Authentication
614x Tipe DOCX Ukuran file 0.04 MB
NAMA : FAIRUZ AZZAHRA NPP : 29.0024 KELAS : D6 Kepemimpinan Tradisional di Indonesia A. Pengantar Dalam kehidupan bermasyarakat tidak jauh terpisahkan dengan kepemimpinan. Dalam suatu kelompok atau organisasi di dalam masyarakat, kepemimpinan merupakan salah satu hal yang terpenting. Kepemimpinan akan menjadi roda pengerak dari level terendah hingga menjadi level tertinggi. Unsur kepemimpinan menjadi kekuatan besar yang mampu menggerakkan perjuangan atau kegiatan menuju suksesnya sebuah organisasi. Saat suatu pemimpin dibutuhkan di dalam kehidupan bermasyarakat, maka seorang yang mengerti akan realitas masyarakatlah yang pantas mengemban amanah kepemimpinan tersebut. Pemimpin tersebut harus dapat membawa masyarakat menuju kesempurnaan yang sesungguhnya. Watak manusia yang bermasyarakat ini merupakan kelanjutan dari karakter individu yang menginginkan perkembangan dirinya menuju pada kesempurnaan yang lebih. Kartini Kartono (2006) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi negara. Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki keterampilan atau karakteristik untuk memimpin orang lain. Kepemimpinan adalah tindakan mempengaruhi orang-orang untuk secara sukarela berusaha mencapai tujuan bersama, yaitu kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuan bersama. Kepemimpinan mencakup proses mempengaruhi untuk menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapainya, dan mempengaruhi untuk meningkatkan tim dan budaya organisasi. Bangsa Indonesia memiliki bermacam-macam tradisi kepemimpinan, sehingga memiliki keterkaitan dengan filosofi masing- masing daerah dan tentunya perlu untuk di pahami. Kita dapat memahami bahwa kepemimpinan tradisional adalah kepemimpinan oleh ahli waris suatu kelompok sosial. Penguasa adat lahir karena didekati oleh masyarakat berdasarkan prestasi spiritual dan amal untuk masyarakat. Penguasa tradisional sering menjadi penafsir dan penerjemah, dan juga menjadi pemelihara tradisi. Dalam masyarakat tradisional, kehadiran seorang pemimpin juga secara fundamental tergantung pada pilihan, yaitu pentingnya kepribadian orang tersebut dalam interaksi sosial dan komunikasi. Seringkali, kepemimpinan tradisional adalah kemampuan untuk membaca fakta dari kenyataan sehingga mereka dapat menafsirkan hubungan antara kenyataan dan dunia maya dari kenyataan virtual. Selain itu, kepemimpinan tradisional dengan kearifan yang ada pada diri pemimpin selalu menemukan solusi atas berbagai pertanyaan warga. B. Pembahasan Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kehendaknya. Menurut ahli sosiologi, Soerjono Soekanto, menghubungkan kepemimpinan (leadership) dengan kemampuan seseorang sebagai pemimpin (leader) untuk mempengaruhi orang lain (anggotanya), sehingga orang lain itu bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpinnya (Soekanto, 1982). Ahli sosiologi yang lain, Wahyusumijo, lebih melihat kepemimpinan sebagai suatu proses dalam mempengaruhi kegiatan- kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam usahanya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan (Wahyusumijo, 1984). Menurut H. Witdarmono Pr. Kepemimpinan tradisional merupakan: “Kepemimpinan yang mengutamakan apa yang sudah ada. Dan apa yang sudah ada itu, sungguh-sungguh mau diteruskan, bahkan kalau bisa diwariskan secera terus-menerus. Jadi apa yang sudah ada, atau keadaan yang sudah ada itulah yang paling penting. Dalam model tradisional konsepsinya adalah bahwa kehidupan manusia dijamin dengan lembaga yang historis seperti misalnya keluarga, negara, kampung, desa, RT, itulah yang dimaksud dengan lembaga-lembaga historis yang menjamin kehidupan manusia. Menurut H. Witdarmono Arah atau tujuan Kepemimpinan tradisional adalah: “Menjaga status quo, karena yang terpenting dalam kepemimpinan tradisional adalah apa yang sudah ada atau diwariskan jangan digoyahkan, karena merupakan status quo, merupakan keadaan yang tetap, yang harus terus diteruskan, Dalam arti bahwa mereka harus mempunyai ideologi, harta benda, gelar, dan lain-lain, tapi yang paling penting adalah harus diciptakan sesuatu yang sifatnya bisa diwariskan”. Kepemimpinan tradisional menurut Weber adalah suatu tatanan sosial yang didasarkan pada adat-istiadat kuno, di mana status dan kepentingan penguasa juga sangat ditentukan oleh adat. Kepemimpinan tradisional juga membutuhkan unsur-unsur kesetiaan pribadi yang mengikat hamba kepada Tuhannya. Berbeda dengan tipe rasional-legal dimana semua peraturan tertulis dengan jelas dan diundangkan dengan tegas, maka batas wewenang para pejabat ditentukan oleh aturan main; kepatuhan dan kesetiaan tidak ditujukan kepada pribadi para pejabat melainkan kepada lembaga yang bersifat impersonal. Pengambilan keputusan kepemimpinan tradisional tidak memerlukan tujuan organisasi. Untuk tujuan ini, dapat dipahami bahwa untuk mempertahankan tradisi yang tidak dapat diubah, seseorang hanya perlu menerimanya. Perilaku kepemimpinan tradisional atau yang biasa disebut dengan gaya kepemimpinan otoriter adalah perilaku kepemimpinan yang seringkali menawarkan ruang lingkup yang sangat sempit bagi kebebasan, kreativitas, dan inisiatif bawahan. Bawahan selalu mengikuti apa yang dikatakan atasannya, pendapat dan inisiatif bawahan hampir tidak ada. Dan jika bawahannya memiliki inisiatif yang besar dan potensi yang tinggi, cukup dengan melakukan fatwa kiai saja. Sistem organisasi dicantumkan sebagai bentuk yang tidak mempengaruhi mekanisme kerja sehari-hari. Pemetaan sistem administrasi didominasi oleh fatwa kiai dan sangat jarang dari tugas dan fungsi jabatan yang ditetapkan dalam organisasi. Sifat hubungan antara kerabat dan bawahan dalam tipe kepemimpinan ini adalah indikasi kekerabatan.
no reviews yet
Please Login to review.