat gairah kembali ke garis dasar. Korelasi neural dari perbedaan-perbedaan ini dianggap berasal dari daerah frontal dan limbik (Davidson, 1998) Emotional reactivity memungkinakan individu untuk membedakan mana stimulus yang baik dan buruk dan memungkinkan individu cenderung menimbulkan respon perilaku yang relevan dengan stimulus tersebut (Beccerra dan Campitelli, 2013). Tiga aspek fungsional reaktivitas emosional adalah sensitivitas,lamanya waktu pemulihan dari gangguan emosi, dan gangguan atau tingkat fungsi yang terganggu terkait dengan gangguan emosi. Berlawanan dengan penguasaan dan keterkaitan, reaktivitas emosional merupakan faktor kerentanan bagi individu. (Beccerra dan Campitelli 2013, Davidson 1998) Emosi reaktivitas memiliki 3 dimensi, yaitu : a. Intensitas Melihat emosi dari seintens apa seseorang merasakan emosi tersebut b. Durasi Melihat emosi dari kurun waktu tertentu dalam diri seseorang c. Aktivasi Melihat emosi berperan atau berpengaruh bagaimana ke diri seseorang. Setiap orang memiliki emosional yang berbeda-beda yaitu, emosi positi dan negative (Davidson, 1998). a. Emosi Negatif Emosi negatif adalah sebuah episode respon individu yang merupakan hasil evaluasi terhadap stimulus internal ataupun eksternal yang bersifat tidak menyenangkan bagi individu karena adanya stimulus yang dinilai tidak menyenangkan atau mengancam (Scherer, 2001). Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan 8 perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya. Umumnya, emosi negatif menimbulkan permasalahan yang dapat menganggu orang yang mengalaminya, bahkan berdampak pada orang lain dan masyarakat secara luas (Watson, 2000). Biasanya, orang yang mengalami emosi negatif cenderung lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka, takut, curiga dan lain sebagainya. b. Emosi Positif Fredrickson (1998) membagi emosi positif menjadi empat macam, yaitu joy (kebahagiaan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasan hati), dan love (cinta). Ketika kita merasakan emosi positif, kita merasa terhubung dengan orang lain dan sebenarnya membiarkan diri kita terbuka dan memasukkan orang lain kedalam rasa diri kita (Waugh & Fredrickson, 2006). Emosi positif membuat kita merasa satu dengan orang lain. Efek inklusi ini memilik dampak yang luar biasa terhadap hubungan pribadi dengan orang lain. Tidak hanya melihat orang lain sebagai bagian dari konsep diri kita namun memungkinkan untuk memahami kompleksitas dan perspektif orang lain. 2.2 Post Traumatic Growth 2.2.1 Pengertiant Post Traumatic Growth Posttraumatic Growth menurut Tedeschi & Calhoun (2006) adalah suatu perubahan positif seseorang menuju level yang lebih tinggi setelah mengalami peristiwa traumatis. Post traumatic growth bukan hanya kembali ke sediakala, tetapi juga mengalami peningkatan psikologis yang bagi sebagian orang adalah sangat mendalam. Konsep pertumbuhan pasca trauma atau yang biasa disingkat PTG, sebagai pengalaman perubahan positif yang signifikan timbul dari perjuangan krisis kehidupan yang besar antara lain: apresiasi peningkatan hidup, pengaturan hidup dengan prioritas baru, rasa kekuatan pribadi meningkat dan spiritual berubah secara positif. Tedeschi & Calhoun (2006) menyebutkan bahwa posttraumatic growth memiliki dua pengertian penting. Pertama, post traumatic growth
no reviews yet
Please Login to review.