Authentication
218x Tipe PDF Ukuran file 0.07 MB Source: repo.poltekkes-palangkaraya.ac.id
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. FLUOR ALBUS 1. Pengertian Fluor Albus atau keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat (Kusmiran, 2012). Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Manuaba, 2010). Leukorrhea atau fluor albus atau keputihan dibedakan menjadi dua macam, yaitu leukhorrea normal dan leukorrhea abnormal (Sibagariang, 2010). Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa leukorrhea atau keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar melalui vagina, dapat merupakan kejadian yang normal atau tidak normal. 2. Klasifikasi Fluor Albus Ada dua jenis keputihan yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan tidak normal (patologis). a. Keputihan normal (fisiologis) Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Menurut Wijayanti (2009) keputihan normal ciri-cirinya ialah warnanya kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau tanpa 7 disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dsb), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat stres dan kelelahan. Keputihan fisiologis ditemukan pada: 1) Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. 2) Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen keputihan disini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya. 3) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. 4) Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer. 5) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri (Sarwono, 2005) Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini wajar dan tidak menunjukan bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang disebut keputihan ini berfungsi sebagai sistem pelindung alami saat terjadi gesekan di dinding vagina saat anda berjalan dan saat anda meakukan hubungan seksual. Keputihan ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga kadar keasaman pH wanita. 8 Cairan ini selalu berada di dalam alat genital tersebut. Keasaman pada vagina wanita harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2, maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri menguntungkan. Bakteri menguntungkan ini hamper mencapai 95% sedangkan yang lain adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (patogen). Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami keadaan yang membuat keasaman tersebut bertambah dan berkurang, maka bakteri yang menimbulkan penyakit tersebut tidak akan mengganggu (Iswati, 2010). b. Keputihan tidak normal (patologis) Penyebab paling penting dari keputihan patologi ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning- kuningan sampai hijau, seringkalilebih kental dan berbau (Sarwono, 2005). Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas, nyeri) serta berbau (apek, amis, dsb) (Wijayanti, 2009). Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan 9 rasa pedih saat si penderita buang air kencing Wijayanti, 2009). Menurut Boyke (2009), hampir semua wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan patologis seumur hidupnya minimal satu sampai dua kali. Oleh karena itu di dalam bukunya, Iswati (2010) mengatakan bahwa wanita perlu mengenal lebih jauh tentang keputihan tersebut, yaitu: 1) Keputihan yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau keputih-putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Keputihan semacam ini akan memberi dampak bagi tubuh wanita, diantaranya wanita akan merasa seperti terbakar di daerah kemaluan saat buang air kecil. Jika tidak cepat ditangani, lambat laun kemaluan akan terasa sakit dan membengkak. 2) Cairan keputihan yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan jamur atau ragi yang di kemaluan seorang wanita. Penderita akan merasakan efek gatal yang hebat. Bibir kemaluan sering terlihat merah terang dan terasa sangat sakit. Selain itu, saat buang air kecil terasa seperti terbakar. Hal yang harus dicegah adalah menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi ini. Antibiotik sebenarnya akan membuat infeksi jamur semakin parah. Penderita pun jangan mamakai pil KB. Jika sedang menggunakan pil KB, hentikan secepatnya.
no reviews yet
Please Login to review.