Authentication
153x Tipe PDF Ukuran file 0.08 MB Source: media.neliti.com
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi t UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493 KAJIAN PENATALAKSANAAN TERAPI PENGOBATAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PENDERITA ANAK YANG MENJALANI PERAWATAN DI RSUP PROF. DR. R.D KANDOU TAHUN 2013 1) 1) 1) Ni Wayan Elan Andriani , Heedy Tjitrosantoso dan Paulina V.Y Yamlean 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an acute epidemic disease caused by a virus transmitted by the Aedes aegypti and Aedes albopictus. Morbidity rate of dengue in the province of North Sulawesi especially city of Manado in 2011 of 156 cases from a total of 1485 cases in all regions of the province of North Sulawesi (Anonymous, 2011). This study aims to assess the therapy of DHF and Investigate related problem of DHF therapy in children patient. Data collection was conducted retrospectively from February to March 2013 at Prof Dr. R.D Kandou hospital by analyzing 74 medical record data descriptively. Therapy of treatment in DHF patients consists of supportive therapy 100% and symptomatic therapy consist antipyretic therapy 74.73%, antacids and antiulcer therapy 20.27%, antiemetika therapy 17.02%, diuretic therapy 5.40% and sedative therapy 2.70%. The related problem of therapy consist without indication therapy 59.49% and duplication of therapy 1.35%. Key words : DHF, Children Patient, Supportive Therapy and Symptomatic Therapy ABSTRAK Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Angka kesakitan DBD di wilayah Provinsi Sulawesi Utara khususnya kota Manado pada tahun 2011 sebesar 156 kasus dari total 1485 kasus di seluruh wilayah provinsi sulut (Anonim, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penatalaksanaan terapi DBD dan mengetahui masalah yang berkaitan dengan terapi DBD pada penderita anak. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari bulan Februari sampai Maret 2014 di BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado dengan menganalisis 74 data rekam medik secara deskriptif. Terapi pengobatan pada penderita DBD terdiri dari terapi suportif sebanyak 100% dan terapi simptomatik yang meliputi terapi antipiretik sebanyak 74.73%, terapi antasida dan antiulcer sebanyak 20.27%, terapi antiemetika sebanyak 17.02%, terapi diuretik sebanyak 5.40% dan terapi sedatif sebanyak 2.70%. Permasalahan dalam pengobatan terdiri dari terapi tanpa indikasi sebanyak 59.46% dan terapi duplikasi sebanyak 1.35%. Kata kunci : DBD, Penderita Anak, Terapi Suportif dan Terapi Simptomatik 57 PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi t UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493 PENDAHULUAN memahami patogenesis, perjalanan Demam berdarah dengue (DBD) penyakit, gambaran klinis dan merupakan suatu penyakit epidemik akut pemeriksaan laboratorium, sehingga yang disebabkan oleh virus yang diharapkan penatalaksanaannya dapat ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan dilakukan secara efektif dan efisien (Chen Aedes albopictus. Penderita yang dkk, 2009). Pengobatan simptomatik yakni terinfeksi akan memiliki gejala berupa berupa pemberian antipiretik misalnya demam ringan sampai tinggi, disertai parasetamol bila suhu >38,50C dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot (Hadinegoro dkk, 2004). dan persendian, hingga perdarahan spontan Hingga saat ini belum ditemukan (WHO, 2010). Terdapat sekitar 2,5 miliar terapi utama seperti vaksin untuk orang di dunia beresiko terinfeksi virus menangani penyakit yang disebabkan oleh dengue terutama di daerah tropis maupun virus dengue ini. Terapi antibiotik dapat subtropis, dengan perkiraan 500.000 orang diberikan dalam pengobatan DBD jika memerlukan rawat inap setiap tahunnya terdapat infeksi sekunder yang disebabkan dan 90% dari penderitanya ialah anak-anak oleh adanya translokasi bakteri dari yang berusia kurang dari 15 tahun (WHO, saluran cerna dan hal ini terjadi pada 2011). penderita DSS (Dengue Syok Syndrome) Data dari seluruh dunia atau penderita DBD derajat III dan IV menunjukkan Asia menempati urutan (Yasin dkk, 2009). Berdasarkan uraian di pertama dalam jumlah penderita DBD atas, maka perlu dilakukan penelitian setiap tahunnya. Menurut WHO, negara mengenai kajian penatalaksanaan terapi Indonesia ialah negara dengan kasus DBD pada penderita DBD di RSUP Prof. Dr. tertinggi di Asia Tenggara sejak tahun R.D. Kandou Manado khususnya untuk 1968 hingga 2009 (Anonim, 2010). tahun 2013. Angka kesakitan DBD pada tahun 2011 di wilayah Provinsi Sulawesi Utara METODOLOGI PENELITIAN khususnya kota Manado sebesar 156 kasus Waktu dan Tempat Penelitian dari total 1485 kasus di seluruh wilayah Penelitian dilakukan pada bulan provinsi sulut (Anonim, 2011). Total November 2013 sampai April 2014 di kunjungan penderita DBD Pada periode RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. tahun 2008-2012 di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado mencapai 3077 dengan Populasi total kasus baru sebanyak 2736 (Soputan, Populasi penelitian ialah semua 2013) dan berdasarkan data instalasi rekam catatan rekam medik penderita anak medik, jumlah penderita DBD yang dengan rentang umur 2-12 tahun yang menjalani rawat inap tahun 2013 di RSUP terdiagnosa DBD di RSUP Prof. Dr. R.D Prof. Dr. R.D Kandou Manado sebanyak Kandou Manado tahun 2013. 315 dengan 242 diantaranya ialah anak- Sampel anak dengan umur 2-12 tahun (Anonim, Sampel dalam penelitian terdiri 2014). dari kriteria inklusi yakni kriteria yang Pemberian terapi pengobatan yang akan diteliti berdasarkan variabel optimal pada penderita DBD dapat penelitian dan kriteria eksklusi yakni menurunkan jumlah kasus dan kematian kriteria yang tidak termasuk dalam akibat penyakit ini (Chen dkk, 2009). variabel penelitian. Pengobatan DBD pada dasarnya bersifat suportif dan simptomatik (Soegijanto, Identifikasi Variabel Penelitian 2001). Pengobatan suportif berupa Variabel penelitian ialah segala pengobatan dengan pemberian cairan sesuatu yang akan menjadi objek pengganti seperti cairan intavena dengan 58 PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi t UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493 pengamatan penelitian. Variabel-variabel tunggal seperti gelofusin/gelofundin, dalam penelitian ini yaitu: plasma darah atau bila syok tetap terjadi a. Jenis Kelamin diberikan kombinasi kristaloid dan koloid b. Umur (Rampengan dkk, 2011). c. Diagnosa Terapi simptomatik pada penderita d. Lama Perawatan DBD merupakan pemberian terapi untuk e. Terapi Pengobatan mengatasi gejala yang timbul. Ada beberapa jenis terapi simptomatik yang Pengambilan Data diberikan antara lain: terapi antipiretik, Data diambil dari catatan rekam terapi antasida dan antiulcer, terapi medik penderita di RSUP Prof. Dr. R.D. antiemetika, terapi diuretik dan terapi Kandou Manado yang meliputi sedatif. karakteristik penderita dan terapi Pada terapi antipiretik, data hasil pengobatan DBD yang diterima penderita penelitian menunjukkan terapi terbanyak selama dirawat. Pencatatan data berupa ialah pemberian parasetamol sebanyak 58 variabel-variabel prnrlitian dari rekam penderita (78.38%) dan pemberian medik ke lembar pendataan. duplikasi ibuprofen dan parasetamol sebanyak 1 penderita (1.35%). Demam Analisis Data adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh Data penelitian diperoleh dari data di atas normal yaitu di atas 380C (Neto, rekam medik yang dikumpulkan secara 2004) dan pemberian parasetamol retrospekstif kemudian dianalisis secara dianjurkan jika suhu tubuh >38,50C deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2010), (Hadinegoro, 2004). Manifestasi klinik analisis univariat atau deskriptif bertujuan dari penyakit DBD ialah nyeri, mual untuk menjelaskan atau mendeskripsikan muntah, ruam, dan lain sebagainya karakteristik setiap variabel penelitian. (Suhendro dkk, 2009). Pemberian terapi Analisis dalam penelitian menghasilkan antasida dapat diberikan pada penderita distribusi frekuensi dan persentase dari yang mengalami syok disertai muntah- tiap variabel. Analisis data dalam muntah hebat dan epigastrium yang tidak penelitian ini dilakukan dengan cara : jelas yang disebabkan perbesaran hati yang a. Penentuan variabel yang diamati. progresif (Hadinegoro, 2004). Data hasil b. Data-data yang diperoleh dari rekam penelitian menunjukkan terapi terbanyak medik dikelompokkan dalam variabel- ialah pemberian ranitidin sebanyak 12 variabel yang sesuai. penderita (16.22%) dan antasida sebanyak c. Semua data yang ada pada setiap 3 penderita (4.05%). Data hasil penelitian variabel dikaji. menunjukkan terapi terbanyak ialah d. Variabel yang diamati dan didiskusikan pemberian domperidon sebanyak 10 serta ditampilkan dengan kutipan kata- penderita (13.51%) dan ondansentron kata. sebanyak 1 penderita (1.35%). Pada terapi diuretik, diperoleh jumlah penderita yang HASIL DAN PEMBAHASAN menerima pemberian furosemid sebanyak Terapi suportif pada penderita 4 penderita (5.40%) dengan diagnosa DBD DBD berupa pergantian cairan intravena derajat III dan DBD derajat IV yang akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi termasuk dalam kategori syok. Pemberian suportif terbanyak ialah pemberian cairan furosemid dapat diberikan pada penderita kristaloid sebanyak 62 penderita (83.78%). yang mengalami syok disertai diuresis Pada terapi DBD derajat I dan II jenis tidak mencukupi 2 ml/KgBB/jam saat cairan yang diberikan ialah kristaloid kebutuhan cairan sudah terpenuhi berupa RL/Asering/NaCl 0,9% dan untuk (Hadinegoro, 2004). Pada terapi sedatif DBD derajat III dan IV diberikan koloid diperoleh hasil jumlah penderita yang 59 PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi t UNSRAT Vol. 3 No. 2 Mei 2014 ISSN 2302 - 2493 menerima pemberian diazepam sebanyak 2 20.27%, pemberian antiemetika penderita (2.70%). Pemberian terapi sebanyak 14.86%, pemberian diuretik sedatif ditujukan untuk menenangkan sebanyak 5.40% dan pemberian sedatif penderita yang gelisah saat mengalami sebanyak 2.70%. syok (Hadinegoro, 2004). 2. Terdapat permasalahan dalam Permasalahan dalam pengobatan pengobatan DBD pada anak di RSUP yang ditemukan dalam terapi DBD ialah Prof. Dr. R.D Kandou Manado tahun kategori terapi tanpa indikasi dan terapi 2013 yaitu kategori terapi tanpa indikasi duplikasi obat. Terapi tanpa indikasi sebanyak 59.46% dan duplikasi obat berupa pemberian terapi antibiotik yang sebanyak 1.35%. tidak sesuai indikasi penyakitnya atau tidak mengalami infeksi bakteri. Jumlah DAFTAR PUSTAKA penderita DBD yang menerima terapi Anonim1. 2011. Pedoman Pelayanan antibiotik Total 50 penderita yang Kefarmasian Untuk Penderita menerima terapi antibiotik, 6 penderita Anak. Direktorat BINFAR diantaranya yang mengalami leukositosis Komunitas dan Klinik Departemen atau infeksi bakteri. Jadi jumlah penderita Kesehatan RI, Jakarta. DBD yang menerima terapi antibiotik Chen, Khie., Herdiman, T.P., Robert. tanpa adanya indikasi infeksi bakteri ialah 2009. Diagnosis dan terapi cairan sebanyak 44 penderita (59.46%). pada demam berdarah dengue. Golongan antibiotik yang paling banyak Fakultas Kedokteran Universitas diberikan ialah golongan sefalosporin Indonesia. RS Dr. Cipto yakni sebanyak 41 penderita (55.41%). Mangunkusumo, Jakarta. Penggunaan antibiotik pada beberapa Cunha, B.A. 2000. Antibiotik Resistence. kasus tidak tepat guna, dapat menyebabkan Medica Clinic, North America. masalah kekebalan antimikrobial dan juga Hadinegoro., Sri Rezeki., Soegijanto W.S., meningkatkan biaya pengobatan (Cunha, Suroso. 2004. Tatalaksana Demam 2000). Permasalahan dalam pengobatan berdarah dengue Di Indonesia. yang kedua ialah kategori duplikasi obat Depkes RI, Jakarta. berupa pemberian secara bersamaan Neto G. 2004. Evidence Based Pediatrics perasetamol dan ibuprofen. Dari total 74 and Child Health. BMJ Book, penderita, sebanyak 1 penderita (1.35%) Canada. diantaranya yang menerima terapi Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi duplikasi obat. Akibat yang dapat Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, ditimbulkan dari terapi duplikasi Jakarta. parasetamol dan ibuprofen ialah dapat Rampengan., Suryadi, Tatura., Novie, meningkatkan resiko toksisitas pada H.R. 2011 Standar Prosedur penderita anak terutama yang menderita Operasional (SPO). Pelayanan hepatotoksik (Yasin dkk, 2011). Keperawatan. Bagian Ilmu kesehatan Anak FK UNSRAT, BLU KESIMPULAN RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou. 1. Penatalaksanaan terapi DBD pada anak Manado. di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado Soputan, Nirmala. 2013. Analisis Faktor- tahun 2013 terdiri dari 2 terapi yaitu faktor yang Berhubungan Dengan terapi suportif dan terapi simptomatik. kejadian Demam berdarah dengue Terapi suportif yakni pemberian cairan Pada Penderita Anak di Irina E BLU elektrolit sebanyak 100%. Terapi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou simptomatik terdiri dari pemberian Manado. FKM Unsrat, Manado. antipiretik sebanyak 78.38%, pemberian Suhendro., Leonard, Naingolan., Khie, antasida dan antiulcer sebanyak Chen., Herdiman T.P. 2009. 60
no reviews yet
Please Login to review.