Authentication
289x Tipe PDF Ukuran file 0.21 MB Source: Peningkatan
Henky Manoppo et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 1–7 (2011) 1 Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 1–7 (2011) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Peningkatan respons imun non-spesifik, resistensi, dan pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) melalui pemberian pakan nukleotida Enhancement of non-specific immune response, resistance and growth of (Litopenaeus vannamei) by oral administration of nucleotide 1,2 3 3 Henky Manoppo , Sukenda , Daniel Djokosetiyanto , Mochamad Fatuchri Sukadi4, Enang Harris3 1 Program Doktoral Ilmu Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, FPIK, Institut Pertanian Bogor 2 Program Studi Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado 3 Departemen Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 4 Pusat Riset Perikanan Budidaya KKP RI, Jakarta ABSTRACT This research evaluated the nonspecific immune responsse, resistance, and growth of Litopenaeus vannamei fed nucleotide diet. Shrimp juveniles (mean weight 5.39±0.56 g) were reared in two groups of glass aquaria, each with three replications. Shrimps in group one and group two were fed nucleotide diet and basal diet each for four weeks. Total haemocyte count (THC) and PO activity were evaluated at the end of feeding while growth was measured at two weeks interval. At the end of feeding trial, the shrimps were intramuscularly 6 -1 injected with Vibrio harveyi 0.1x10 cfu.shrimp . THC of shrimp fed nucleotide diet significantly increased (P<0.01) up to 87% higher than shrimps fed basal diet. PO activity also different significantly as compared to shrimp fed basal diet (P<0.02) 14 days post-challenge, shrimp fed nucleotide diet showed higher resistance (P<0.01). After 4 weeks of feeding, weight gain achieved 65.38% greater than shrimp fed basal diet (P<0.01). As conclusion, oral administration of nucleotide at 400 mg.kg-1 diet showed positive effect on the enhancement of nonspecific immune responsse, resistance, and growth of L. vannamei. Key words: Litopenaeus vannamei, nucleotide, THC, PO activity, resistance ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi respons imun non-spesifik dan resistensi udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang diberi pakan nukleotida. Juvenil (5,39±0,56 g) dipelihara dalam dua kelompok akuarium kaca masing-masing dengan 3 ulangan. Udang dalam dalam kelompok pertama diberi pakan nukleotida sedangkan udang dalam kelompok kedua diberi pakan standar selama 4 minggu. Total haemocyte count (THC) dan aktivitas phenoloxidase (PO) diukur pada akhir pemberian pakan sedangkan pertumbuhan udang diukur setiap dua minggu. Pada akhir periode pemberian pakan perlakuan, udang diuji tantang secara injeksi intramuskular 6 -1 dengan bakteri Vibrio harveyi 0,1x10 cfu.udang . THC udang yang diberi pakan nukleotida meningkat secara signifikan (P<0,01) mencapai 87% lebih tinggi dari udang yang diberi pakan standar. Aktivitas PO udang yang diberi pakan nukleotida juga berbeda nyata dibandingkan dengan udang yang hanya diberi pakan standar (P<0,02). Empat belas hari setelah uji tantang, udang yang diberi pakan nukleotida memiliki resistensi yang lebih tinggi (P<0,01). Setelah 4 minggu pemberian pakan, perolehan berat mencapai 65,38% lebih besar (P<0,01) dibandingkan dengan udang yang hanya diberi pakan standar. Sebagai kesimpulan, pemberian secara oral nukleotida pada level 400 mg.kg-1 pakan selama 4 minggu memberi pengaruh positif terhadap peningkatan respons imun non-spesifik, resistensi dan pertumbuhan udang vaname. Kata kunci: Litopenaeus vannamei, nukleotida, THC, aktivitas PO, resistensi PENDAHULUAN produsen dihadapkan dengan masalah munculnya penyakit secara berulang yang Budidaya udang telah mendapat perhatian mempengaruhi spesies yang dipelihara, dan dunia sebab secara nyata berkontribusi dalam karenanya menekan kesinambungan akua- perkembangan ekonomi banyak negara. kultur. Perkembangan penyakit bukan hanya Sekalipun demikian, banyak negara-negara disebabkan oleh adanya intensifikasi pro- 2 Henky Manoppo et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 1–7 (2011) duksi tetapi juga oleh kerusakan lingkungan, duksi bahan-bahan penghambat atau melalui polusi, dan ketidakseimbangan nutrisi stimulasi sistim imune udang yang dibudi- (Bachere, 2003). Dalam dua dekade terakhir, dayakan (Bachere, 2003). Udang SPR hanya banyak petani atau industri budidaya udang resisten terhadap patogen tertentu dan dengan yang mengalami kerugian ekonomi yang adanya mutasi genetik, udang SPR yang signifikan terutama disebabkan oleh penyakit awalnya resisten menjadi suseptibilitas virus (Moss et al., 2006). terhadap patogen yang baru. Resistensi Udang vaname pertama kali diimpor ke udang terhadap patogen juga berbeda-beda Indonesia pada tahun 2000 untuk mengganti berdasarkan siklus hidup udang. Meskipun udang windu (P. monodon) yang terserang strategi biosekuriti seperti pengurangan WSSV (DKP, 2007). Pada akhir 2007, udang pergantian air, penyaringan, pengeringan ini telah dibudidayakan di lebih dari 17 kolam, screening (penapisan) postlarva untuk provinsi di Indonesia (Taukhid dan Nur’aini, membatasi masuknya patogen dalam 2008). Masalah utama yang dihadapi dalam lingkungan budidaya, dan bahkan dikom- pengembangan udang vaname adalah binasikan dengan udang SPR secara nyata penyakit terutama yang disebabkan oleh meningkatkan produksi, namun penyakit virus. WSSV dan TSV merupakan penyakit terus saja terjadi dalam usaha budidaya yang paling banyak mengakibatkan kerugian (Moss et al., 2006). Penggunaan nutrisi yang pada industri budidaya udang vaname di seimbang kini sedang diteliti untuk me- Amerika maupun Asia, termasuk di ningkatkan respons terhadap stres dan infeksi Indonesia (Lightner, 2003). Sementara kedua patogen misalnya suplementasi UFA, sterol virus ini belum teratasi, kini muncul dan vitamin dalam pakan. Pendekatan lain infectious myonecrosis virus (IMNV) adalah penggunaan imunostimulan dalam sebagai penyakit baru. IMNV pertama kali mencegah penyakit infeksius. ditemukan pada tahun 2004 di Brazil, dan Sumber imunostimulan bagi akuakultur pada tahun 2006 virus ini telah terdeteksi di dapat diproduksi secara kimia atau biologi. Indonesia (Taukhid dan Nur’aini, 2008). Saat Bahan-bahan imunostimulator tersebut dapat ini, IMNV telah menginfeksi budidaya udang dikelompokkan berdasarkan fungsi maupun vaname di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara sumbernya dan terdiri atas beragam dan Sumatera. IMNV menyerang udang kelompok yakni berupa bakteri dan produk terutama pada juvenil dan udang muda bakteri, yeast, kompleks karbohidrat, faktor dengan host utama adalah udang vaname. nutrisi, ekstrak hewan, ekstrak tumbuhan, Penyakit ini berkembang secara perlahan- dan obat-obatan sintetik (Sakai 1999; Sealey lahan dengan mortalitas kumulatif mencapai dan Gatlin III 2001; Cook et al., 2003). 40-70% (Lightner, 2009). Dalam mana- Penelitian ini menggunakan nukleotida jemen kesehatan budidaya udang, strategi sebagai imunostimulan dalam mengontrol pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui penyakit pada budidaya udang vaname. berbagai cara seperti penggunaan bahan- Nukleotida memiliki fungsi penting dalam bahan kimia dan antibiotik, vaksinasi, bakteri fisiologi dan biokimia seperti penandaan probiotik, SPF (specific pathogen free) dan (encoding) dan penerusan informasi genetik, SPR (specific pathogen resistance), sistim memediasi energi metabolisme dan cell produksi biosekuriti, dan imunostimulan. signalling maupun sebagai koensim, Penggunaan antibiotik memiliki dampak allosteric effectors, dan cellular agonist negatif yaitu akumulasi residu dalam jaringan (Galtin III dan Li, 2007). ikan dan munculnya drug-resistance Nukleotida merupakan nutrien semi pathogen. Vaksinasi meskipun sangat efektif esensial yang mulai mendapat perhatian namun membutuhkan waktu, tenaga dan serius untuk dikembangkan penggunaannya biaya yang mahal serta proteksi yang sebagai imunostimulan dalam budidaya ikan dihasilkan bersifat spesifik (Cook et al., dan krustasea dalam beberapa tahun terakhir 2003). Probiotik berguna dalam mengontrol ini. Publikasi ilmiah tentang penggunaan infeksi mikroba melalui kompetisi dengan nukleotida pada ikan memperlihatkan bahwa mikroorganisme berbahaya/patogen, pro- bahan ini dapat meningkatkan respons imun Henky Manoppo et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 1–7 (2011) 3 dan resistensi ikan terhadap sejumlah dengan tingkat pemberian 3% bobot badan/ patogen secara simultan (Burrels et al., hari dan diberikan pukul 09.00, 13.00, dan 2001). Selain itu, pemberian nukleotida juga 17.00 setiap hari. Kualitas air dipertahankan dapat meningkatkan pertumbuhan serta stabil dan penggantian air dilakukan setiap 3- meningkatkan toleransi terhadap stress. 4 hari sekali tergantung pada kondisi air yang Pada udang, laporan-laporan penelitian ada. tentang penggunaan nukleotida masih belum Udang (berat rata-rata 5,39±0,56 g) tersedia atau masih sangat terbatas. selanjutnya dipindahkan ke dalam 6 buah Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akuarium kaca (60x30x30cm) yang dileng- respons imun non-spesifik, resistensi, dan kapi aerator dengan airlift system, serta performa pertumbuhan udang vaname yang menggunakan resirkulasi air. Keenam diberi pakan nukleotida. akuarium tersebut dibagi atas dua kelompok masing-masing dengan 3 ulangan. Setiap unit BAHAN DAN METODE akuarium berisi 50 L air dengan 15 ekor udang. Udang dalam kelompok pertama Hewan uji diberi pakan nukleotida sedangkan udang Juvenil udang vaname diperoleh dari dalam kelompok kedua diberi pakan standar fasilitas pembesaraan udang di Bakauheni tanpa suplementasi nukleotida. Pemberian Lampung Selatan. Udang yang diambil pakan dilakukan selama 4 minggu. dimasukkan dalam kotak styrofoam yang Selama masa percobaan, parameter dilengkapi dengan aerator baterai, kemudian kualitas air dimonitor setiap hari untuk diangkut melalui jalan darat ke Laboratorium menjamin agar parameter lingkungan tetap Kesehatan Ikan Institut Pertanian Bogor. berada dalam kondisi stabil. Kotoran dan sisa pakan yang terakumulasi dalam Bahan uji akuarium dikeluarkan melalui penyiponan. Bahan uji adalah nukleotida murni Penggantian air juga dilakukan setiap 3-4 (Sigma-Aldrich) yang terdiri atas uridine-5’- hari sekali tergantung pada kondisi air yang monophosphate disodium salt, cytidine-5’- ada. monophosphate disodium salt, guanosine-5’- Sampel haemolymph untuk pengukuran monophosphate disodium salt, adenosine-5’- parameter imun diambil dari 3 ekor udang monophosphate sodium salt, dan inosine-5’- per unit akuarium dan dikerjakan pada akhir monophosphate disodium salt. periode pemberian pakan perlakuan (minggu ke-4). Pengambilan sampel haemolymph Persiapan pakan dikerjakan berdasarkan prosedur yang Kelima jenis nukleotida dalam jumlah dikemukakan oleh (Liu dan Chen, 2004). yang sama dicampur terlebih dahulu secara Secara singkat, sekitar 0,1 ml haemolymph homogen kemudian ditimbang sesuai dosis diambil dari ventral sinus pada pangkal ruas yang dibutuhkan yakni 400 mg/kg. tubuh pertama dengan menggunakan alat Nukleotida dicampurkan ke dalam pakan suntik 1 ml setelah sebelumnya dimasukkan standar dengan cara melarutkannya terlebih 0,9 ml antikoagulan (30 mM trisodium sitrat, dahulu dalam sedikit air, kemudian dikering- 0,34 M natrium klorida, 10 mM EDTA, pH anginkan dalam temperatur ruang. Setelah 7,55, osmolaritas 780 mOsm/kg). kering, pakan dilapisi dengan albumin (putih telur) dan dikering-anginkan kembali. Pelet Parameter imun yang sudah kering selanjutnya dimasukkan Parameter imunitas udang yang diukur dalam kantong plastik, disimpan dalam terdiri atas total haemocyte count (THC), dan lemari pendingin dan siap untuk digunakan. Aktivitas phenoloxidase (PO). Prosedur penghitungan parameter imun adalah sebagai Prosedur penelitian dan pengambilan data berikut: Juvenil udang vaname dipelihara selama 2 minggu dalam bak fibreglass (kapasitas 1000 Penghitungan THC L) untuk proses aklimatisasi. Selama proses Sebanyak 50 µl campuran haemolymph- aklimatisasi, udang diberi pakan standar antikoagulan dimasukkan dalam neutral 4 Henky Manoppo et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 10 (1), 1–7 (2011) buffered formalin (10%) selama 30 menit. tubuh ke tiga. Selanjutnya udang dimasukkan Selanjutnya, THC dihitung dengan meng- kembali ke dalam akuarium. Selama periode gunakan haemacytometer di bawah uji tantang, udang diberi pakan standar. mikroskop cahaya dengan pembesaran 40x. Kualitas air dimonitor agar berada dalam kondisi stabil dan penggantian air dilakukan Aktivitas PO setiap 3-4 hari sekali tergantung pada kondisi Aktivitas PO haemocyte diukur air. Udang mati dikeluarkan setiap hari guna berdasarkan formasi dopachrome yang di- mengkonfirmasi bahwa penyebab kematian hasilkan oleh L-DOPA. Pengukuran aktivitas adalah V. harveyi. Pengamatan terhadap PO dikerjakan berdasarkan prosedur yang mortalitas dilakukan setiap hari selama 14 dikemukakan oleh Liu dan Chen, 2004. hari setelah uji-tantang. Resistensi udang Pertama-tama, 1 ml campuran hemolymph- diukur berdasarkan tingkat kelangsungan anticoagulan disentrifuse pada 700 g selama hidup (SR) yang dicapai sampai pada akhir o 20 menit pada 4 C. Supernatan dikeluarkan periode pengamatan, SR dihitung dengan dan pelet disuspensikan kembali secara formula (Effendie, 2002), SR (%)= Nt/No perlahan-lahan ke dalam larutan cacodylate- x100, Nt=jumlah udang hidup pada waktu t citrate buffer (0.01 M sodium cacodylate, (ekor), No=jumlah udang hidup waktu tebar 0,45 M sodium chloride, 0.10 M trisodium (ekor). citrate, pH 7) dan disentrifuse kembali. Pelet kemudian diambil dan disuspensikan dalam Pertumbuhan 200 µl cacodylate buffer (0,01 M sodium Pertumbuhan udang diukur setiap dua cacodylate, 0,45 M sodium chloride, 0,01 M minggu sekali yakni pada hari ke 14 dan 28. calcium chloride, 0,26 M magnesium Pertumbuhan dinyatakan sebagai selisih chloride, pH 7). antara berat udang yang diukur pada akhir Aliquot sebanyak 100 µl diinkubasi percobaan dengan berat udang pada awal dengan 50 µl trypsin (1 mg.ml-1 cacodylate percobaan (Effendie, 2002): G= Wt–Wo, buffer) sebagai aktivator selama 10 menit G=pertumbuhan, Wt=berat udang pada o pada temperatur 25-26 C. Selanjutnya waktu t (g), Wo=berat udang pada awal -1 tambahkan 50 µl L-DOPA (3 mg.ml percobaan (g). cacodylate buffer), setelah 5 menit, ditambahkan 800 µl cacodylate buffer. Analisis data Optical density (OD) 490 nm diukur dengan Evaluasi perbedaan responss imunitas menggunakan Spektrofotometer (Hitachi U, udang (THC, aktivitas PO), resistensi dan 2000). pertumbuhan akibat adanya perlakuan Larutan standar mengandung 100 µl dilakukan melalui analisis ragam (Anova) suspensi haemocyte, 50 µl cacodylate buffer (pengganti trypsin), dan 50 µl L-DOPA HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan untuk mengukur background aktivitas PO pada semua larutan uji. Total haemocyte count (THC) Densitas optikal (OD) dari aktivitas PO pada Suplementasi nukleotida dalam pakan semua kondisi uji dinyatakan sebagai formasi dapat meningkatkan jumlah haemocyte dopachrome dalam 50 µl haemolymph. udang. Hasil analisis memperlihatkan bahwa THC udang yang diberi pakan nukleotida Resistensi berbeda sangat nyata (P<0,01) jika Setelah 4 minggu pemberian pakan dibandingkan dengan udang yang hanya perlakuan, udang (8 ekor/akuarium) diuji- diberi pakan standar (Gambar 1). tantang dengan bakteri Vibrio harveyi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebelum dilakukan uji tantang, aerator apabila udang diberi pakan nukleotida 400 -1 dimatikan terlebih dahulu selama kurang mg.kg pakan selama 4 minggu berturut- lebih 30 menit, kemudian udang diuji tantang turut, maka THC dapat meningkat mencapai melalui injeksi intramuskular 0,1 mL larutan 87% lebih tinggi dibandingkan dengan udang bakteri V. harveyi 1x106 cfu/mL pada ruas yang diberi pakan standar (Gambar 1). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian
no reviews yet
Please Login to review.