Authentication
335x Tipe DOCX Ukuran file 0.05 MB Source: eprints.uny.ac.id
Pelatihan Membatik Bagi Guru SMA Se-Kabupaten Bantul Oleh: Martono (08156886807 / martonouny@yahoo.com) Abstrak Pelatihan ini diawali dari permasalahan yang muncul di lapangan, pertama kurangnya kompetensi guru dalam mengembangkan desain batik untuk pembelajaran keterampilan muatan lokal batik di sekolah. Kedua adanyan surat Keputusan Bupati Bantul Nomor 5 a Tahun 2010 tentang batik sebagai muatan lokal wajib di sekolah dasar sampai menengah atas di Kabupaten Bantul. Ketiga daerah Bantul sangat potensial sebagai sentra kerajinan batik, sehingga sekolah berkewajiban ikut mengembangkan dan melestarikan budaya batik tersebut. Berangkat dari permasalahan tersebut, selanjutnya para guru seni budaya dan keterampilan SMA 1 Kretek Bantul mengajukan proposal permintaan pelatihan batik untuk mengembangkan wawasan desain, strategi pembelajaran, dan tambahan peralatan batik. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan guru dalam pembuatan desain batik dengan media kain dan kayu menggunakan warna indigosol dan naptol. Ingin mengetahui hasil karya batik yang dibuat guru-guru seni budaya dan keterampilan SMA se-Kabupaten Bantul. Metode pelatihan yang digunakan adalah presentasi untuk menyampaikan wawasan pengembangan desain batik, strategi pembelajaran keterampilan batik, dan finishing batik. Metode demontrasi untuk memvisualkan cara pembuatan batik dari pola, nyanting, mewarna dan pembuangan malam. Metode Praktik membatik mulai dari membuat pola, mencanting, mewarna sampai karya batik jadi. Para guru peserta pelatihan dapat mengikuti program ini dengan baik dan dapat memahami materi yang disampaikan oleh tim. Guru dapat membuat karya batik dengan baik dan diharapkan dapat menerapkan dalam pembelajaran batik menggunakan metode sesuai pilihan guru di sekolah dengan baik. Kebanyakan peserta pelatihan lemah dalam pengembangan desain batik dan kerapihan hasil cantingan. Karya kerajinan batik yang dibuat guru hasilnya baik dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran berkarya dan sekaligus sebagai karya seni dan karya ilmiah. Guru diharapkan mampu menerapkan metode pembelajaran batik dengan metode mengamati, meniru, dan mengembangkan untuk berkarya kerajinan batik. Pemberian contoh dengan model sebagai media pembelajaran bukan semata untuk ditiru tetapi untuk memotivasi anak dalam berkarya. 1 I. Pendahuluan Era sekarang ini sedang semaraknya membicarakan dan mengenakan batik untuk berbagai keperluan. Hal itu sangat baik, karena batik sebagai kekayaan budaya bangsa diakui oleh UNESCO sebagai seni budaya Indonesia. Oleh sebab itu perlu penekanan khusus pendidikan seni yang mengenalkan keragaman budaya bangsa. Secara yuridis keberadaan pendidikan seni budaya seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, pada pasal 4 ayat 1 yang mengatur tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan yang mempertimbangkan nilai-nilai kultural masyarakat yang sangat beragam. Penyadaran warga masyarakat melalui pendidikan seni budaya sangat medesak untuk dilakukan bangsa ini, mengingat bangsa yang besar dan beragam seperti ini memiliki kekayaan beragam budaya yang harus selalu dilestarikan dan dikembangkan. Pentingnya pendidikan seni dalam masyarakat multikultural dikembangkan adalah pertama, berfungsi sebagai sarana efektif untuk memecahkan persoalan konflik. Kedua, sebagai sarana untuk mengenalkan budaya kepada siswa agar tidak tercabut dari akar budayanya. Ketiga, sangat relevan di alam budaya demokrasi seperti sekarang. Jangan sampai anak bangsa tercabut dari akar budayanya sendiri, untuk itu pendidikan harus segera tanggap dan melaksanakan pembelajaran berbasis budaya sendiri. Keragaman budaya Indonesia yang diikat oleh pita emas Bineka Tunggal Eka merupakan landasan dasar yang dikemas dan dicengkeram erat oleh dasar negara kita Pacasila sebagai spirit untuk hidup bersama yang damai dan sejahtera. Atas dasar tersebut, pendidikan seni budaya dan keterampilan perlu diberdayakan di sekolah agar dapat memberikan keterampilan kepada anak untuk mandiri di masyarakat sesuai konteks budayanya. Negara kita memiliki budaya tradisi, kerajinan yang beraneka ragam mulai ditinggalkan oleh generasi masyarakat pendukungnya. Hal ini dikarenakan dunia pendidikan kurang mengakomodasi potensi budaya lokal dalam kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Dalam Standar Isi tersebut, apresiasi seni daerah setempat, nusantara, dan macanegara, tetapi para guru belum mampu memahami dan mengambil keputusan untuk mengimplementasikan dalam pembelajaran secara benar. Pembelajaran di sekolah masih bersifat rutinitas, belum ada inovasi sama sekali. Hal itu menyebabkan generasi bangsa ini mulai tidak mengenal budayanya sendiri, meninggalkan budayanya sendiri atau mereka asing dari budayanya sendiri. Kapan lagi 2 kalau tidak sekarang penataan kembali pendidikan keterampilan kerajinan diintegrasikan kembali dengan kebudayaan dan kehidupan lingkungan masyarakat pendukungnya. Harapannya pendidikan betul-betul hidup, dihidupi, dan menghidupi kebudayaan. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikemas dalam KTSP dengan pendekatan pembelajaran konstektual akan memberikan kesempatan tiap daerah atau sekolah untuk ikut bertanggungjawab mengembangkan dan melestarikan seni budaya tradisi/lokal di tiap daerah tempat sekolah tersebut berada. KBK telah menerapkan konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill) agar tamatan memiliki bekal untuk menghadapi permasalahan hidup sehari-hari di keluarga ataupun masyarakat dan pendekatan kontekstual agar yang terjadi dalam proses belajar di sekolah identik dengan budaya yang ada di masyarakat. Sekarang sudah saatnya menyiapkan anak dengan pendidikan keterampilan kerajinan melalui kegiatan pengalaman belajar siswa dengan pola, konsep, dan model baru yang dapat mengembangkan pengalaman estetis, berkreativitas, berapresiasi melalui pembelajaran seni melalui seni, belajar seni tentang seni. Pendidikan keterampilan siap untuk membantu pengembangan anak dalam konsep pendekatan live skills yang menyiapkan anak untuk memiliki kecakapan hidup yang bermakna dan berguna di kemudian hari. Mata pelajaran keterampilan pada dasarnya adalah suatu mata pelajaran yang menyenangkan dan mudah dipelajari jika disajikan secara tepat. Keterampilan dapat dipelajari dan dikuasai sebagai bekal hidup. Oleh sebab itu, mulai pendidikan dasar harus dikenalkan pendidikan seni budaya dan keterampilan dengan konsep dan cara yang benar. Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah banyak kritik dari para ahli pendidikan yang mengatakan bahwa pendidikan kita lepas dari kebudayaan kita, apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah tidak ada hubungan atau kaitan langsung dengan apa yang terjadi dan dikembangkan di masyarakat. Sehubungan dengan kenyataan itu, pada era sekarang ini kebijakan pendidikan telah memberikan kesempatan kepada satuan pendidikan melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memberikan kesempatan mengintegrasikan kembali pembelajaran seni budaya dan keterampilan mengenalkan kepada peserta didik kekayaan seni budaya tradisi kita melalui pembelajaran seni dan keterampilan kerajinan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki andil besar dalam mengembangkan dan melestarikan seni budaya bangsa. Pendidikan seni akan berkembang secara konsisten dan akan mampu 3 bersaing di era informasi apabila mampu meletakkan aspek kualitas secara sadar dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Penyelenggaraan pembelajaran seni budaya keterampilan di sekolah, khususnya SMP dan SMA masih banyak mengalami hambatan. Hambatan tersebut antara lain berasal dari : (a) materi kurang menarik minat terutama bagi siswa, (b) sarana dan prasarana pembelajaran belum memadai, (c) waktu yang tersedia untuk mata pelajaran sangat terbatas, dan (d) kemampuan guru dalam hal pengembangan materi pelajaran dan perancangan strategi pembelajaran masih rendah. Upaya mengatasi berbagai hambatan tersebut salah satunya dengan meningkatkan kemampuan pembelajaran para guru seni budaya dan keterampilan dengan mengadakan pelatihan batik dan membangun sikap positif terhadap kualitas belajar seni, yang bermuara pada apresiasi seni dan peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Dalam kerangka menjawab tangtangan kebutuhan masyarakat Bantul yang banyak mengembangkan kerajinan batik maka SMA 1 Kretek Bantul ingin mengadakan pelatihan keterampilan batik kepada guru seni budaya dan keterampilan SMA di Kabupaten Bantul. Langkah yang ditempuh adalah Pertama diawali dari surat permohonan dan proposal pelatihan batik dari sekolah kepada LPM UNY. Kedua keterampilan batik di SMA 1 Kretek telah berjalan namun belum sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah. Sarana pembelajaran batik di sekolah ini telah tersedia walaupun belum lengkap. Sekolah menginginkan wawasan keterampilan batik tradisional dan modern untuk dikembangkan di sekolah. Ketiga diperkuat dengan surat Keputusan Bupati no 5 a Tahun 2010 bahwa batik menjadi mulok wajib di sekolah dasar sampai mengengah atas di Kabupaten Bantul. 2. Tinjauan Pustaka A. Kajian tentang Desain Pengertian desain secara umum sebagai mana definisi yang dikemukakan oleh Sidik dan Prayitno, (1981: 3) adalah: Pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti garis, warna, ruang, tekstur, tone, bentuk, cahaya dan lain-lain elemen seni rupa itu sedemikian rupa sehingga menjadi kesatuan organik dan harmoni antara bagian dengan keseluruhan. 4
no reviews yet
Please Login to review.