Authentication
179x Tipe PDF Ukuran file 0.46 MB Source: eprints.perbanas.ac.id
PENCITRAAN DALAM NOVEL SELENA KARYA TERE LIYE Atina Khoirun Nisa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember Email : atinanisa27@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini meneliti enam pencitraan dalam novel Selena karya Tere Liye meliputi (1) pencitraan penglihatan, (2) pencitraan pendengaran, (3) pencitraan gerak, (4) pencitraan perabaan, (5) pencitraan pengecapan, dan (6) pencitraan penciuman. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pencitraan dalam novel Selena karya Tere Liye yang meliputi pencitraan penglihatan, pencitraan pendengaran, pencitraan gerak, pencitraan perabaan, pencitraan pengecapan, dan pencitraan penciuman. Berdasarkan hasil penelitian dalam novel Selena karya Tere Liye dapat peneliti simpulkan bahwa pencitraan merupakan salah satu media yang digunakan pengarang untuk menghidupkan karyanya. Pencitraan juga berkaitan erat dengan pengalaman inderawi. Adanya pencitraan dalam novel maka dapat menstimulasi imajinasi pembaca agar berpikir dan dapat menafsirkan makna dibalik kata atau kalimat yang diungkapkan oleh pengarang, dapat menghidupkan imajinasi pembaca dan pendengarnya, dapat membangkitkan suasana, dan membangkitkan intelektualitas pembaca. Pencitraan juga dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan pembelajaran lain. pencitraan dapat dijadikan alat bantu untuk memudahkan peserta didik dalam memahami dan mengapresiasi karya sastra dan dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pembelajaran lain. Kata kunci: pencitraan, novel Selena ABSTRACT This study examines six images in Tere Liye's novel Selena, including (1) visual imaging, (2) auditory imaging, (3) motion imaging, (4) tactile imaging, (5) gustatory imaging, and (6) olfactory imaging. The purpose of this study is to describe the imagery in the novel Selena by Tere Liye which includes visual imaging, auditory imaging, motion imaging, tactile imaging, tasting imaging, and olfactory imaging. Based on the results of research in the novel Selena by Tere Liye, the researcher can conclude that imaging is one of the media used by the author to bring his work to life. Imagery is also closely related to sensory experience. The existence of imaging in the novel can stimulate the imagination of the reader to think and be able to interpret the meaning behind the words or sentences expressed by the author, can turn on the imagination of readers and listeners, can evoke the atmosphere, and awaken the reader's intellect Imaging can also be implemented in Indonesian language learning and other learning. Imaging can be used as a tool to make it easier for students to understand and appreciate literary works and can make it easier for students to understand other learning. Keywords: imagery, novel Selena 1 1. PENDAHULUAN kesadaran pengarang yang berhubungan Sastra berasal dari bahasa Jawa dengan kepekaan, pikiran, perasaan, dan Kuno yang berarti tulisan. Istilah dalam hasratnya dengan realitas yang dihadapi bahasa Jawa Kuno berarti “tulisan-tulisan pengarang dipadu dengan pengalaman utama”. Sementara kata “sastra” dalam hidupnya. Novel sering mengungkapkan khasanah Jawa Kuna berasal dari bahasa berbagai realitas hidup yang Sansekerta yang berarti kehidupan terkadang tidak terduga oleh (Emzir dkk, 2018, hal.15). Sastra adalah pembaca. (Al-Ma’ruf & Nugrahani, 2015, sebuah seni kreatif yang objeknya hal. 76). manusia dan kehidupan dengan Alasan peneliti memilih novel menggunakan bahasa sebagai untuk dijadikan bahan penelitian mediumnya. Sastra dapat dikatakan diantaranya yang pertama, novel sebagai gambaran kehidupan manusia. merupakan karya sastra yang dapat Penggambaran kehidupan manusia menginspirasi. Kedua, novel memiliki dalam sastra didasarkan pada daya alur cerita yang menarik. Ketiga, novel imajinasi sehingga kehidupan tersebut menarik dibaca karena terdapat bahasa- bersifat imajinatif meskipun tidak semua bahasa yang indah (estetis). Keempat, di bersifat imajinatif. Kehidupan manusia dalam novel terdapat serangkaian kata yang digambarkan dalam sastra sebagai yang memberikan gambaran terkait transformasi kehidupan faktual, baik penginderaan sehingga pembaca seolah- kehidupan pengarang maupun olah dapat merasakan apa yang sedang kehidupan sosial berdasarkan imajinasi dibaca. sastrawan (Wicaksono, 2014, hal. 1). Novel merupakan hasil Bentuk sastra dibagi menjadi tiga pengalaman pengarang dalam jenis, yakni prosa, puisi, dan drama menghadapi lingkungan sosial yang (Wicaksono, 2017, hal. 18). Berlandaskan diimajinasikan oleh pengarang. Novel ketiga bentuk karya sastra di atas peneliti juga dapat dimaknai sebagai ungkapan memfokuskan pada jenis karya sastra kesadaran pengarang yang berhubungan prosa, khususnya prosa fiksi. Menurut dengan kepekaan, pikiran, perasaan, dan Ramadhanti, (2018, hal. 9) menjelaskan hasratnya dengan realitas yang dihadapi bahwa bentuk-bentuk prosa fiksi dapat pengarang dipadu dengan pengalaman dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu hidupnya. Novel sering mengungkapkan cerpen, roman, novel dan novelet. berbagai realitas hidup yang Berdasarkan keempat bentuk prosa fiksi terkadang tidak terduga oleh pembaca diatas penelitian ini difokuskan pada (Al-Ma’ruf & Nugrahani, 2015, hal. 76). prosa fiksi berupa novel. Novel adalah jenis karya sastra yang Novel merupakan hasil berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang pengalaman pengarang dalam panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih menghadapi lingkungan sosial yang kompleks dari cerpen dan lebih luas yang diimajinasikan oleh pengarang. Novel di dalamnya menceritakan konflik-konflik juga dapat dimaknai sebagai ungkapan kehidupan manusia yang dapat 2 mengubah nasib tokohnya. Novel Serupa dengan pendapat mengutarakan konflik kehidupan Kridalaksana, Sudjiman (dalam tokohnya secara lebih mendalam. Tokoh, Wicaksono, 2017, hal. 266) menjelaskan peristiwa, dan latar digambarkan secara bahwa stilistika merupakan kajian tersusun sehingga bentuknya lebih wacana sastra dengan orientasi panjang dibandingkan dengan prosa linguistik. Stilistika mengkaji cara rekaan lain (Wicaksono, 2017, hal. 71). sastrawan memanipulasi, memanfaatkan Alasan peneliti memilih novel unsur kaidah yang terdapat dalam untuk dijadikan bahan penelitian bahasa dan efek yang ditimbulkan oleh diantaranya yang pertama, novel penggunanya. Stilistika meneliti ciri khas merupakan karya sastra yang dapat penggunaan bahasa dalam wacana menginspirasi. Kedua, novel memiliki sastra, ciri-ciri yang membedakan atau alur cerita yang menarik. Ketiga, novel mempertimbangkan dengan wacana menarik dibaca karena terdapat bahasa- non-sastra, meneliti bentuk tata bahasa bahasa yang indah (estetis). Keempat, di sebagai sarana literatur, stilistika dalam novel terdapat serangkaian kata meneliti sastra fungsi puitik suatu yang memberikan gambaran terkait bahasa. Berdasarkan teori-teori yang penginderaan sehingga pembaca seolah- telah dipaparkan, peneliti berpendapat olah dapat merasakan apa yang sedang bahwa stilistika merupakan ilmu yang dibaca. Kelima, novel ini mengandung mempelajari bahasa yang digunakan pesan yang mendidik dan dapat dijadikan pengarang (sastrawan) dalam bahan ajar khususnya pada menuangkan idenya kedalam karya pembelajaran Bahasa Indonesia dan sastra. Stilistika merupakan ilmu yang pembelajaran lain. sering dikaitkan dengan penggunaan Struktur novel dengan yang bahasa di dalam karya sastra. Stilistika dikomunikasikan selalu dikontrol juga dapat dikatakan sebagai bidang ilmu langsung oleh manipulasi bahasa antara kesusastraan dan linguistik. pengarang. Efektivitas pengungkapan Ruang lingkup stilistika dibagi atas bahasa dalam novel dapat disiasati, empat subbab, yakni: (1) unsur leksikal, dimanipulasi, dieksploitasi, dan (2) unsur gramatikal, (3) retorika dan (4) didayagunakan sedemikian rupa. Bahasa kohesi. (Wicaksono, 2017, hal. 274-308). sastra dalam novel memiliki ciri khas Berdasarkan keempat ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan karya stilistika penelitian ini tergolong dalam non-sastra (Fowler dalam Al-Ma’ruf & retorika. Retorika dibagi menjadi dua, Nugrahani, 2017, hal. 8). Ilmu yang yakni (1) gaya bahasa, dan (2) menyelidiki bahasa yang dipergunakan pencitraan. Berlandaskan ruang lingkup dalam karya sastra dan ilmu retorika, penelitian ini masuk pada jenis interdisipliner antara linguistik dan retorika bagian pencitraan. kesusastraan disebut stilistika Pencitraan (imagery) merupakan (Kridalaksana, 2011, hal. 227). penggunaan bahasa dengan tujuan untuk menggambarkan apapun yang dapat 3 dirasakan melalui panca indera, biasanya penginderaan menjadi hidup sehingga dipergunakan untuk menyentuh panca meningkatkan intelektualitas pembaca. indera pembaca atau pendengar melalui Tipe-tipe pencitraan dibagi atas bahasa, sehingga mereka merasakan apa lima tipe yang pertama, pencitraan yang dirasakan oleh penutur atau penglihatan (visual imagery). Pencitraan penulisnya (Siswono, 2014, hal. 53). penglihatan merupakan pencitraan yang Sejalan dengan pendapat Siswono, berhubungan dengan indera penglihatan Abrams (dalam Al-Ma’ruf & Nugrahani, (mata). Tipe pencitraan semacam ini 2015, hal. 57) mengemukakan bahwa mampu memberikan rangsangan kepada pencitraan atau imagery dalam karya indera penglihatan, sehingga hal-hal sastra berperan penting untuk yang tak terlihat seolah-olah terlihat. menimbulkan imajinasi, membentuk Kedua, pencitraan pendengaran gambaran mental, dan dapat (auditory imagery). Pencitraan membangkitkan pengalaman tertentu pendengaran merupakan pencitraan pada pembaca. Citraan (imagery) berasal yang berhubungan dengan kesan dan dari bahasa Latin imago (image) dengan gambaran yang didapat melalui indera bentuk verbanya imitari (to imitate). pendengaran. Pencitraan semacam ini Citraan merupakan kumpulan citra (the dapat dihasilkan dengan menyebutkan collection of images), yang digunakan atau menguraikan bunyi suara, semisal untuk melukiskan objek dan kualitas pada bunyi dentuman yang menggelegar, tanggapan indera yang digunakan dalam alunan lagu, dan sebagainya. karya sastra, baik dengan deskripsi Keempat, pencitraan perabaan secara harfiah maupun secara kias. (tactual imagery). Pencitraan perabaan Berdasarkan penjabaran teori- merupakan pencitraan yang dapat teori diatas peneliti berpendapat bahwa dirasakan oleh indera peraba (kulit) saat pencitraan merupakan ungkapan membaca atau mendengarkan wujud pengarang dalam bentuk kata atau diksi yang membawa seolah-olah kalimat berupa gambaran suatu objek merasakan apa yang pengarang rasakan, yang dapat dirasakan oleh alat indera dan kelima, pencitraan gerak (kinesthetic manusia. Terdapat beberapa alasan imagery). Pencitraan gerak merupakan peneliti memilih pencitraan sebagai pencitraan yang ditimbulkan oleh gerak penelitian diantaranya yakni: (1) tubuh sehingga dapat dirasakan atau pencitraan banyak digunakan dalam seolah-olah melihat gerakan tersebut karya sastra contohnya pada novel, (2) (Siswono, 2014, hal. 54-56). pencitraan dapat menstimulasi imajinasi Berbeda dengan pendapat penikmat karya sastra agar berfikir dan Siswono, Wicaksono (2017, hal. 306) dapat menafsirkan makna dibalik kata mengemukakan bahwa pencitraan dibagi atau kalimat yang diungkapkan oleh atas enam tipe yakni, (1) pencitraan pengarang, (3) pencitraan dapat penglihatan, (2) pencitraan membuat gambaran dalam pikiran dan pendengaran, (3) pencitraan gerak, (4) pencitraan pengecapan, (5) pencitraan 4
no reviews yet
Please Login to review.