jagomart
digital resources
picture1_Acute Myocardial Infarction 25952 | 5 Item Download 2022-08-01 14-21-02


 236x       Tipe PDF       Ukuran file 0.52 MB       Source: www.indonesiajournalchest.com


Acute Myocardial Infarction 25952 | 5 Item Download 2022-08-01 14-21-02

icon picture PDF Filetype PDF | Diposting 01 Aug 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                                                                     a case rePort
           ManageMent of acute Heart failure Post st-segMent elevation 
                           Myocardial infarction in non-revascularization 
                                                                caPable HosPital
                                           IvanaPurnama Dewi1,2, Kristin Purnama Dewi1, Rizaldy Pinzon1, BagusAndi Pramono2
            
                                                    1Faculty of Medicine, Duta Wacana Christian University, Yogyakarta
                                                  2Cardiology and Vascular Division, PanembahanSenopati Hospital, Bantul
               abstract
            Acute heart failure (AHF) defined as a sudden gradual onset of heart failure symptoms. Acute heart failure commonly occur after acute onset of 
            ST-segment elevation myocardial infarction (STEMI). ST-segment Elevation Myocardial Infarction can lead to a sudden impairment in systolic 
            and diastolic function, resulting in a decreased cardiac output, elevated filling pressures, and the development of cardiogenic pulmonary edema 
            with rapid fluid accumulation in the lungs that potentially fatal cause of acute respiratory distress. ST-segment Elevation Myocardial Infarction-
            Acute Heart Failure patients require hospitalization and if possible cardiac catheterization and revascularization. The main treatment goals in the 
            hospitalized patient are to restore euvolemia and to minimize adverse events. Here we report the clinical findings of anAHF case in post STEMI 
            with thrombolytic therapy patient. This case has good prognosis after intensive pharmacology combination therapy. 
            Keywords: STEMI, Acute Heart Failure, Management
            abstraK
            Gagal jantung akut (GJA) didefinisikan sebagai gejala awal gagal jantung yang mendadak dan semakin lama semakin memberat. Gagal jantung 
            akut sering terjadi setelah infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI). ST-segment Elevation Myocardial Infarction dapat me-
            nyebabkan penurunan fungsi sistolik dan diastolik secara tiba-tiba, mengakibatkan penurunan curah jantung, tekanan ruang jantung meningkat, 
            dan terjadinya edema paru kardiogenik dengan akumulasi cairan di paru-paru yang berpotensi menyebabkan distress pernafasan akut. Pasien 
            STEMI-GJA memerlukan rawat inap dan jika memungkinkan dilakukan kateterisasi dan revaskularisasi jantung. Tujuan penatalaksanaan pada 
            pasien rawat inap adalah untuk mengembalikan euvolemia dan meminimalkan efek samping. Kami melaporkan suatu kasus GJA yang terjadi 
            pasca STEMI dengan terapi trombolitik. Kasus ini memberikan prognosis baik dengan kombinasi terapi farmakologi yang baik.
            Kata kunci: STEMI, gagal jantung akut, tatalaksana
           PendaHuluan                                                                menunjukkan elevasi segmen ST V1-V5 dengan detak jantung (HR) 
                                                                                      85 kali per menit.
           Gagal jantung akut (GJA) merupakan komplikasi yang sering terjadi          Pasien kemudian di diagnosis dengan STEMI anterior KILLIP I dan 
           setelah infark miokard akut (IMA). Studi epidemiologis melaporkan          diberikan terapi O2 3 liter/menit nasal kanul, aspirin 300mg, clopi-
           bahwa insidensi gejala gagal jantung akut pasca infark miokard akut        dogrel (CPG) 300mg, danISDN 5mg sublingual.Trombolitik dengan 
           dengan elevasi segmen ST (STEMI-GJA) mencapai sekitar 25%.                 alteplase 100mg diberikan secara intravena (i.v). Setelah trombolitik 
           Selain itu, sekitar 40% kasus infark miokard disertai dengan disfungsi     diberikan, EKG menunjukkan penurunan elevasi ST dan pengu-
           sistolik ventrikel kiri1.                                                  rangan nyeri dada. Pasien dirawat di unit perawatan intensif (ICU) 
                     Dalam bebagai guidelines, reperfusi miokard secepatnya           RSUD Panembahan Senopati, Bantul dengan terapi infusNaCl 0,9% 
           dengan trombolitik ataupun intervensi koroner perkutan (PCI) primer        16 tetes per menit (tpm), fondaparinux 1x2,5mg, aspilet 1x80mg, 
           menjadi pilihan dalam tatalaksana STEMI.2 Dari Global Registry             clopidogrel1x75mg, captopril 3x12,5mg, bisoprolol 1x2,5mg, dan 
           of Acute Coronary Events, juga dilaporkan bahwa dengan semakin             atorvastatin 1x40mg.
           banyaknya tindakan PCI primer pada STEMI dan non-STEMI serta 
           peningkatan penggunaan farmakoterapi yang berbasis pada evidence 
           based, angka kejadian gagal jantung menurun sebanyak 9% pada 
           kasus STEMI dan 6,9% pada kasus non-STEMI.3
                     Kami melaporkan sebuah kasus STEMI-GJA di sebuah RS             Address for Correspondance : dr. Ivana Purnama Dewi
           yang tidak memiliki fasilitas untuk revaskularisasi PCI, bahwa dengan 
           kombinasi tatalaksana farmakoterapi yang baik akan memberikan             Email: dr_ivanapd@staff.ukdw.ac.id
           outcome yang baik.
            
           laPoran Kasus
           Kami melaporkan kasus, seorang  pria berusia 60 tahun datangke            How to cite t H i s  a rt i c l e  : 
           unit gawat darurat (UGD) RSUD Panembahan Senopati, Bantul pada 
           bulan Agustus 2016 dengan keluhan utama nyeri dada khas menjalar          ManageMent  of  acute  Heart  failure 
           ke lengan kiri dan tembus ke punggung belakang, dengan intensitas         Post st-segMent elevation Myocardial 
           semakin lama semakin meningkat sejak 4 jam sebelum masuk rumah               infarction in non-revascularization 
           sakit. Riwayat penyakit dahulu yaitu terdapat kebiasaan merokok, dis-
           lipidemia, danhipertensi. Pada pemeriksaan fisik dan tanda vital masih                         caPable HosPital
           dalam batas normal.Saatmasuk, 12 lead elektrokardiogram (EKG) 
                                   IndonesianJournal Chest & Critical Care Medicine    Vol.4 No.1  Januari-Maret 2017
                PendaHuluan                                                 Kami  melaporkan  sebuah  kasus 
                                                                    STEMI-GJA  di  sebuah  RS  yang  tidak 
                        Gagal     jantung     akut    (GJA)         memiliki  fasilitas  untuk  revaskularisasi 
                merupakan komplikasi yang sering terjadi            PCI, bahwa dengan kombinasi tatalaksana 
                setelah infark miokard akut (IMA). Studi            farmakoterapi yang baik akan memberikan 
                epidemiologis melaporkan bahwa insidensi            outcome yang baik. 
                gejala  gagal  jantung  akut  pasca  infark                  
                miokard  akut  dengan  elevasi  segmen  ST          laPoran Kasus 
                (STEMI-GJA)  mencapai  sekitar  25%.                        Kami  melaporkan  kasus,  seorang  
                Selain  itu,  sekitar  40%  kasus  infark           pria berusia 60 tahun datangke unit gawat 
                miokard disertai dengan disfungsi sistolik          darurat    (UGD)      RSUD  Panembahan 
                             1
                ventrikel kiri .                                    Senopati, Bantul pada bulan Agustus 2016 
                        Dalam       bebagai      guidelines,        dengan  keluhan  utama  nyeri  dada  khas 
                reperfusi  miokard  secepatnya  dengan              menjalar  ke  lengan  kiri  dan  tembus  ke 
                trombolitik  ataupun  intervensi  koroner           punggung  belakang,  dengan  intensitas 
                perkutan  (PCI)  primer  menjadi  pilihan           semakin lama semakin meningkat sejak 4 
                dalam  tatalaksana  STEMI.2  Dari  Global           jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat 
                Registry  of  Acute  Coronary  Events,  juga        penyakit  dahulu  yaitu  terdapat  kebiasaan 
                dilaporkan     bahwa     dengan     semakin         merokok,      dislipidemia,    danhipertensi. 
                banyaknya  tindakan  PCI  primer  pada              Pada  pemeriksaan  fisik  dan  tanda  vital 
                STEMI dan non-STEMI serta peningkatan               masih dalam batas normal.Saatmasuk, 12 
                penggunaan  farmakoterapi  yang  berbasis           lead        elektrokardiogram         (EKG) 
                pada evidence based, angka kejadian gagal           menunjukkan  elevasi  segmen  ST  V1-V5 
                jantung menurun sebanyak 9% pada kasus              dengan  detak  jantung  (HR)  85  kali  per 
                                                            3
                STEMI dan 6,9% pada kasus non-STEMI.                menit. 
                 
                                                Gambar 1. EKG pre-trombolitik                                     
                 
                Pasien  kemudian  di  diagnosis  dengan             Pasien  dirawat  di  unit  perawatan  intensif 
                STEMI anterior  KILLIP  I  dan  diberikan           (ICU)    RSUD  Panembahan  Senopati, 
                terapi O  3 liter/menit nasal kanul, aspirin        Bantul  dengan  terapi  infusNaCl  0,9%  16 
                         2
                300mg,     clopidogrel     (CPG)     300mg,         tetes   per   menit  (tpm),  fondaparinux 
                danISDN      5mg  sublingual.Trombolitik            1x2,5mg,            aspilet         1x80mg, 
                dengan alteplase  100mg  diberikan  secara          clopidogrel1x75mg,  captopril  3x12,5mg, 
                intravena    (i.v).   Setelah    trombolitik        bisoprolol    1x2,5mg,  dan  atorvastatin 
                diberikan,  EKG  menunjukkan  penurunan             1x40mg. 
                elevasi  ST  dan  pengurangan  nyeri  dada. 
                                               Gambar 2. EKG post-trombolitik                                     
                            IndonesianJournal Chest & Critical Care Medicine    Vol.4 No.1  Januari-Maret 2017
PendaHuluan  Kami  melaporkan  sebuah  kasus  
 STEMI-GJA  di  sebuah  RS  yang  tidak Pada  hari  pertama  di  ICU,  pasien darah  menurun  95/60mmHg, dan disertai 
Gagal jantung akut (GJA) memiliki  fasilitas  untuk  revaskularisasi mengalami keluhan dyspnea, batuk, dengan adanya onset baru atrial 
merupakan komplikasi yang sering terjadi PCI, bahwa dengan kombinasi tatalaksana takipnea  (laju  pernafasan  (RR)  =  28 fibrillation  (AF).  Dari  pemeriksaan  fisik 
setelah infark miokard akut (IMA). Studi farmakoterapi yang baik akan memberikan kali/menit),  dan  hipoksemia (SpO2 90%). didapatkan  adanya  ronki  basah  basal  di 
epidemiologis melaporkan bahwa insidensi outcome yang baik. Keluhan dyspnea semakin bertambah berat kedua lapang paru.Ekokardiografi 
gejala  gagal  jantung  akut  pasca  infark   pada hari ke 2-3 rawat inap ICU, tekanan dilakukan pada hari ke-2 rawat inap. 
miokard  akut  dengan  elevasi  segmen  ST laPoran Kasus  
(STEMI-GJA)  mencapai  sekitar  25%. Kami  melaporkan  kasus,  seorang   
Selain  itu,  sekitar  40%  kasus  infark pria berusia 60 tahun datangke unit gawat 
miokard disertai dengan disfungsi sistolik darurat (UGD) RSUD  Panembahan 
1
ventrikel kiri . Senopati, Bantul pada bulan Agustus 2016 
 Dalam bebagai guidelines, dengan  keluhan  utama  nyeri  dada  khas 
reperfusi  miokard  secepatnya  dengan menjalar  ke  lengan  kiri  dan  tembus  ke 
trombolitik  ataupun  intervensi  koroner punggung  belakang,  dengan  intensitas 
perkutan  (PCI)  primer  menjadi  pilihan semakin lama semakin meningkat sejak 4 
2  Dari  Global 
dalam  tatalaksana  STEMI.jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat 
Registry  of  Acute  Coronary  Events,  juga penyakit  dahulu  yaitu  terdapat  kebiasaan 
dilaporkan bahwa dengan semakin merokok, dislipidemia, danhipertensi. 
banyaknya  tindakan  PCI  primer  pada Pada  pemeriksaan  fisik  dan  tanda  vital                                           
STEMI dan non-STEMI serta peningkatan masih dalam batas normal.Saatmasuk, 12 
penggunaan  farmakoterapi  yang  berbasis lead elektrokardiogram (EKG) 
pada evidence based, angka kejadian gagal menunjukkan  elevasi  segmen  ST  V1-V5 
jantung menurun sebanyak 9% pada kasus dengan  detak  jantung  (HR)  85  kali  per 
3
STEMI dan 6,9% pada kasus non-STEMI.  menit. 
 
Gambar 1. EKG pre-trombolitik  
 
Pasien  kemudian  di  diagnosis  dengan Pasien  dirawat  di  unit  perawatan  intensif             
STEMI anterior  KILLIP  I  dan  diberikan (ICU) RSUD  Panembahan  Senopati, Gambar 3. Hasil pemeriksaan ekokardiografi 
terapi O  3 liter/menit nasal kanul, aspirin Bantul  dengan  terapi  infusNaCl  0,9%  16 
2                 
300mg, clopidogrel (CPG) 300mg, tetes per menit  (tpm),  fondaparinux Hasil  pemeriksaan  ekokardiografi;  fungsi 1x40mg, nitrogliserin 30µcg/min, 
danISDN 5mg  sublingual.Trombolitik 1x2,5mg, aspilet 1x80mg, ventrikel kiri (LV) EF simpsons 15% (49% norepinefrin  0,15mg/kgBB/jam  dan  juga 
dengan alteplase  100mg  diberikan  secara clopidogrel1x75mg,  captopril  3x12,5mg, teich), LV  disfungsi  diastolik–  tipe manajemen  keseimbangan  cairan  pasien. 
intravena (i.v). Setelah trombolitik bisoprolol 1x2,5mg,  dan  atorvastatin relaksasi, dan  gangguan  berat  gerak Direncanakan untuk dilakukan 
. 
diberikan,  EKG  menunjukkan  penurunan 1x40mgsegmental dinding jantung (akinetic revaskularisasi  bila  pasien  telah  dalam 
elevasi  ST  dan  pengurangan  nyeri  dada. anterolateral  anteroseptal,  apical).  Pasien keadaan transportable. Pada hari keempat 
                 kemudian      didiagnosis      dengan     gagal         rawat  inap,  gejala  GJA  secara  bertahap 
                 jantung     akut,   STEMI  anterior  post               semakin membaik ditandai dengan keluhan 
                 trombolisis Killip III, dan new onset AF.               dyspnea berkurang, tanda vital yang stabil, 
                 Pasien     diberikan      terapi;    furosemid          dan  pemeriksaan  fisik  yang  semakin 
                 5mg/jam,  captopril  3x12,5mg,bisoprolol                membaik.  Pasien  dipindahkan  rawat  di 
Gambar 2. EKG post-trombolitik 1x2,5mg,  fondaparinux  1x2.,5mg,  aspilet bangsal setelah hari ke-7 ICU, dan pulang 
                 1x80mg, clopidogrel 1x75mg, atorvastatin 
                             IndonesianJournal Chest & Critical Care Medicine    Vol.4 No.1  Januari-Maret 2017
                  setelah  sepuluh  hari  dirawat  di  rumah                  ekskresi       natrium       dan      air,    serta 
                  sakit.                                                      kemungkinan  efek  vasodilator.  Namun, 
                                                                              jika  tanda  dan  gejala  tidak  membaik 
                  disKusi                                                     dengan  pengelolaan  ini,  nitrat  dapat 
                           Banyak       ujiklinis     menunjukkan             digunakan,          terutama         nitrogliserin. 
                  bahwa  pasien  dengan  bukti  klinis  gagal                 Nitratintravena          bermanfaat          dalam 
                  jantung      atau    denganbukti       pencitraan           mengurangi  preload  dan  menghilangkan 
                  adanya  disfungsi  sistolik  ventrikelkiri                  gejala gagal jantung pasca IMA. 
                  (LVSD)  akut  setelah  IMA  memiliki                                 Setelah  gejala  akut  terselesaikan, 
                                               4  Infark  miokard             ACE inhibitor (ACEi), beta blocker (BB), 
                  prognosis  yang  buruk.                                     dan      aldosterone        antagonist        (AA) 
                  mengganggu  fungsi  miokardium  karena                      dapatdiberikan.ACE  inhibitor  diberikan 
                  menyebabkan          menurunnya          kekuatan           secara  oral  dalam  24  jam  pertama  pasca 
                  kontraksi,      menimbulkan         abnormalitas            infark miokard pada pasien dengan infark 
                  gerakan  dinding  jantung,  dan  mengubah                   miokard anterior, gagal jantung, atau fraksi 
                  daya  kembang  ruang  jantung.  Dengan                      ejeksi  kurang  dari  40%.The  Survival  and 
                  berkurangnya         kemampuan          ventrikel,          Ventricular  Enlargement  (SAVE)  adalah 
                  terutama ventrikel kiri,maka besar volume                   sebuah uji klinis yang pertama melaporkan 
                  sekuncup berkurang sehingga volume sisa                     manfaat        ACEi.        Menurut        SAVE, 
                  ventrikel meningkat. Hal ini menyebabkan                    penggunaan  captopril  selama  42  bulan 
                  peningkatan       tekanan      jantung.Kenaikan             mengurangi        mortalitas      kardiovaskular 
                  tekanan ini disalurkan ke vena pulmonal.                    sebesar 21% dan tingkat reinfark sebesar 
                  Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru                 25%  pada  pasien  pasca  infark  miokard 
                  melebihi  tekanan  onkotik  vaskular  maka                                                          6
                  terjadi  proses  transudasi  kedalam  ruang                 dengan  disfungsi  ventrikel  kiri. Sejumlah 
                  intersisial.    Bila     tekanan      ini    masih          besar  uji  klinis  yang  dilakukan  setelah 
                  meningkat lagi, terjadi edema paru akibat                   SAVE,  menunjukkan  manfaat  ACEiyang 
                  perembesan cairan ke dalam alveoli yang                     diberikan  kepada  semua  pasien  dengan 
                  berpotensi         menyebabkan             distress         infark miokard dan manfaat secara selektif 
                  pernafasan akut.                                            terhadap pasien dengan disfungsi ventrikel 
                           Pedoman tatalaksana gagal jantung                  dan  gagal  jantung.Dalam  uji  klinis  lain, 
                  oleh  American  Heart  Association  (AHA)                   Acute  Ramipril  Efficacy  Acid  (AIRE), 
                  merekomendasikan           bahwa      kateterisasi          ramipril  menurunkan  mortalitas  sebesar 
                  jantung  dan  revaskularisasi  secepatnya                   27% karena  kematian  pada  pasien  pasca 
                                                                                                  7  Penggunaan  trandolapril 
                  adalah komponen utama dalam tatalaksana                     infark  miokard.
                  pasien  yang  mengalami  STEMI  untuk                       untuk pasien pasca infark miokard dengan 
                                                    5Namun  bila              disfungsi  ventrikel  kiri  dinilai  dalam 
                  prevensi  terjadinya  GJA.                                  Trandolapril          Cardiac          Evaluation 
                  rumah  sakit  tidak  mampu  melakukan                       (TRACE). Dalam uji klinis ini, pemberian 
                  revaskularisasi        dan       pasien       tidak         trandolapril      selama     50    bulan     dapat 
                  dimungkinkan  untuk  dirujuk,  tatalaksana                  mengurangi        mortalitas     kardiovaskular, 
                  farmakologis yang agresif untuk menjaga                     reinfark,       dan       kejadian       kematian 
                  kondisi euvolemia juga menunjukkan hasil                                 8 
                  yang baik.                                                  mendadak.
                           Pada  fase  akut,  pemberian  injeksi                       Berbeda  denganACEi,  hanya  3 
                  diuretik intravena, vasodilator,sampai pada                 macam  BB  yang  menunjukan  manfaaat 
                  optimalisasi         hemodinamik            sangat          mengurangi  mortalitas  yaitu  bisoprolol, 
                  dibutuhkan.  Pemberian  diuretik  sangat                    carvedilol,  dan  metoprolol  succinate.Efek 
                  penting  dalam  kasus  di  mana  terdapat                   carvedilol  pada  pasien  dengan  disfungsi 
                  dispnea  serta  tanda-tanda  retensi  air  dan              ventrikel  kiri  dapat  dilihat  dari  uji  klinis 
                  natrium.  Diuretik  loop  intravena  banyak                 Carvedilol  Post-Infarct  Survival  Control 
                  digunakan       mengingat        efeknya      pada          in       Left      Ventricular         Dysfuction 
                               IndonesianJournal Chest & Critical Care Medicine    Vol.4 No.1  Januari-Maret 2017
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...A case report management of acute heart failure post st segment elevation myocardial infarction in non revascularization capable hospital ivanapurnama dewi kristin purnama rizaldy pinzon bagusandi pramono faculty medicine duta wacana christian university yogyakarta cardiology and vascular division panembahansenopati bantul abstract ahf defined as sudden gradual onset symptoms commonly occur after stemi can lead to impairment systolic diastolic function resulting decreased cardiac output elevated filling pressures the development cardiogenic pulmonary edema with rapid fluid accumulation lungs that potentially fatal cause respiratory distress patients require hospitalization if possible catheterization main treatment goals hospitalized patient are restore euvolemia minimize adverse events here we clinical findings anahf thrombolytic therapy this has good prognosis intensive pharmacology combination keywords abstrak gagal jantung akut gja didefinisikan sebagai gejala awal yang mendadak da...

no reviews yet
Please Login to review.