jagomart
digital resources
picture1_Presentasi Usaha 7164 | Penelitian   Kelayakan Usaha Agribisnis Ayam Ras - Pertanian Dan Peternakan


 430x       Tipe DOC       Ukuran file 0.13 MB    


File: Presentasi Usaha 7164 | Penelitian Kelayakan Usaha Agribisnis Ayam Ras - Pertanian Dan Peternakan
kelayakan usaha agribisnis ayam ras pedaging di kabupaten lamongan novi itsna hidayati staf pengajar fakultas pertanian universitas yudharta pasuruan pendahuluan pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian ...

icon picture DOC Word DOC | Diposting 26 Jun 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                      KELAYAKAN USAHA AGRIBISNIS AYAM RAS
                        PEDAGING DI KABUPATEN LAMONGAN 
                             NOVI ITSNA HIDAYATI
                   Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan
         PENDAHULUAN
             Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor
         pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah
         pendapatan (kesejahteraan) Masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menggalakkan
         pembangunan   pertanian   dengan   sistem   agribisnis   yang   berbasis   peternakan;   dimana
         pembangunan   dengan   sistem   agribisnis   ini   diharapkan   dapat   meningkatkan   populasi,
         produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha ternak, baik yang dikelola secara mandiri
         maupun secara kemitraan.
             Pembangunan sistem agribisnis berbasis peternakan mencakup 4 subsistem yaitu:
         subsistem agribisnis hulu peternakan yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan sapronak yang
         menggunakan sapronak untuk menghasilkan komoditi peternakan primer; subsistem agribisnis
         hilir peternakan yakni kegiatan ekonomi yang mengolah komoditi peternakan primer menjadi
         produk olahan dan subsistem jasa penunjang yang dibutuhkan ketiga subsistem agribisnis yang
         lain (Saragih, 2001).
             Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang memiliki jumlah penduduk
         yang lebih dari 4 juta jiwa, juga merupakan daerah yang cukup potensial sebagai tempat
         pengembangan ayam ras pedaging dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani serta
         peningkatan pendapatan masyarakat. Pada tahun 2001, yaitu 4 tahun setelah terjadinya krisis
         ekonomi dan moneter sampai tahun 2002, masyarakat yang mengelola usaha peternakan rakyat
         di Jawa Timur  masih mendapatkan keuntungan yang cukup baik. Akan tetapi sejak tahun 2005,
         setelah   terjadinya   wabah   flu   burung,   usaha   peternakan   ayam   ras   pedaging   mengalami
         permasalahan yang mengancam keberlanjutannya. Hal ini disebabkan karena antar produksi
         ayam ras pedaging dan konsumsi daging ayam ras pedaging yang mengalami penurunan yang
         sangat tajam.     (Tabel 1).
         Tabel 1. Konsumsi dan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Propinsi Jawa Timur Tahun 2001 – 2005
               Tahun            Konsumsi (ton)     Produksi (ton)
                2001              227.179            87.008
                2002              248.212            101.519
                2003              311.657            142.326
                2004              333.516            162.781
                2005              226.841            128.342
         Sumber: Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur.
             Table 1 memperlihatkan adanya penurunan konsumsi sebesar 31,98% dan juga pada
         produksi mengalami penurunan sebesar 21,15%. Kejadian ini mengakibatkan kerugian pada
         peternak yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan yang diperoleh oleh usaha peternakan
         rakyat. Semenjak terjadinya krisis ekonomi dan moneter, usaha ternak ayam ras pedaging
       mengalami penurunan efisiensi biaya produksi karena semakin mahalnya biaya produksi. Hal ini
       disebabkan peternakan ayam ras memiliki ketergantungan yang relatif tinggi terhadap bahan
       baku impor seperti bahan baku utama pakan ternak. Sebagai ilustrasi, impor jagung mencapai 40
       – 50%, bungkil kedelai 95%, tepung ikan 90 – 92% serta tepung tulang dan vitamin hampir
       100% impor   (Tangendjaja, 1998). Permasalahan diatas menyebabkan harga pakan unggas
       terutama untuk ayam ras menjadi mahal. Padahal pakan merupakan faktor utama produksi yang
       paling dominan yaitu 60 – 70% dari seluruh biaya produksi (Rasyaf, 1999). 
          Permasalahan tersebut di atas cukup berat bagi usaha peternakan rakyat yang umumnya
       memiliki keterbatasan seperti: skala usaha masih kecil, permodalan lemah, teknologi sederhana
       dan produksi berkualitas rendah sehingga peka terhadap guncangan pasar (Suparta, 2001).
       Karena itu usaha peternakan rakyat membutuhkan penanganan dengan pola kemitraan dalam
       rangka mewujudkan industri peternakan rakyat.
          Kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam
       jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan,
       saling menguntungkan dan saling menguatkan dengan memperhatikan tanggung jawab moral
       dan etika bisnis (Hafsah, 1999).
          Kemitraan pada dasarnya harus terjadi secara alamiah, tidak dapat dipaksakan oleh pihak
       eksternal, kemitraan seharusnya muncul atas suatu kesadaran internal untuk saling memahami,
       saling membutuhkan, saling melengkapi dan saling percaya. Kemitraan dimaksudkan untuk
       menciptakan  profit sustairability  yakni diantara bermitra harus ada prinsip  risk and profit
       sharing, kemitraan memerlukan penegakan hukum dan birokrasi yang bersih dan berwibawa.
          Banyak perusahaan swasta yang melakukan hubungan pola kemitraan dengan peternak
       dalam pemeliharaan ayam ras pedaging maupun ayam ras petelur. Namun CV.Maria Broiler
       merupakan perusahaan swasta yang melaksanakan hubungan pola kemitraan dengan peternak
       dalam pemeliharaan ayam ras pedaging. CV.Maria Broiler dalam menumbuhkan kembali usaha
       peternakan rakyat melalui kerjasama pola kemitraan bertindak sebagai inti yang memberikan
       kredit modal usaha atau sarana produksi peternakan berupa bibit ayam (DOC), pakan dan obat-
       obatan serta membeli kembali hasil produksi dengan sistem harga garansi atau kontrak. Peternak
       sebagai plasma menyediakan kandang beserta perlengkapannya dan tenaga kerja, serta akan
       mendapatkan bimbingan secara rutin dari inti mengenai aspek manajemen seperti sistem
       perkandangan yang memenuhi syarat, perlakuan terhadap DOC, penanganan pakan, pemberian
       pakan dan air minum, sanitasi dan desinfeksi, vaksinasi serta pengobatan.
          Dalam kenyataannya, pola kemitraan belum memenuhi harapan karena kurang disiplin
       dalam mentaati peraturan antara mitra-mitra yang terlibat. Ketidakdisiplinan antara kelompok
       yang bermitra kerja mengakibatkan konsep tersebut tidak dijalankan seperti pola kemitraan
       sesuai dengan aturan yang disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan, namun lebih banyak
       persyaratan ditentukan oleh inti. Dalam kondisi yang serba terbatas peternak terpaksa menerima
       apa yang dipersyaratkan oleh inti, walaupun kerjasama tersebut lebih banyak menguntungkan
       inti dibandingkan dengan peternak (Cayati, 1997). Ketidakserasian hubungan antara inti dan
       plasma pada praktek kemitraan seringkali terjadi. Pihak plasma merasa dirugikan karena pihak
       inti melakukan tindakan sepihak dalam menentukan harga jual produk, sehingga peternak ayam
       ras memperoleh margin keuntungan yang relatif kecil sedangkan inti memperoleh keuntungan
       yang lebih besar. Sebaliknya pihak inti sering menganggap pihak plasma kurang professional
       mengelola peternakan dan sering melakukan tindakan curang. Pada saat harga bagus, plasma
       diam-diam menjual produknya ke luar (pasar) bukan ke perusahaan inti sebagaimana telah
       disepakati, sedangkan pada harga jatuh dipasaran, plasma mendesak inti segera membeli
       produknya.
          Jika ditelusuri sebenarnya konflik antara inti dengan plasma dapat dihindari apabila sejak
       awal kedua pihak mempunyai I’tikad untuk maju bersama-sama dengan mitra bisnis. Selain itu,
       keputusan untuk melakukan kemitraan bukan didasari oleh alasan politis atau sekedar memenuhi
       anjuran pemerintah. Keberhasilan kemitraan merupakan resultanse dari konsistensi dalam
       penerapan etika bisnis, perencanaan yang selalu di monitor, dievaluasi dalam lingkungan dan
       kondisi yang kondusif serta hal yang tidak dipungkiri adanya faktor keberuntungan. Andil
       pemerintah sangat besar dalam memacu keberhasilan suatu pola kemitraan terutama dalam
       menciptakan iklim yang kondusif serta meregulasi peraturan-peraturan yang menghambat baik
       langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan upaya menumbuhkembangkan
       kemitraan.
          Pola kemitraan ayam ras pedaging antara CV.Maria Broiler sebagai sapronak (inti)
       dengan peternak (plasma) di Kabupaten Lamongan mulai dilaksanakan pada tahun 2001. Untuk
       mengetahui seberapa besar manfaat finansial yang diperoleh oleh peternak selaku plasma maka
       perlu diadakan penelitian tentang kalayakan usaha agribisnis ayam ras pedaging dengan pola
       kemitraan tersebut.
       METODE PENELITIAN
          Responden dalam penelitian ini adalah peternak ayam pedaging yang ada di Kabupaten
       Lamongan Propinsi Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian dari bulan Juli sampai Nopember 2009.
       Jumlah peternak responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 75 peternak dari sekitar
       300 peternak yang diambil secara acak terstratifikasi dengan skala usaha 3000 – 8000 ekor per
       periode produksi. Skala usaha adalah jumlah kepemilikan ternak ayam pedaging (jumlah ayam
       yang dipelihara) oleh seorang peternak per satu angkatan pemeliharaan. Model usaha ternak
       ayam pedaging di Kabupaten Lamongan ini adalah secara kemitraan.
          Data dikumpulkan melalui empat cara yaitu: (1) wawancara langsung, menggunakan
       kuesioner terstruktur yang telah disiapkan, (2) Wawancara mendalam menggunakan daftar
       pertanyaan terbuka sebagai pedoman wawancara, (3) Observasi untuk melihat kegiatan maupun
       hasil kegiatan usaha ayam ras pedaging yang telah biasa dilakukan oleh peternak (responden)
       dan (4) dokumentasi.
          Analisis keuntungan dari usaha peternakan ayam ras pedaging dihitung berdasarkan
       selisih antara penerimaan total dengan biaya total.
       TC = FC + VC ------------------- TR – TC = Keuntungan, dimana:
       FC = biaya tetap
       VC = biaya tidak tetap
       TC = biaya total
       TR = Penerimaan total
          Model fungsi usaha ternak ayam ras pedaging di Kabupaten Lamongan adalah:
              Y   = f (X , X , ……..,X ) dimana;
                       1  2         6
              Y   = Keuntungan (rupiah)
              X = Skala usaha (ekor)
                1
              X = Volume produksi (ekor)
                2
              X = harga jual ayam (rupiah)
                3
              X = biaya total produksi (rupiah)
                4
              X = lama pemeliharaan (hari)
                5
              X = Pengalaman beternak (tahun)
                6
                     Dari persamaan model usaha ternak ayam pedaging tersebut, selanjutnya dilakukan
              analisis regresi untuk mengetahui hubungan antara berbagai variabel yang menjelaskan tingkat
              keuntungan.
                     Kelayakan finansial dianalisis berdasarkan kriteria Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present
              Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
                     Analisis BCR adalah perbandingan antara penerimaan kotor yang telah di discounted
              dengan biaya total yang telah di discounted.
              BCR =                                    
                     Analisis NPV merupakan selisih antara penerimaan total (benefit) dengan biaya total
              (cost) dan investasi.
              NPV = Total present benefit value – (total present cost value + investasi)
                     NPV = 
                     Analisis IRR adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate mana diperoleh
              B/C = 1 dan atau net present value = 0
                     IRR = p% +        x (q% - p%)  dimana,
              X (positif)   = NPV pada discount rate p%
              Y (negatif) = NPV pada discount rate q%
              q% lebih besar dari p% (q% > p%)
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Kelayakan usaha agribisnis ayam ras pedaging di kabupaten lamongan novi itsna hidayati staf pengajar fakultas pertanian universitas yudharta pasuruan pendahuluan pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari sektor dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan kesejahteraan masyarakat hal ini dapat diwujudkan dengan menggalakkan sistem berbasis dimana diharapkan meningkatkan populasi produktifitas kualitas pemasaran efisiensi ternak baik dikelola secara mandiri maupun kemitraan mencakup subsistem yaitu hulu yakni kegiatan ekonomi menghasilkan sapronak menggunakan komoditi primer hilir mengolah menjadi produk olahan jasa penunjang dibutuhkan ketiga lain saragih propinsi jawa timur salah satu memiliki jumlah penduduk lebih juta jiwa juga daerah cukup potensial sebagai tempat pengembangan rangka kebutuhan protein hewani peningkatan pada tahun setelah terjadinya krisis moneter sampai mengelola rakyat masih mendapatkan keuntungan ...

no reviews yet
Please Login to review.