Authentication
228x Tipe PDF Ukuran file 0.50 MB Source: helvetia.ac.id
Emotional Intelligence (EI) Compiled by : Idayustina Hasil penelitian Daniel Goleman (2000) menyimpulkan : Kecerdasan emosi (EQ) menentukan 80 persen pencapaian kinerja individu dan organisasi; IQ (kecerdasan pikiran) hanya 20 persen saja menentukan kinerja. Orang yang memiliki kecerdasan emosi baik, akan mampu menggunakan otaknya dan kecerdasan pikiran (IQ) secara optimal; sebaliknya, orang yang kecerdasan emosinya buruk tidak mampu menggunakan otak dan IQ dengan optimal. • Suksesnya seseorang bergantung pada kemampuannya dalam membina hubungan dengan orang lain. • IQ “hanya” berperan sekitar 25% dalam menentukan kesuksesan seseorang. • Daniel Goleman dalam bukunya "Emotional Intelligence: Why it Can Matter More than IQ" mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan dibutuhkan bukan hanya "cognitive intelligence" tetapi juga "emotional intelligence". • Emotional intelligence disingkat EI adalah: – Kemampuan mengendalikan hal-hal negatif (marah, ragu-ragu, kurang percaya diri) – Kemampuan memusatkan perhatian pada hal-hal positif seperti rasa percaya diri dan keharmonisan dengan orang-orang di sekeliling. • John Mayer, seorang psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan EQ secara lebih sederhana. Menurut Mayer, EQ adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri. • Goleman mendefinisikan EQ secara lebih luas, termasuk optimisme, kesadaran, motivasi, empati dan kompetensi dalam melakukan hubungan sosial.
no reviews yet
Please Login to review.