Authentication
172x Tipe PDF Ukuran file 1.37 MB Source: simdos.unud.ac.id
MODUL MK. TEKNOLOGI KOPI Materi I : Dekafeinasi Kopi Materi II : Kopi Bubuk Materi III : Kopi Instan OLEH : IDP Kartika Pratiwi PS. ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, modul/bahan ajar Teknologi Kopi dapat diselesaikan. Pembuatan bahan ajar ini bertujuan untuk memberikan suatu referensi atau pegangan kepada mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanaian, Universitas Udayana, khususnya mahasiswa yang mengambil mata kuliah Teknologi Kopi. Penyusun menyadari diktat ini jauh dari sempurna, karena seperti pepatah mengatakan ; “Tidak Ada Gading yang Tidak Retak” Berkaitan dengan hal tersebut, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat untuk kesempurnaan diktat ini dari semua pihak. Penyusun berharap bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan referensi Teknologi Hortikultura. Denpasar, September 2017 Penyusun Pendahuluan Modul kuliah ini membahas mengenai dekafeinasi kopi, pengolahan kopi menjadi kopi bubuk dan kopi instan. Setelah mengikuti mata kuliah teknologi kopi, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan mengenai pengertian proses dekafeinasi, tujuan dekafeinasi, metode yang dapat dilakukan dalam proses dekafeinasi kopi. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai tahapan proses pengolahan kopi bubuk dan kopi instan, karakteristik kopi bubuk dan kopi instan, perbedaan antara kopi bubuk dan kopi instan serta metode yang dapat digunakan dalam pengolahan kopi terutama kopi instan. Materi pertama menjelaskan mengenai proses dekafenasi kopi. Dekafeinasi atau penghilangan kafein termasuk ke dalam metode tambahan dari keseluruhan proses pengolahan kopi. Dekafeinasi banyak digunakan untuk mengurangi kadar kafein di dalam kopi agar rasanya tidak terlalu pahit. Selain itu, dekafeinasi juga digunakan untuk menekan efek samping dari aktivitas kafein di dalam tubuh. Kopi terdekafeinasi sering dikonsumsi oleh pecandu kopi agar tidak terjadi akumulasi kafein yang berlebihan di dalam tubuh. Proses dekafeinasi kopi pertama kali dilakukan oleh Katz tahun 1990 di Jerman. Proses pelarutan senyawa kafein dari dalam biji kopi diawali oleh pemecahan ikatan senyawa komplek kafein dan asam klorogenat dengan perlakuan panas. Pemanasan mengakibatkan senyawa kafein terbebas dengan ukuran dan berat molekul yang lebih kecil sehingga akan mudah bergerak, berdifusi melalui dinding sel, dan selanjutnya larut dalam air. Kafein di dalam biji kopi sebagian besar berada dalam kondisi terikat sebagai senyawa alkaloid berbentuk senyawa garam komplek kalium klorogenat dengan ikatan ionik. Ikatan komplek ini menyebabkan kafein tidak dapat bergerak bebas dan perlu proses pemanasan agar mudah larut dalam air. Dekafeinasi dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut air (water decaffeination), pelarut organik-anorganik (solvent decaffeination) dan super kritikal CO (Carbon dioxide decaffeination). Beberapa 2 negera yang tergabung didalam EEC menetapkan batas kandungan kaffein didalam biji kopi bebas kaffein (decaffeinated) dan kopi instan tidak melebihi 0.1 % dan 0.3%. Sedangkan zat pelarut yang tersisa atau resedual dari decaffeinated coffe kurang dari 10 mg/kg pelarut. Materi kedua menjelaskan mengenai proses pengolahan kopi bubuk. Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Penyangraian merupakan proses yang tergantung waktu dan temperatur, dimana senyawa- senyawa kimia di dalam kopi akan berubah dengan hilangnya massa kering kopi yang sebagian besar adalah karbondioksida dan gas-gas volatil lainnya sebagai produk dari pirolisis. Sekitar setengah dari karbondioksida yang dihasilkan akan tertahan dalam kopi yang telah disangrai bersama-sama dengan senyawa flavor penting yang bersifat volatil. Pengolahan biji kopi ini perlu disesuaikan dengan permintaan dan kegemaran konsumen. Tingkatan penyangraian terdiri dari: light roast (sangrai cukupan), medium roast (sangrai sedang), dark roast (sangrai matang). Cara penyangraian yang berlainan ini selain berpengaruh terhadap citarasa, juga turut menentukan warna bubuk kopi yang dihasilkan. Kesempurnaan penyangraian kopi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu panas dan waktu. Kisaran suhu sangrai yaitu untuk tingkat sangrai 0 ringan/warna coklat muda suhu 190-195 C, tingkat sangrai medium/warna 0 coklat agak gelap suhu 200- 205 C. Waktu penyangraian bervariasi dari 7-30 menit tergantung jenis alat dan mutu kopi. Perendangan bisa dilakukan secara terbuka atau tertutup. Penyangraian secara tertutup banyak dilakukan oleh pabrik atau industri pembuatan kopi bubuk untuk mempercepat proses penyangraian. Penyangraian secara tertutup akan menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan terasa agak asam akibat tertahannya air dan beberapa jenis asam yang mudah menguap. Namun aromanya akan lebih tajam karena senyawa kimia yang beraroma khas kopi tidak banyak menguap. Selain itu, kopi akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti bahan bakar atau bau gas hasil pembakaran yang tidak sempurna Materi ketiga menjelaskan mengenai proses pengolahan kopi instan. Kopi instan merupakan kopi yang bersifat mudah larut dengan air (soluble) tanpa meninggalkan serbuk. Pengolahan kopi instan yang essensial berupa produksi ekstrak kopi melalui tahap : penyangraian (roasting), penggilingan (grinding), Ekstraksi, Drying (Spray Drying maupun Freze Drying) dan pengemasan produk Pengolahan kopi instan (soluble coffe) sangat tergantung dari proses sebelumnya. Pada tahap penggilingan biji-biji kopi yang berbeda ukuran,
no reviews yet
Please Login to review.