Authentication
137x Tipe PDF Ukuran file 0.86 MB Source: repository.ump.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis a. Definisi Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 (oksigen) dan makin meningkatnya CO2 (karbondioksida) yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba.2010.H.421) Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sebelumnya bayi mengalami gawat janin kemudian mengalami asfiksia sesudah persalinan, Asfiksia dapat terjadi karena keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. (JNPK-KR.2008.H.146) Asfiksia tidak mudah didefinisikan, Asfiksia disebabkan oleh pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga menyebabkan hipoksemia dan asidosis campuran akibat pembentukan asam laktat dan penumpukan karbon dioksida. (David drew.2009.H.6) Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaaruhi fungsi organ vital lainnya. (Sarwono. 2006.H347) Asfiksia adalah bayi yang tidak bernafas dalam waktu 0. 5 hingga 1. 0 menit setelah lahir. (Harry oxon.2010.H660) 13 Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Jadi dapat di simpulkan asfiksia adalah Kelahiran bayi di mana pada saat semua tubuh bayi terlahir, bayi tidak dapat bernafas spontan pada menit pertama dan ditandai dengan gejala-gejala yang lain. b. Sirkulasi Darah Janin Intrauterin ke Ekstrauterin. Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan biologis besar yang terjadi saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke ekstrauterin. Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari. Pada kehamilan cukup bulan, berbagai system fisiologi dan anatomi mencapai tingkat perkembangan dan fungsi yang memungkinkan janin memiliki eksistensi terpisah dari ibunya. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi social. Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. Gambar 1. : Sirkulasi Darah Janin Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Keterangan : Darah arteri dari plasenta mengalir ke janin melalui vena umbilicus dan dengan cepat mengalir ke hati kemudian masuk ke vena kava inferior. Darah mengalir ke foramen ovale dan masuk ke atrium kiri, tidak lama kemudian, darah muncul di aorta dan arteri di daerah kepala. Sebagian darah mengalir melalui jalan pintas di hati dan menuju ke duktus venosus. Sebagian besar darah vena dari tungkai bawah dan kepala masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian menjadi arteri pulmoner desenden dan duktus arteriosus. Dengan demikian, foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran bypass, yang memungkinkan sejumlah besar darah campuran yang di keluarkan jantung kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru. Kira-kira 55 % darah campuran,yang keluar dari ventrikel, mengalir menuju plasenta, 35 % darah mengalir ke jaringan tubuh, dan 10 % sisanya mengalir ke paru-paru (Behrman, Vaughan, 1987). Setelah lahir, Foramen ovale menutup, duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligament, duktus venosum menutup dan menjadi sebuah ligament, arteri dan vena umbilikalis menutup dan menjadi ligament (Dari Laboratorium Ross, Colombus, OH. ) . (Irene.2005.H.362-365) c. Evaluasi nilai APGAR Penilaian bayi harus di mulai segera sesudah bayi lahir meliputi penilaian pernafasan, denyut jantung dan warna. (Sarwono prawirohardjo.2006.349). Pengkajian ini dapat di lakukan dalam waktu 20 detik. (David drew.209.H.30). Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012 Nilai APGAR dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah bayi lahir. (Sarwono prawirohardjo.2006.H.349). Nilai (skor) APGAR tidak dilakukan sebagai dasar keputusan untuk tindakan resusitasi, Penilaian harus dilakukan segera, sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian APGAR, akan tetapi skor APGAR tetap digunakan untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahian. (JNPK-KR.2008.H152) Menurut Drage penilaian secara APGAR mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir, dimana patokan klinis yang dinilai ialah : 1. Menghitung frekuensi jantung. 2. Melihat usaha nafas. 3. Menilai tonus otot. 4. Menilai refleks rangsangan. 5. Memperhatikan warna kulit. Skor APGAR dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna. Skor APGAR 1 menit menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor APGAR perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korolasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal. (Prof.DR.Iskandar wahidiyat.2007.H.1076) Asuhan Kebidanan Bayi..., Lina Dwi Jayanti, Kebidanan DIII UMP, 2012
no reviews yet
Please Login to review.