Authentication
249x Tipe PDF Ukuran file 0.34 MB Source: repository.ugm.ac.id
JURNAL PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 34, NO. 1, 40 – 54 ISSN: 0215-8884 Kaget, Bingung, Dan Teror: Dimensi Psikokultural Dalam Pengalaman Psikotik Subandi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Abstract Gangguan psikosis merupakan Psychotic illness is the most severe salah satu jenis gangguan jiwa yang form of mental illness. Most of psychological paling berat. Prevalensi gangguan ini and psychiatric literatures focus on the adalah satu persen (Kaplan & Sadock, clinical sympstoms. Very few try to 1998). Di Indonesia antara 0,3 ‐1 persen, understand the phenomenon from the artinya diperkirakan ada sekitar 2 juta pasient’s subjective perspective. This article orang Indonesai menderita gangguan aimed at providing an empathic psikotik. understanding of having psychotic PPDGJ‐3 menyebutkan beberapa experience. Using ethnographic method, the jenis gangguan psikotik, antara lain: researcher worked very closely with nine psikosis organik, skizophrenia, gang‐ Javanese who experienced psychotic illness guan skizotipal, gangguan waham for the first time. The psychotic experiences menetap, psikosis akut dan sementara, were narrated by the participants themselves and crossed checked with their families. This gangguan waham induksi dan article discussed the experience of psychosis skizoafektif (Maslim, 1996). Meskipun from the moment of developing psychological beraneka bentuk gangguan psikosis, and socio‐cultural conflicts which was gejala utama yang menonjol adalah buried inside (the phase of burrying inside), adanya cara berpikir yang kacau, delusi followed by the emerging of psychotic (gangguan isi pikiran, seperti delusi experience (the phase of escaping control). kebesaran, delusi persekusi, siar pikir, This paper analyzed how Javanese cultural sisip pikir dsbnya), halusinasi (kesalahan background of the participants were persepsi, misalnya halusinasi dengar, integrated into psychotic experiences. The penglihatan, atau perabaan), dan perila‐ themes of kaget (being startled), bingung ku yang aneh (lihat Rathus & Nevid, (confused) and teror (terror) will be 1991) discussed. Untuk memahami gangguan psiko‐ Keywords: psychotic illness, ethnographic, sis ini pada umumnya penelitian difo‐ Javanese culture kuskan pada factor penyebab timbulnya 40 JURNAL PSIKOLOGI DIMENSI PSIKOKULTURAL DALAM PENGALAMAN PSIKOTIK gangguan. Penelitian aspek biologis psikosis dalam perspektif psiko‐kultural mengungap berbagai factor, seperti Jawa. faktor genetik, kerusakan otak, biokimia otak (lihat Drant & Barlow, 2006). Akhir‐ Metode akhir ini penelitian di bidang ini lebih Penelitian ini menggunakan pende‐ banyak difokuskan pada gangguan katan etnografi dengan harapan peneliti psikotik tahap awal (early psychosis) atau dapat memahami sudut pandang par‐ psikosis episode pertama (first episode tisipan (emik) dan mempertimbangkan psychosis). Ini disebabkan kemungkinan aspek budaya Jawa. Prosedur penelitian tingkat kesembuhan psikosis awal ini dimulai dari peneliti mendapatkan (Cullberg et al., 2002; Gitlin et al. 2001; daftar pasien dari Bangsal Jiwa, RSU Dr. Edwards et al., 1998; Loebel et al.,1992) Sarjito dan RS Khusus Puri Nirmala. Pemahaman empatik terhadap Selanjutnya peneliti mengadakan kun‐ pengalaman subjektif penderita psikotik jungan rumah untuk menentukan juga mulai banyak di kaji. Misalnya, partisipan yang sesuai dengan kriteria Lucas (1999) menyebut pengalaman yaitu sakit yang pertama kali (first mereka sebagai ‘extra ordinary’. Corrin episode psychosis), berlatar belakang et al. (2004) mengkaji pengalaman budaya Jawa dan tinggal bersama psikotik pada subjek dengan latar bela‐ keluarga. Dari 35 orang yang dikun‐ kang budaya India. Mereka menemukan jungi, dipilih 9 orang yang memenuhi gambaran utama pengalaman psikotik kriteria dan bersedia berpartisipasi dlam di India adalah perasaan bingung penelitian. (confusion) yang berhubungan erat Dalam pendekatan etnografi, dengan perasaan takut karena mengha‐ peneliti melakukan observasi partisipan dapi dunia yang mengejutkan (stag‐ dan wawancara mendalam serta terlibat gering), misalnya hilangnya batas‐batas dalam kehidupan partisipan. Misalnya, diri (self‐boundary). Penelitian penga‐ peneliti mendatangi tempat kerja salah laman psikotik dengan latar belakang satu partisipan, atau mengikuti upacara budaya Jawa telah dilakukan oleh Good pemakanam ibu dari salah satu & Subandi (2004). Di dalam penelitian partisipan, atau menghadiri pernikahan ini fokus kajian diarahkan pada proses peserta yang lain. Penelitian ini berjalan timbulnya gangguan psikotik itu sejak selama 2 tahun, yaitu Juli 2002‐2004 muncul pertama kali. dengan total pertemuan formal dengan Tujuan setiap partisipan antara 8‐10 kali. Juga Tujuan dari penelitian ini adalah beberapa kali kontak informal. Selain untuk mengkaji pengalaman subjektif wawancara dan observasi partisipan, peneliti juga memberikan tes proyektif, JURNAL PSIKOLOGI 41 SUBANDI yaitu HTP (House Tree Person) dan SCT disampaikan di sini. Peneliti langsung (Sentence Completion Test). pada analisis narasi tersebut. Ada dua tema besar yang bisa H a s i l ditarik dari pengalaman psikotik yang dirasakan oleh Sri. Pertama, penerapan Untuk menyajikan hasil penelitian strategi ’memendam di dalam’ sebagai ini, peneliti pertama kali menyajikan suatu cara mengatasi masalah kehi‐ narasi pengalaman psikotik dari salah dupan. Kedua, pengalaman psikotik seorang partisipan dan menganalisisnya digambarkan sebagai suatu bentuk secara mendalam. Selanjutnya beberapa hilangnya kontrol. tema yang muncul dalam analisis terse‐ but dikembangkan dengan memper‐ Memendam di dalam: Strategi indivi‐ hatikan narasi pengalaman dari parti‐ dual dan kultural sipan lain. Hasil tes proyektif diintegra‐ Sri menceritakan bahwa beberapa sikan dalam analisis data sebagai suatu bulan sebelum sakit dia mengalami bentuk triangulasi. konflik batin yang berakar pada masalah perbedaan sikap dengan ibunya, dan Analisis Narasi Pengalaman Psikotik perbedaan pandangan dalam melaksa‐ 1 Dari Sri naan syariah Islam dengan teman satu Pertama saya bertemu Sri, seorang kampus. wanita muda berusia 20 tahun, di Konflik antara Sri dan ibunya rumahnya di sebuah desa yang berjarak menggambarkan adanya perbedaan sekitar 30 kilometer dari kota Yogya‐ pandangan dan sikap antara generasi karta. Pada pertemuan pertama saya tua yang tradisional dan generasi muda dikejutkan oleh keterbukaan Sri dalam yang lebih memiliki sikap hidup menceritakan pengalaman sakitnya. modern. Ibu Sri beranggapan bahwa Dalam rentang waktu 2 tahun, peneliti seorang gadis harus sudah menikah telah membangun hubungan peneliti‐ pada usia duapuluh. Adalah memalukan partisipan yang cukup intens. Dari bagi keluarga jika memiliki anak waktu ke waktu gambaran tentang perawan yang semakin tua. Ibu Sri pengalaman psikotik Sri makin terinci menyatakan: “Karena dia sudah cukup dan makin jelas. Karena keterbatasan umur untuk menikah dan masih tinggal tempat deskripsi narasi Sri tidak di desa, saya ingin dia segera menikah.” Di sini Ibu Sri mewakili budaya Jawa tradisional di mana orang pada umum‐ 1 Untuk menjaga privasi partisipan, semua nama nya sangat peka terhadap pendapat yang disebutkan dalam artikel adalah bukan orang lain di desa (Mulder, 1994). Pada nama sebenarnya. Nama tempat tinggal mereka juga telah disamarkan tanpa menghilangkan masyarakat seperti ini orang mengalami kondisi riil di lapangan. 42 JURNAL PSIKOLOGI DIMENSI PSIKOKULTURAL DALAM PENGALAMAN PSIKOTIK tekanan yang kuat untuk harus meng‐ toleran. Ini ditunjukkan oleh caranya ikuti (conform) pandangan masyarakat berpakaian selama beberapa kali sekitar. Oleh karena itu ibu Sri lebih pertemuan dengan peneliti. Saat suka melihat anak perempuannya pertama kali bertemu, Sri tidak memakai menikah daripada melihatnya memiliki jilbab. Dia membiarkan rambutnya yang karir yang sukses. Di sisi lain, Sri panjang tergerai seperti seorang penari merupakan bagian dari suatu generasi Jawa (Sri pernah menjadi anggota yang modern dan terdidik. Kerangka perkumpulan sekolah tari terkenal). pikirnya terorientasi pada pengembang‐ Namun di lain kesempatan ia memakai an pribadi, mencapai tingkat pendidikan jilbab, seperti yang dipakai oleh seba‐ yang lebih tinggi, serta memiliki gian besar muslimah muda di Jawa. Sri interaksi sosial yang lebih luas. Namun menjelaskan bahwa di kampus tempat‐ demikian, ternyata Sri tidak bisa nya belajar, sebagian besar temannya sepenuhnya melepaskan diri dari tradisi. mengenakan pakaian muslim seperti Permasalahan seputar pernikahan ini jubah yang longgar serta jilbab yang masih tetap menjadi isu penting yang lebar. Mereka mengatakan bahwa model melatar belakngi sakitnya. Dia meng‐ pakaian seperti itulah yang sesuai ungkapkan bahwa sebenarnya dia tidak dengan syariah. Sri menjelaskan pada setuju dengan adik laki‐lakinya yang peneliti bahwa ia dikritik oleh teman‐ menikah lebih dulu, tetapi dia tidak temannya karena tidak sungguh‐ berani menyampaikan pada ibunya. sungguh mengikuti syari’ah Islam. Ia Permasalahan seputar perkawinan tampak tertekan oleh masalah ini. yang melatarbelakangi munculnya Konflik yang berkaitan dengan gangguan pada Sri, ternyata sesuai masalah pelaksanaan ajaran agama yang dengan beberapa penelitian sebelumnya, dialami Sri ini merupakan representasi yang menemukan bahwa permasalahan bagaimana muslimah Jawa menjalani keluarga, termasuk masalah pernikahan, proses transformasi dalam cara berpa‐ merupakan stressor paling banyak yang kian seperti yang diamati oleh Brenner memicu munculnya gangguan psikotik (1996). di Jawa (Browne, 1999; Good & Subandi, Cara Sri mengelola konflik dan 2000). pemasalahan hidupnya adalah dengan Selain persoalan seputar perka‐ diam dan memendam di dalam dirinya winan, Sri juga menceritakan bahwa sendiri. Gaya coping seperti juga ditun‐ sebelum sakit dia mengalami konflik jukkan oleh hasil interpretasi tes HTP. berkaitan dengan pengmalan Syariah Tes ini mengindikasikan bahwa ia suka Islam. Sebagai muslimah yang dibesar‐ berhubungan secara sosial dan lebih kan dalam atmosfer Jawa dan Islam, tertarik melakukan kegiatan di luar gaya religiusitas Sri cenderung lebih rumah. Pada saat yang sama, ia cende‐ JURNAL PSIKOLOGI 43
no reviews yet
Please Login to review.