jagomart
digital resources
picture1_Pendidikan Pdf 57021 | 221763 Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuha


 216x       Tipe PDF       Ukuran file 0.19 MB       Source: media.neliti.com


Pendidikan Pdf 57021 | 221763 Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuha

icon picture PDF Filetype PDF | Diposting 22 Aug 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                    Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2Edisi4 Juli-Desember 2013                          •
                      PENGEMBANGAN BAHAN AJARANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
                    UNTUK PENDIDIKAN INKLUSI  BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI
                                      PG/PAUD FKIP UNIVERSITAS TADULAKO
                                                       Hj. Shopyatun AR
                                                         Ikhlas Rasido
                                                Dosen Jurusan Ilmu Pendidikan
                                  Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
                    Abstrak
                          Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah; 1) meningkatkan pengetahuan
                    dan  keterampilan  tentang  anak  berkebutuhan  khusus  bagi  mahasiswa  program
                    studi  PG/PAUD,  2)  untuk  mengetahui  sikap  mahasiswa  terhadap  pendidikan
                    inklusi, 3)  menghasilkan bahan ajar anak berkebutuhan khusus untuk pendidikan
                    inklusi  yang  pada  akhirnya  menjadi  buku  ajar  ber-ISBN.  Desain  penelitian
                    merupakan penelitian pengembangan yang dilaksanakan secara bertahap, melalui
                    5  (lima)  tahapan,  yaitu;  1)  analisis  kebutuhan  berupa  pengetahuan  dan
                    keterampilan  mahasiswa  terhadap  anak  berkebutuhan  khusus,  serta  sikap
                    mahasiswa terhadap pendidikan inklusi, 2) penyusunan draft bahan ajar, 3) uji
                    coba draft bahan ajar, 4) evaluasi draft bahan ajar, 5) produk akhir.  Metode
                    pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian
                    berupa; a) angket, b) wawancara, c) studi literatur. Teknik analisis data adalah
                    analisis  deskriptif  berbentuk  persentase,  sedangkan  penyususunan  bahan  ajar
                    dilakukan melalui analisis isi. Hasil penelitian menemukan peningkatan sebesar
                    56% jumlah mahasiswa mampu menjabarkan definisi anak berkebutuhan khusus,
                    69% jumlah mahasiswa yang mampu menjabarkan jenis-jenis anak berkebutuhan
                    khusus,  76%  jumlah  mahasiswa  mampu  memahami  dan  melakukan  identifikasi
                    anak  berkebutuhan  khusus,  57%  jumlah  mahasiswa  mampu  melakukan
                    pengelompokan anak berkebutuhan khusus, dan 32% jumlah mahasiswa mampu
                    membuat  pembelajaran  anak  berkebutuhan  khusus. Sikap  mahasiswa  Program
                    Studi  PG/PAUD  terhadap  pendidikan  inklusi  adalah; 1) 83%  mahasiswa  pada
                    program  studi  PG/PAUD    bersikap  negatif  atau  menolak  pendidikan  inklusi
                    berdasarkan  faktor  pengetahuan  tentang  konsep  pendidikan  inklusi,  2)  87%
                    bersikap  negatif  menolak  pendidikan  inklusi  berdasarkan  faktor  pengalaman
                    berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus, 3) berdasarkan faktor kebutuhan
                    belajar,  65%  mahasiswa  ingin  mengetahui  secara  mendalam  tentang  anak
                    berkebutuhan khusus,  4)  88%  mahasiswa  belum  pernah  mengikuti  seminar  dan
                    pelatihan  tentang  anak  berkebutuhan  khusus  membentuk  sikap  negatif  mereka
                    menolak  pendidikan  inklusi. Dari  16  indikator  pengukuran  tingkat  kepuasan
                    mahasiswa  pada  Program  Studi  PG/PAUD  menunjukkan  tingkat  kepuasan
                    mahasiswa  di  atas  56%  terhadap  bahan  ajar  anak  berkebutuhan  khusus  untuk
                    pendidikan inklusi.
                    Kata  Kunci: Pengetahuan,  Keterampilan  dan  Sikap  Mahasiswa,  Pendidikan
                                     Inklusi, Berkebutuhan Khusus, Buku Ajar
                                                                                                            31
                         •   Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido,Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus….
                         I. Pendahuluan
                         A.Latar Belakang Masalah
                                    Pendidikan  inklusi  di  Indonesia  telah  dipayungi  oleh  kebijakan
                           pemerintah yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 tahun
                           2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
                           memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Peraturan menteri tersebut
                           memuat dengan lengkap rambu-rambu mengenai pendidikan inklusi mulai dari
                           perencanaan hingga pelaksanaan. Salah satu hal yang signifikan tercatat dalam
                           Peraturan  Menteri  tersebut  adalah  mengenai  kewajiban  pemerintahan  daerah
                           kabupaten/kota    untuk   menunjuk  minimal  satu  sekolah  yang  harus
                           menyelenggarakan  pendidikan  inklusi.  Namun demikian,  pendidikan  inklusi
                           tidak  cukup  hanya  minimal  satu  sekolah  saja  di  setiap  kabupaten/kota  tetapi
                           keterlibatan  banyak  sekolah  yang  di  dalamnya  terdapat  siswa  berkebutuhan
                           khusus. Hal ini disebabkan kerena fenomena anak berkebutuhan khusus  tiap
                           tahunnya menunjukkan atau mengalami peningkatan jumlah. Data penelitian di
                           bawah  ini  menunjukkan  peningkatan  jumlah  anak  berkebutuhan  khusus  dari
                           tahun ke tahun.
                                    Ekowarni (2003) menyebutkan data dari unit Psikiatri Anak (daycare)
                           RSUD Dr.Soetomo Surabaya adanya peningkatan (sebesar 3.33%) jumlah pasien
                           anak  ADHD  dengan  berbagai  karakteristik  dari  tahun  2000  ke  tahun  2001.
                           Secara  rinci,  terdapat  30    jumlah  anak    dengan  ADHD  yang  tanpa  disertai
                           gangguan lain  (32,96%), 15 anak dengan ADHD dan gangguan tingkah laku
                           (16.48%), 8 anak dengan spektrum autis (8.79%), 12 anak dengan ADHD dan
                           epilepsi (13.19%), 13 anak dengan ADHD dan gangguan berbahasa (14.28%), 6
                           anak dengan ADHD dan kecerdasan batas ambang (6.59%) dan 2 anak dengan
                           ADHD dan antisosial (2.20%).
                                    Data Balitbang Direktorat Pendidikan Luar Biasa pada tahuin 2006
                           yang  menyoroti gangguan emosi dan perilaku anak,  secara umum menemukan
                           bahwa dari 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai
                           rapornya  kurang  dari  6,  dinyatakan  33%  mengalami  gangguan  emosi  dan
                           perilaku (dalam Mahabbati, 2010). Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh
                         32
                    Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2Edisi4 Juli-Desember 2013                          •
                       dr.Dwijo,Sp.KJ pada tahun 2000-2004, dari 4.015 siswa usia 6-13 tahun di 10
                       SD wilayah Jakarta Pusat  dan Jakarta Barat  menunjukkan prevalensi 26,2%
                       anak ADHD berdasarkan kriteria DSM IV (dalam Mahabbati, 2010).
                                Peningkatan  jumlah  anak  berkebutuhan  khusus  tersebut  tidak  seiring
                       dengan pelayanan pendidikan  inklusi. Merujuk data dari  Direktorat PSLB tahun
                       2007  menyebutkan  bahwa  jumlah  Anak  Berkebutuhan  Khusus  yang  sudah
                       mengikuti  pendidikan  formal  baru  mencapai  24,7%  atau  78.689  anak  dari
                       populasi anak cacat di Indonesia, yaitu 318.600 anak. Ini artinya masih terdapat
                       sebanyak  65,3%  Anak  Berkebutuhan  Khusus  yang  masih  terseklusi,
                       termarjinalisasikan  dan  terabaikan  hak  pendidikan.  Bahkan  angka  tersebut
                       diperkirakan dapat jauh lebih besar mengingat kecilnya angka prevalensi yang
                       digunakan,  yaitu  0,7%  dari  populasi  penduduk  serta  masih  buruknya  sistem
                       pendataan (dalam Sunaryo, 2009).
                                 Sementara  itu,  sekolah yang  telah  menyelenggarakan  pendidikan
                       inklusi ternyata masih banyak yang menemui kendala dalam menyelenggarakan
                       pendidikan inklusi. Berdasarkan hasil penelitian (Sunardi 2009, dalam Suyanto,
                       2009)  terhadap  12  sekolah  penyelenggara  inklusi  di  Kabupaten  dan Kota
                       Bandung, secara umum saat terdapat lima kelompok  issue dan permasalahan
                       pendidikan inklusi di tingkat sekolah,  yaitu : pemahaman dan implementasinya,
                       kebijakan  sekolah,    proses  pembelajaran,  kondisi  guru,  dan    support  system.
                       Lebih spesifik,  dari  lima  kelompok    isu  permasalahan    pendidikan  inklusi  di
                       tingkat  sekolah  khususnya  di  tingkat  Pendidikan  Anak  Usia  Dini  (PAUD),
                       menurut Adnan, dkk (2012) adalah  para pendidik anak usia dini di lembaga
                       PAUD sebagai tangan kedua setelah orang tua di rumah, masih banyak yang
                       mengalami  kesulitan  dalam  mengenali  anak  berkebutuhan  khusus  dengan
                       berbagai    karakteristiknya,    sehingga     mengakibatkan  sulitnya  anak-anak
                       bekebutuham  khusus  ini  diterima  di  lembaga  PAUD  untuk  belajar  bersama
                       dengan  anak  lain.  Tentu  ini  sangat  bertentangan  dengan  konsep  pendidikan
                       untuk semua dan konsep pendidikan sedini mungkin.
                                                                                                            33
             • Hj. Shofyatun AR & Ikhlas Rasido,Pengembangan Bahan Ajar Anak Berkebutuhan Khusus….
             B. Rumusan Masalah
                   Fenomena anak berkebutuhan khusus tiap tahunnya menunjukkan atau
              mengalami  peningkatan  jumlah.  Meningkatnya  jumlah  anak  berkebutuhan
              khusus  setiap  tahunnya  tidak  seiring  dengan  pelayanan  pendidikan  inklusi.
              Sementara sekolah  yang  telah  menyelenggarakan  pendidikan  inklusi  ternyata
              masih  banyak  yang  menemui  kendala  dalam  menyelenggarakan  pendidikan
              inklusi.  Salah  satu  kendala  dalam  penyelenggaraan  pendidikan  inklusi
              disebabkan oleh faktor pendidik anak usia dini di lembaga PAUD. Pendidik anak
              usia dini di lembaga PAUD sebagai tangan kedua setelah orang tua di rumah,
              masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengenali anak berkebutuhan
              khusus  dengan berbagai  karakteristiknya,  sehingga  mengakibatkan  sulitnya
              anak-anak  bekebutuhan  khusus  ini  diterima  di  lembaga  PAUD  untuk  belajar
              bersama  dengan  anak  lain.  Tentu  ini  sangat  bertentangan  dengan  konsep
              pendidikan untuk semua dan konsep pendidikan sedini mungkin.
             C.Tujuan Penelitian
                   Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
              1. Meningkatkan  pengetahuan  dan  keterampilan  mahasiswa  Program  Studi
                PG/PAUD terhadap anak berkebutuhan khusus.
              2. Mengembangkan  sikap  positif  (menerima)  mahasiswa  Program  Studi
                PG/PAUD terhadap pendidikan inklusi.
              3. Mengembangkan  bahan  ajar  anak  berkebutuhan  khusus  untuk  pendidikan
                inklusi.
             II.Kajian  Pustaka
             A.Identifikasi Dini Dan Assessmen Anak Berkebutuhan Khusus
                   Anak  berkebutuhan  khusus  adalah  anak  yang  memiliki  perbedaan
              dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan
              berkebutuhan  khusus  jika  ada  sesuatu  yang  kurang  atau  bahkan  lebih  dalam
              dirinya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan
              khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami
              anak. Untuk mengetahui anak berkebutuhan khsusus melalui proses identifikasi.
             34
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Tri sentra jurnal ilmu pendidikan vol edisi juli desember pengembangan bahan ajaranak berkebutuhan khusus untuk inklusi bagi mahasiswa program studi pg paud fkip universitas tadulako hj shopyatun ar ikhlas rasido dosen jurusan fakultas keguruan abstrak tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang anak mengetahui sikap terhadap menghasilkan ajar pada akhirnya menjadi buku ber isbn desain merupakan dilaksanakan secara bertahap melalui lima tahapan yaitu analisis kebutuhan berupa serta penyusunan draft uji coba evaluasi produk akhir metode pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling instrumen a angket b wawancara c literatur deskriptif berbentuk persentase sedangkan penyususunan dilakukan isi hasil menemukan peningkatan sebesar jumlah mampu menjabarkan definisi jenis memahami melakukan identifikasi pengelompokan membuat pembelajaran bersikap negatif atau menolak berdasarkan faktor konsep pengalaman berhubungan dengan belajar mend...

no reviews yet
Please Login to review.