jagomart
digital resources
picture1_Demam Pdf 59417 | Muhammad Ridla Mysitowi Bab Ii


 245x       Tipe PDF       Ukuran file 0.56 MB       Source: repository.ump.ac.id


File: Demam Pdf 59417 | Muhammad Ridla Mysitowi Bab Ii
bab ii tinjauan pustaka a demam berdarah dengue 1 pengertian demam berdarah dengue dbd adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria who untuk dbd dbd ...

icon picture PDF Filetype PDF | Diposting 23 Aug 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                                                   BAB II 
                                            TINJAUAN PUSTAKA 
                                                       
                 A. Demam Berdarah Dengue                   
                   1.  Pengertian  
                         Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang 
                   disebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD. DBD 
                   adalah salah satu manifestasi simptomatik dari infeksi virus dengue. 
                         Manifestasi simptomatik infeksi virus dengue adalah sebagai berikut: 
                         1. Demam tidak terdiferensiasi 
                         2. Demam dengue (dengan atau tanpa perdarahan): demam akut selama 2-7 
                            hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri 
                            retro-orbital, mialgia/ atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, 
                            leukopenia) dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien 
                            yang sudah dikonfirmasi menderita demam dengue/ DBD pada lokasi dan 
                            waktu yang sama. 
                         3. DBD (dengan atau tanpa renjatan) (WHO, 1999). 
                    
                   2.  Patogenesis 
                         Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue 
                   adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory)  dan 
                   hipotesis immune enhancement. Menurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan 
                   oleh Suvatte, 1977, sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang 
                   berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi 
                   dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena 
                   bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka 
                   replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi 
                   yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a 
                   menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya 
                                        Permasalahan Dosis dan..., Muhammad Ridla Mysitowi, Fakultas Farmasi UMP, 2015
               cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, 
               penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa (Chen, 2009). 
                   Hipotesis  immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak 
               langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai 
               risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi herterolog yang 
               telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi 
               yang berikatan dengan Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. 
               Sebagai tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang 
               kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga 
               mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok (Chen, 2009). 
                
               3.  Diagnosis 
                   Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal 
               ini terpenuhi: 
               1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik. 
               2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, 
                ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena. 
               3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml). 
               4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut: 
                   • Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis 
                    kelamin. 
                   • Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan 
                    dengan nilai hematokrit sebelumnya. 
                   • Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, 
                    hiponatremia. (Depkes, 2005). 
                     
                
                
                
                              Permasalahan Dosis dan..., Muhammad Ridla Mysitowi, Fakultas Farmasi UMP, 2015
                   4.  Pemeriksaan Penunjang 
                         Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar hematokrit, 
                   jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif 
                   disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke 3). Trombositopenia umumnya 
                   dijumpai pada hari ke 3-8 sejak timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai 
                   dijumpai mulai hari ke 3 demam. (Depkes, 2005). 
                         Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan terjadinya 
                   gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis (PT, APTT, 
                   Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat dikerjakan adalah 
                   albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin. Untuk membuktikan etiologi DBD, dapat 
                   dilakukan uji diaknostik melalui pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau 
                   biologi molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas 
                   adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan tenaga laboratorium 
                   yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 1–2 minggu), serta biaya yang relatif mahal. 
                   Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang dipilih adalah metode diagnosis 
                   molekuler dengan deteksi materi genetik virus melalui pemeriksaan reverse 
                   transcriptionpolymerase chain reaction (RT-PCR) (Chen, 2009). 
                         Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih cepat 
                   bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif mahal serta 
                   mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif 
                   semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, 
                   yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM 
                   terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 
                   60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada 
                   infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai hari ke 2 (Chen, 2009). 
                         Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang adalah 
                   pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen nonstructural protein 1 
                   (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan sel yang terinfeksi virus Dengue. 
                   Masih terdapat perbedaan dalam berbagai literatur mengenai berapa lama antigen 
                                       Permasalahan Dosis dan..., Muhammad Ridla Mysitowi, Fakultas Farmasi UMP, 2015
               NS1 dapat terdeteksi dalam darah. Sebuah kepustakaan mencatat dengan metode 
               ELISA, antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama sampai 
               hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari ke 5 pada infeksi 
               sekunder Dengue (Chen, 2009). 
                   Pemeriksaan antigen NS1 dengan metode ELISA juga dikatakan memiliki 
               sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai 
               keunggulan tersebut, WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai 
               uji dini terbaik untuk pelayanan primer. Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak 
               dan lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, 
               terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi 
               dapat ditemukanpada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi 
               dengan USG (Chen, 2009). 
                    
               5.  Penatalaksanaan 
                   Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. 
               Penatalaksanaan  terapi  ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat 
               kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana 
               diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan 
               adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris (Depkes, 2005). 
                   Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya 
               terjadi antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses 
               kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke 
               intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain 
               pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau kurang, 
               pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi 
               pleura ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai (Depkes, 2005). 
                   Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada 
               trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang 
               cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluran cerna. 
                              Permasalahan Dosis dan..., Muhammad Ridla Mysitowi, Fakultas Farmasi UMP, 2015
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Bab ii tinjauan pustaka a demam berdarah dengue pengertian dbd adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus serta memenuhi kriteria who untuk salah satu manifestasi simptomatik dari infeksi sebagai berikut tidak terdiferensiasi dengan atau tanpa perdarahan selama hari ditandai lebih klinis nyeri kepala retro orbital mialgia atralgia ruam kulit leukopenia dan pemeriksaan serologi positif ditemukan pasien sudah dikonfirmasi menderita pada lokasi waktu sama renjatan patogenesis dua teori banyak dianut dalam menjelaskan hipotesis sekunder secondary heterologous infection theory immune enhancement menurut diajukan suvatte akibat tipe berbeda respon antibodi anamnestik akan terpicu menyebabkan proliferasi transformasi limfosit menghasilkan titer tinggi igg antidengue karena bertempat di juga tingginya angka replikasi hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen pelepasan ca peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah merembesnya permasalahan d...

no reviews yet
Please Login to review.