Authentication
341x Tipe PPTX Ukuran file 0.37 MB
^ ^ PENGERTIAN - x Metode penghargapokokan tradisional ( traditional Costing) atau penghargapokokan konvensional ( conventional Costing) terbagi atas metode penghargapokokan penuh dan metode penghargapokokan Variabel. Metode Penghargapokokan penuh ( Full Costing) disebut juga dengan metode penghargapokokan fungsional ( Functional costing) karena dalam metode ini biaya ( beban) digolongkan berdasarkan fungsi yang terdapat dalam organisasi, contoh : pada fungsi produksi ( pabrik) terdapat biaya pabrik yang menjadi tanggung jawab manajer pabrik, pada fungsi penjualan terdapat biaya penjualan yang menjadi tanggung jawab manajer Penjualan ( manajer pemasaran), pada fungsi umum terdapat biaya administrasi dan umum yang menjadi tanggung jawab manajer umum. Dikatakan metode penghargapokokan penuh karena seluruh unsur harga pokok produk diakui sebagai harga pokok produk, yaitu meliputi biaya bahan baku ( BBB), biaya tenaga kerja langsung ( BTKL), biaya overhead pabrik ( BOP), baik BOP tetap maupun BOP Variabel. Metode penghargapokokan penuh biasanya digunakan pada akunting keuangan ( financial accounting) tetapi dapat juga digunakan pada akunting manajemen ( managerial accounting). Metode Penghargapokokan variabel ( Variable Costing) disebut juga dengan metode penghargapokokan langsung ( direct costing ) dan metode ini biasanya hanya digunakan pada akunting manajemen ( managerial accounting). ^ ^ CIRI-CIRI - x Cara Penyusunan berdasarkan Struktur dan Susunan Cenderung Pendekatan Bersifat Line-Item Sentralistis Incrementalism Bersifat Spesifikasi Tahunan Menggunakan Prinsip Anggaran Bruto ^ ^ KARAKTERISTIK - x Sentralis 1 2 Berorientasi pada Input Tidak Terkait Perencanaan 3 Jangka Panjang 4 Line-Item Incrementalism Batasan Departemen yang 5 Kaku ^ ^ KARAKTERISTIK - x Menggunakan Aturan Klasik 6 7 Vote Accounting Prinsip Anggaran Bruto 8 9 Bersifat Tahunan ^ ^ KELEMAHAN - x ●Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang. ●Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya. ●Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya, atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai. ●Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen. ●Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
no reviews yet
Please Login to review.