Authentication
170x Tipe DOC Ukuran file 0.07 MB Source: goeroendeso.files.wordpress.com
PENELITIAN EKSPERIMEN DI BIDANG PENDIDIKAN Oleh : Prof. Supardi BAGIAN I A. PENDAHULUAN Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa ke Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan yang dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang menduduki pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina Tk.I/gol. IVb harus memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa banyak guru Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang belum berhasil? Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi syarat, antara lain: (a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan sendiri, (b) KTInya berisi uraian yang terlalu umum, tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam mengembangakan profesinya, (c) sistematika tulisannya tidak mengikuti sistematika karya ilmiah. Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi sangat berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan menulis sesuai dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai alasan yang antara lain belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain KTI, maka kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu? KTI itu ada 7 jenis, yaitu penelitian, kajian Kumpulan Materi Penelitian Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd. Dari : www.ktiguru.org ilmiah hasil gagasan sendiri, ilmiah populer, makalah seminar, Buku pelajaran/modul, diktat pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari ketujuh jenis KTI itu, hasil penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi, maka guru cenderung memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun banyak yang belum menguasai cara/metode penelitiannya. Sebagai contoh; ada seorang guru menghadapi masalah proses pembelajaran di klas: siswa sulit memahami pokok bahasan pada pelajaran tertentu, sebagian besar siswa prestasi belajarnya rendah, tidak berani mengeluarkan pendapat, dan motivasi/minat belajar kurang. Timbul pertanyaan pernahkah guru mencari upaya untuk mengatasinya? Apa yang harus dilakukan guru? Apa tidak perlu dicari akar masalahnya? Apa guru tetap mengajar seperti biasanya dan masalah itu diabaikan? Tentunya tidak, dan ternyata umumnya guru sudah berupaya untuk mengatasinya dengan berbagai cara/metode/pendekatan melalui perubahan cara mengajar seperti metode/pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), Quantum learing, cooperative learning, tutor sebaya, local material learning, dan lain-lain. Hasilnya menunjuk kan ada perubahan ke arah perbaikan Hal ini memberi gambaran bahwa guru tersebut sudah melakukan kegiatan pengembangan profesi, namun belum ditulis secara sistematis sehingga tidak punya bukti untuk diusulkan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesi. Ada pula guru yang sepulang mengikuti Diklat, langsung mencoba metode mengajar yang baru saja diperolehnya, dan hasilnya memberikan kepuasan baik prestasi belajar, suasana belajar maupun keberanian bertanya, dan menambah percaya diri guru. Guru tersebut sudah melakukan kegiatan ilmiah, sudah melaksanakan pengembangan profesiya, namun lagi-lagi tidak ada bukti tertulis yang terdokumensi yang harus disampaikan waktu akan mengusulkan kenaikan pangkat. Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah guru sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek Kumpulan Materi Penelitian Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd. Dari : www.ktiguru.org dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Guru belum semua menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen. Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai kreditnya?. Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan terarah. Penelitian eksperimen (Experimental Research) kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa ata menguji hipotesis tentang ada- tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMU atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau Kumpulan Materi Penelitian Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd. Dari : www.ktiguru.org berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini. Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak pernah dapat menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita hanya dapat menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup pembanding (control group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan (experimental group). Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya, kesesatan- kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian itu, tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di kelas. B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang Kumpulan Materi Penelitian Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd. Dari : www.ktiguru.org
no reviews yet
Please Login to review.