Authentication
298x Tipe PDF Ukuran file 0.12 MB
Jurnal Peternakan Vol 6 No 1 Februari 2009 (29 – 35) ISSN 1829 - 8729 PERFORMANS ITIK PEDAGING (LOKAL X PEKING) STARTER FASE PADA TINGKAT KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA DI DESA LABOI JAYA KABUPATEN KAMPAR 1) 2) ARSYADI ALI DAN NANDA FEBRIANTI Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Kampus Raja Ali Haji Jl. H.R. Soebrantas Km 16 Pekanbaru Telp. (0761) 7077837, Fax (0761) 21129 1) Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau 2) Alumni Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau ABSTRACT Cage is one of the supported factors in a farm. It will give effect to pleasance catle because crowded cage will influent temperature and atmosphere moisture in the cage. Finally it will give effect for growing duck. Sample which is used in research is 66 meaty duck (local x peking) for fase starter. Food which is used is standard food BUS 602-Crumble. It is produced by PT Berlian Unggas Sakti. This research used 4 characters, the 2 2 characters which are observed is crowded cage degree namely A ( 4 duck/0.5 m ), B ( 5 duck/0.5 m ), C (6 duck/0.5 m 2), and D ( 7 duck/0.5 m 2). The result of this research can be summarized that crowded cage degree A and C, A and D give significant (P<0.05) to consumate food. In crowded cage degree B and C, B and D give significant (P<0.05) to add weight physic, but is gives effect which is not significant (P>0.05) to convert food. 2 From the result of research, we get information that crowded cage b (5 duck/0.5 m ) gives the best effect for performance of meaty duck. It is indicated by high adding weight of physic and convertion of lower food. Key words: cage degree, cage system litter, meaty duck. PENDAHULUAN lingkungan sekitar kandang (Srigandono, 1996). Itik pedaging merupakan ternak unggas penghasil daging yang sangat Kepadatan kandang berpengaruh potensial di samping ayam. Kelebihan terhadap kenyamanan ternak. Hal ini ternak ini adalah lebih tahan terhadap disebabkan karena kepadatan kandang penyakit dibandingkan dengan ayam ras mempengaruhi suhu dan kelembaban sehingga pemeliharaannya mudah dan udara dalam kandang dan pada akhirnya tidak banyak mengandung resiko. Daging akan berpengaruh terhadap pertumbuhan itik merupakan sumber protein yang itik. Di daerah tropis suhu dan bermutu tinggi dan itik mampu kelembaban yang tinggi dapat menjadi berproduksi dengan baik, oleh karena itu penyebab utama stres pada itik. Kenaikan pengembangannya diarahkan kepada suhu kandang disebabkan oleh kesalahan produksi yang cepat dan tinggi sehingga tatalaksana dalam mengatur kepadatan mampu memenuhi permintaan konsumen. kandang. Kepadatan kandang yang melebihi kebutuhan optimal dapat Perencanaan perkandangan itik menurunkan konsumsi ransum dan pedaging harus dilakukan dengan baik meningkatkan konversi ransum yang dan benar, sehingga keadaan lingkungan menyebabkan terlambatnya pertumbuhan kandang yang sesuai akan mudah ternak dan berkurangnya berat badan didapatkan. Beberapa hal yang perlu ternak (Murtidjo, 1988). diperhatikan dalam perencanaan pembuatan kandang, antara lain: Tingkat kepadatan kandang itik temperatur kandang, kontruksi kandang, dinyatakan dengan luas lantai kandang letak kandang, kepadatan kandang serta yang tersedia bagi setiap ekor itik atau jumlah itik yang dipelihara pada satu satuan luas kandang (Prayitno, 1997). Performans Itik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar Luas kandang tergantung kepada jumlah Kepadatan Kandang yang Berbeda di Desa dan umur itik yang dipelihara. Kepadatan Laboi Jaya Kabupaten Kampar”. kandang anak itik berumur 1-2 minggu Penelitian ini bertujuan untuk 2 adalah 50 ekor/m , umur 2-3 minggu mengetahui tingkat kepadatan kandang 2 20 ekor/m, umur 3-4 minggu 2 yang optimal bagi itik pedaging (Lokal x 8-10 ekor/m dan umur 6-7 minggu starter 2 Peking) pada fase yang 5-6 ekor/ m (Ranto dan Sitanggang litter (2008). menggunakan kandang sistem dengan pola pemeliharaan intensif di Desa Kabupaten Kampar merupakan Laboi Jaya Kecamatan Bangkinang salah satu kabupaten yang terdapat di Seberang Kabupaten Kampar. Provinsi Riau dan merupakan daerah peternakan yang cukup potensial untuk MATERI DAN METODA dikembangkan. Tujuan pembangunan sektor peternakan diarahkan untuk 1. Waktu dan Tempat meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan petani peternak dalam Penelitian ini dilaksanakan selama rangka pelaksanaan program peningkatan satu bulan yang bertempat di BPTU (Balai gizi masyarakat berupa protein hewani Pembibitan Ternak Unggas) Dinas dengan harga yang terjangkau. Peternakan Kabupaten Kampar di Desa Potensi pengembangan ternak itik di Laboi Jaya Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar sangat baik karena Seberang. pemerintah Kabupaten Kampar telah 2. Materi mengarahkan pengembangan peternakan untuk meningkatkan pendapatan petani Bibit : Bibit yang digunakan adalah Day peternak dan untuk peningkatan gizi Old Duck (DOD) hasil persilangan antara masyarakat berupa protein hewani dengan Itik Lokal dengan Itik Peking yang berasal harga yang terjangkau. Harga satu dari Sumatra Utara sebanyak 66 ekor itik. kilogram daging itik lebih murah bila dibandingkan dengan harga satu kilogram Kandang dan peralatan : kandang yang daging kambing, sapi atau kerbau. Selain digunakan adalah kandang sistem litter itu dengan semakin meningkatnya yang terdiri dari 12 blok kandang dengan perekonomian masyarakat, meningkatnya luasan kandang untuk tiap-tiap bloknya jumlah penduduk, meningkatnya tingkat adalah 50 cm x 50 cm. Peralatan yang pendidikan dan meningkatnya kesadaran digunakan adalah tempat makan, tempat masyarakat akan gizi maka tuntutan akan minum, lampu, timbangan, alat tulis, komoditi daging unggas sebagai sumber thermometer, gelas ukur dan sekat atau protein hewani yang relatif murah pembatas kandang. semakin meningkat pula. Pakan : Pakan yang digunakan adalah finisher Berdasarkan permasalahan yang pakan komersil ayam pedaging Crumble terjadi dan guna memperoleh data-data BUS 602 dengan jenis yang yang tepat tentang pertumbuhan itik dan diproduksi oleh PT. Berlian Unggas Sakti. kepadatan kandang yang optimal dengan Bahan-bahan penyusun ransum adalah menggunakan kandang sistem litter di jagung, bungkil kedelai, dedak halus, pollard, Desa Laboi Jaya Kecamatan Bangkinang tepung daging, CGM, tepung batu, sodium bicarbonate Seberang telah dilakukan penelitian MDCP, CPO, garam, , tentang “Performans Itik Pedaging (Lokal asam amino tunggal, trace mineral, premix, tarter vitamin. Komposisi nutrisi dari pakan x Peking) Fase S Pada Tingkat Crumble standar komersial BUS 602- 30 Performans Itik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar dengan hasil uji proksimat yang dilakukan 4.2. Penempatan perlakuan dalam pada Laboratorium Kimia Pangan Fakultas kandang penelitian Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dapat dilihat pada Tabel 1. Penempatan perlakuan pada kandang penelitian dilakukan secara acak Tabel 1.Komposisi nutrisi pakan standar dengan menggunakan metoda Rancangan Crumble. komersil BUS 602 – Acak Lengkap. Penempatan perlakuan Komposisi Nutrisi BUS 602 – Crumble(%) pada kandang penelitian disajikan pada Protein Kasar 17,98 Gambar 1. Lemak 5,95 Serat Kasar 9,26 D2 A3 BI A1 Abu 6,99 D3 C1 D1 B2 Air 7,89 A2 B3 C3 C2 BK 92,11 Gambar 1. Lay out Penempatan Perlakuan Sumber : Lab. Kimia Pangan UNRI 2008) Pada Kandang Penelitian ( 3. Metoda 4.3. Pemberian pakan dan air minum Metoda penelitian yang digunakan Pemberian pakan dan air minum adalah metoda eksperimen dengan dilakukan 2 kali sehari dan penimbangan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pakan dilakukan pada pagi hari. Jumlah (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan pakan dan air minum yang diberikan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan selama penelitian disajikan pada Tabel 2. adalah kepadatan kandang dengan tingkat 5. Peubah yang diamati yaitu: yang berbeda. Adapun tingkat kepadatan 1. Konsumsi ransum, dihitung kandang yang digunakan adalah: berdasarkan jumlah ransum yang 2 A = Kepadatan kandang 4 ekor/0,5 m dikonsumsi dikurangi dengan ransum 2 yang tertinggal (gram/ekor/hari). B = Kepadatan kandang 5 ekor/0,5 m 2. Pertambahan bobot badan, diukur 2 C = Kepadatan kandang 6 ekor/0,5 m dengan menimbang berat badan akhir 2 dikurangi dengan berat awal D = Kepadatan kandang 7 ekor/0,5 m (gram/ekor/hari) 4. Pelaksanaan Penelitian 3. Konversi ransum, dihitung setiap minggu dengan membandingkan 4.1. Persiapan Kandang dan jumlah ransum yang dikonsumsi Perlengkapan dengan pertambahan bobot badan Sebelum kandang ditempati ternak, 4. Konsumsi air minum, dihitung kandang tersebut terlebih dahulu di berdasarkan jumlah air minum yang semprot dengan desinfektan agar kandang diberikan dikurangi dengan air minum terbebas dari kuman dan bakteri. yang tertinggal (mililiter/ekor/hari). Kandang dilengkapi dengan lampu dan diberi sekat atau pembatas dan dasar litter kandang dialasi dengan (serbuk gergaji), untuk menjaga temperatur sekaligus menjaga kelembaban kandang. 31 Performans Itik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar Tabel 2. Jumlah pemberian pakan dan air minum selama penelitian Pakan yang diberikan Air minum yang diberikan Perlakuan (gram/ekor/hari) (milliliter/ekor/hari) minggu minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 A 14,28 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400 B 14,28 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400 C 14,28 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400 D 14,28 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400 6. Analisis Data lebih rendah. Perlakuan A konsumsi ransumnya nyata (P<0,05) lebih tinggi dari Data penelitian yang dihasilkan perlakuan C dan D tetapi dengan diolah secara statistik dengan perlakuan B berbeda tidak nyata (P>0,05). menggunakan analisis ragam menurut Sementara itu konsumsi ransum itik pada Rancangan Acak Lengkap. Apabila perlakuan B, C dan D menunjukkan terlihat pengaruh yang berbeda antar berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut disebabkan oleh kepadatan kandang yang dengan menggunakan Duncan’ Multiple tidak jauh berbeda antara perlakuan A dan Range Test (DMRT) B, begitu juga untuk kepadatan kandang C dan D. Model matematis rancangan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah: Berbeda nyatanya tingkat kepadatan kandang terhadap konsumsi ransum itik Yij = µ + αi + εij pedaging disebabkan oleh semakin padat kandang maka suhu kandang semakin HASIL DAN PEMBAHASAN tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa 1. Konsumsi Ransum konsumsi ransum itik pedaging sebagian besar tergantung kepada suhu kandang, strain Rataan konsumsi ransum itik , fase pertumbuhan dan kandungan pedaging (gram/ekor/hari) hasil energi ransum. penelitian ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa Tabel 3. Rataan konsumsi ransum itik pedaging perlakuan D konsumsi ransumnya paling (gram/ekor/hari) selama penelitian. rendah dibandingkan perlakuan A, B dan Perlakuan Konsumsi Ransum C. Ini berarti bahwa pada tingkat (gram/ekor/hari) kepadatan kandang 7 ekor/0,5 m2 itik a A (4 ekor) 32,73 tidak dapat memanfaatkan ransum dengan ab B (5 ekor) 32,52 baik. Hal ini disebabkan pada kepadatan b C (6 ekor) 32,29 kandang yang tinggi (7 ekor/0,5 m 2) suhu b D (7 ekor) 32,22 di dalam kandang menjadi tinggi, Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom sehingga tubuh itik menjadi panas. Oleh yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). karena itu itik lebih banyak mengkonsumsi air minum untuk Tabel 3 menunjukkan bahwa menetralkan suhu tubuhnya sehingga semakin tinggi tingkat kepadatan kandang menyebabkan konsumsi ransum maka konsumsi ransum nyata (P<0,05) menurun, serta luas kandang yang tidak sesuai dengan jumlah itik yang dipelihara akan mengakibatkan itik mengalami 32
no reviews yet
Please Login to review.