Authentication
400x Tipe PDF Ukuran file 0.43 MB
JO 5 (1) (2019) Jurnal Olahraga http://jurnalolahraga.stkippasundan.ac.id/index.php/jurnalolahraga Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Aklimatisasi Pendaki Gunung Elzas Nurajab STKIP Pasundan, Indonesia Info Artikel Abstrak __________________ _______________________________________________________ Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan tingkat Diterima Januari 2019 kebugaran jasmani terhadap aklimatisasi pendaki gunung pada Disetujui Maret 2019 komunitas pecinta alam dampal sireum sukabumi. Penelitian ini Dipublikasikan April 2019 merupakan penelitian deskriptif dengan design korerasional. __________________ Populasi yang digunakan adalah seluruh komunitas pecinta alam Keywords: dampal sireum yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan Tingkat Kebugaran Jasmani, Aklimatisasi sampel menggunakan total sampling yang diambil dari semua populasi. Sampel berjumlah 20 orang, Instrumen yang digunakan yaitu tes TKJI dan angket yang digunakan untuk mengetahui hasil Aklimatisasi. Hasil penelitian 1 orang yang memliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori kurang sekali tidak mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), 3 orang yang memliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori kurang tidak mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), 11 orang yang memliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori sedang tidak mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), 1 orang yang memliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori baik tidak mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), sedangkan 3 orang yang memliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori kurang mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), sedangkan 1 orang yang memliki tingkat kebugaran jasmani dalam kategori sedang mengalami Acute Mountain Sickness (AMS), kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani seorang pendaki tidak banyak berpengaruh terhadap aklimatisasi yang menyebabkan gejala Acute Mountain Sickness (AMS), karena aklimatisasi erat kaitannya dengan proses adaptasi seseorang dalam suatu wilayah dengan suatu cuaca yang akan dihadapinya ketika saat berada ditempat tersebut, beberapa faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan tempat mereka tinggal atau kebiasaan pola hidup mereka. Abstract _______________________________________________________ The This study aims to prove the relationship between the level of physical fitness towards the acclimatization of mountain climbers in the sireum sukabumi dampal nature lovers community. This research is a descriptive study with a correlational design. The population used was all the 20 dampal sireum nature lovers. The sampling technique uses total sampling taken from all populations. 73 Elzas Nurajab / Jurnal Olahraga 5 (1) (2019) The sample was 20 people, the instruments used were the TKJI test and the questionnaire used to determine the results of acclimatization. The results of the study 1 person who possessed physical fitness level in the category did not experience Acute Mountain Sickness (AMS), 3 people who possessed physical fitness level in the category of less experienced Acute Mountain Sickness (AMS), 11 people who possessed physical fitness level in the category while not experiencing Acute Mountain Sickness (AMS), 1 person who possessed physical fitness level in good category did not experience Acute Mountain Sickness (AMS), while 3 people who possessed physical fitness level in the less experienced category Acute Mountain Sickness (AMS), while 1 people who have physical fitness levels in the category are experiencing Acute Mountain Sickness (AMS), the conclusion that the level of physical fitness of a climber does not have much effect on acclimatization that causes symptoms of Acute Mountain Sickness (AMS), because acclimatization is closely related to a person's adaptation process in a region with a weather he will face when at the place, several factors that influence such as the environment in which they live or their lifestyle habits. © 2019 Elzas Nurajab Under the license CC BY-SA 4.0 Alamat korespondensi: ISSN 2442-9961 (cetak) E-mail: mazisram@gmail.com PENDAHULUAN spontan dan dapat dipacu untuk memberikan Dalam rekreasi ada unsur flexibel, rangsangan kepada jiwa muda yang suka ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi akan tantangan, keuletan dan ketangkasan oleh tempat / indoor recreation dan serta kemampuan untuk menghadapi outdoor recreation (Hernawan, 2017). tantangan melalui kegiatan yang positif. Pendidikan Rekreasi adalah suatu Strategi untuk mencapai keberhasilan dalam program pendidikan non-formal yang kegiatan mendaki gunung sangatlah menyediakan kesempatan bagi setiap diperlukan melalui perencanaan yang matang individu untuk mengembangkan dan faktor-faktor yang mendukung keterampilan jasmani, sikap sosial, keberhasilan suatu pendakian gunung, mental kebiasaan dan penghayatan diantaranya adalah faktor fisik seorang (psiko-sosial) dan keterampilan pendaki gunung. Pendaki gunung yang intelektual (kognitif) secara harmonis mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang dan proporsional yang pada gilirannya baik dapat melakukan suatu pendakian tanpa nanti akan membentuk kepribadian serta mengalami kelelahan yang berarti. Banyak tingkah laku seseorang (Aperoniska, et al, pendaki gunung yang belum sadar akan hal 2014). Dimana saja rekreasi dapat dilakukan ini sehingga mengakibatkan suatu pendakian sesuai dengan bentuk dan macam kegiatan terhambat karena kelelahan atau bahkan rekreasi yang dipilihnyaOlahraga mendaki terjadi kecelakaan karena hilangnya gunung mempunyai nilai positif untuk konsentrasi saat melewati jalur yang curam menyalurkan minat dan bakat generasi muda karena staminanya telah habis. Faktor lainnya yang senantiasa menginginkan hal-hal baru. adalah sikap mental dari seorang pendaki Melalui olahraga mendaki gunung ini gunung. Mental sekuat baja diperlukan oleh generasi muda akan berkembang secara setiap pendaki gunung karena di pegunungan 74 Elzas Nurajab / Jurnal Olahraga 5 (1) (2019) kita akan menghadapi berbagai situasi dan paru-paru dan oksigenasi arterial pada tempat kondisi yang tidak terduga seperti perubahan tinggi atau saat mendaki. Tekanan oksigen di cuaca yang ekstrim, jalur-jalur pendakian tubuh yang rendah akan membatasi gradien yang terjal, bahkan tersesat sekalipun atau alveolaarterial dan pada kondisi yang sama naik, antara basis referensi dan titik atau terjadi penurunan pada tekanan vena. objek. Seiring bertambahnya ketinggian, Penurunan kadar oksigen dalam tubuh akan semakin berubah pula yang terjadi pada tubuh menurunkan kandungan oksigen darah, terutama sistem pernapasan. Diakui bahwa namun terjadi peningkatan pada cardiac ketinggian di atas 1.500 meter yang setara output dan disertai dengan hemokonsentrasi. dengan 4.900 kaki mulai mempengaruhi Eritropoetin disekresi karena berkurangnya manusia. Bert mengemukakan tentang oksigen untuk meningkatkan produksi sel bagaimana tubuh bereaksi terhadap darah merah. Pada saat mendaki terjadi perubahan yang signifikan pada tekanan penurunan tekanan udara oksigen atau udara. Hal ini telah terbukti berguna baik dikenali dengan PaO2. Penurunan PaO2 ini untuk penjelajah bawah laut dan penyelam juga mengakibatkan saturasi oksigen dalam dan mereka yang terlibat dalam eksplorasi tubuh juga berkurang. Pada saat mendaki ruang angkasa, Ditunjuk sebagai profesor tubuh memerlukan konsumsi oksigen fisiologi pertama di Bordeaux pada tahun submaksimal berhubungan dengan terjadi 1866, kemudian di Sorbonne 1869-1886, ia peningkatan ventilasi dan denyut jantung yang mempelajari efek dari ketinggian pada lebih cepat dibandingkan jika berada di hewan. Ia menemukan bahwa penyakit permukaan laut. ketinggian pada hewan tersebut terutama Proses adaptasi saat berada di tempat disebabkan oleh kekurangan kandungan yang lebih tinggi biasanya membutuhkan oksigen udara pada daerah tinggi. Ketinggian beberapa hari karena telah terjadi peningkatan adalah pengukuran jarak, biasanya dalam ventilasi atau disebut dengan istilah arah vertical (Henri, 2006). Manusia dapat “ventilatory acclimatization” yang terjadi beradaptasi pada kondisi di tempat tinggi secara terus selama 1-2 minggu. Setelah itu melalui perubahan yang terjadi pada beberapa juga disertai dengan meningkatnya sistem organ. Organ yang biasanya terlibat konsentrasi hemoglobin. dalam proses adaptasi terhadap berubahnya Seperti yang dikemukakan Mortlock ketinggian yaitu paru, jantung, ginjal, dan (2009) seorang pakar pendidikan alam terbuka sistem hematologi. yang dikutip oleh tim penulis Diktat Wanadri Dari beberapa penelitian mengatakan menjelaskan katagori kemampuan yang harus perubahan ini dapat terjadi secara langsung dimiliki oleh penggiat di alam terbuka sebagai atau terjadi setelah beberapa hari atau setelah berikut: beberapa minggu. Perubahan yang biasa Kemampuan teknis, yang berhubungan terjadi seperti penurunan tekanan barometrik dengan ritme dan keseimbangan gerakan dan berkurangnya PaO2 secara bertahap. serta efesiensi penggunaan Badan akan secara otomatis beradaptasi perlengkapan. dengan meningkatkan ventilasi, Seiring Kemampuan kebugaran, mencakup bertambahnya ketinggian akan mengakibatkan kebugaran spesifik yang di butuhkan terjadi peningkatan pada ventilasi saat oleh kegiatan tertentu, kebugaran istirahat serta kebutuhan oksigen otot juga jantung dan sirkulasinya, serta meningkat sehingga diperlukan kapasitas kemampuan pengkondisian tubuhnya cadangan. Pertukaran gas dan aliran oksigen terhadap tekanan lingkungan alam. mempengaruhi pertukaran yang terjadi di 75 Elzas Nurajab / Jurnal Olahraga 5 (1) (2019) Kemampuan kemanusiaan, yaitu Sickness (AMS) pada ketinggian 3000 m.dpl pengembangan sikap positif ke segala ke atas. Aturan yang paling umum adalah asfek untuk meningkatkan kemampuan. mendaki secara bertahap (graded ascend), Hal ini mencakup determinasi, percaya direkomendasikan mendaki 300 m perhari diri, kesabaran, konsentrasi, analisa diri, dengan istirahat tiap hari ke-3 (atau tiap kemandirian, serta kemampuan untuk 1000m). Jika terdapat gejala AMS segera memimpin dan dipimpin. hentikan pendakian. Acute Mountain Sickness Kemampuan pemahaman lingkungan, (AMS) merupakan salah satu penyakit di yaitu pengembangan kewaspadaan ketinggian (altitude illness) yang terjadi pada terhadap bahaya dari lingkungan yang individu yang tidak terjadi aklimatisasi saat spesifik. pendakian. Dari penjelasan tersebut Di Indonesia, masih sedikit studi dan menggambarkan bahwa untuk menjadi penelitian yang membahas AMS di kalangan seorang pendaki gunung diperlukan pendaki gunung, meskipun minat mereka beberapa persyaratan yang harus dimiliki dan yang melakukan pendakian gunung semakin melekat pada diri seorang pendaki. meningkat. Dari penjelasan tersebut penulis Persyaratan tersebut antara lain kemampuan menyimpulkan bahwa sangatlah penting untuk memilih, mengatur, menggunakan untuk mendaki secara bertahap dan tidak perlengkapan dan perbekalan, pemahaman terburu-buru karena akan menimbulkan efek lingkungan serta kemampuan fisik yang baik. yang sangat fatal. proses aklimatisasi akan Tingkat kebugaran jasmani yang baik dapat membantu seorang pendaki untuk terbiasa mempermudah kita dalam melakukan suatu dengan lingkungan pegunungan. perjalanan mendaki gunung selain itu juga dapat mempermudah dalam proses METODE aklimatisasi (penyesuaian kondisi tubuh Dalam penelitian ini menggunakan terhadap menipisnya kadar oksigen akibat metode deskriptif yang merupakan suatu penambahan ketinggian) dengan lingkungan metode penelitian dalam meneliti setatus dari dan suhu pegunungan yang ekstrim. Semakin sekelompok manusia, suatu obyek, suatu baik tingkat kebugaran jasmani seorang sistem pemikiran, suatu set kondisi, ataupun pendaki gunung maka samakin cepat pula suatu kelas peristiwa pada masa saat ini. proses aklimatisasinya. adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini Pentingnya proses aklimatisasi bagi yaitu untuk membuat gambaran, deskriptif seorang pendaki gunung adalah untuk atau lukisan secara sistematis, faktual dan mengurangi resiko terkena penyakit gunung akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan akut yang akan menghambat pada kegiatan antar fenomena yang sedang diselidiki. mendaki gunung pada stadium yang lebih lanjut penyakit gunung akut akan Menurut Syah (2010) “Penelitian deskriptif menyebabkan penderitanya mengalami merupakan metode penelitian yang kemungkinan yang sangat buruk yaitu digunakan untuk menemukan pengetahuan kematian. Oleh karena itu sangatlah penting yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian ketika kita mendaki gunung terlebih dahulu pada suatu masa tertentu”. Sedangkan melakukan proses aklimatisasi untuk menurut Styosari (2010) “penelitian penyesuaian tubuh dan membaiknya deskriptif adalah penelitian yang bertujuan performa tubuh di ketinggiaan. Seperti yang untuk menjelaskan atau mendeskripsikan di ungkapkan James bahwa kebanyakan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, pendaki gunung mengalami Acute Mountain atau segala sesuatu yang terkait dengan 76
no reviews yet
Please Login to review.