Authentication
35x Tipe DOCX Ukuran file 0.25 MB Source: komunitasbelajar.mkksciawi.or.id
SELAMAT DATANG KURIKULUM PARADIGMA BARU ! Oleh : Juhana (Kepala SMPN 3 Ciawi) Ya, selamat datang kurikulum baru !, kurikulum paradigma baru. Kurikulum ini lebih dikenal dengan sebutan Kurikulum Prototipe. Ada juga yang menamakannya Kurikulum 2022. Kurikulum ini katanya masih bersipat sementara, karena kebijakan pemberlakuan kurikulum secara nasional dan permanen baru akan ditetapkan tahun 2024. Itu pun berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum “baru” ini. Mengapa ada kurikulum Prototipe ? Dinamika kehidupan masyarakat beserta seluruh aspeknya telah berimplikasi pada dunia pendidikan. Mau tidak mau, suka tidak suka, pendidikan harus mampu beradaptasi dengan dinamika tersebut. Bagaimana kalau tidak ? Dikhawatirkan pendidikan akan kehilangan konteks dan kebermaknaanya. Demikian pula dengan kurikulum pendidikan. Ia harus bisa menyesuaikan diri. Mengapa ? Kurikulum harus mampu menyesuaikan diri dengan konstelasi yang berkembang saat ini. Kurikulum harus mampu menjawab tantangan perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta sosio kultural masyarakat. Tuntutan digitalisasi, kompetensi literasi dan numerasi harus mampu djawab oleh kurikulum saat ini. Jika kurikulum berbanding terbalik dengan tuntutan kehidupan masa kini, kurikulum tersebut akan “kering” dan kehilangan maknanya. Di penghujung tahun 2021, pemerintah telah mensosialisasikan kebijakan kurikulum Pr0totipe sebagai upaya pemulihan pembelajaran setelah pandemi covid-19. Awalnya Kurikulum Prototipe berlaku bagi sekolah yang mengikuti program Sekolah Penggerak. Namun, pada tahun 2022 ini, kurikulum prototype dilaksanakan di seluruh satuan pendidikan sebagai kurikulum pilihan disamping kurikulum 2013. Kebijakan baru kurikulum ini tidak terlepas dari kebijakan sebelumnya. Mendikbud pernah menerbitkan regulasi dalam bentuk Kepmendikbud nomor 719/P/2020 yang memberikan pilihan kepada setiap satuan pendidikan dalam menggunakan kurikulum. Apakah mau menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat (Kurikulum yang disederhanakan oleh Page | 1 Kemendikbudristek), atau Kurikulum yng disederhanakan secara mandiri. Tahun 2022 ini dipandang pemerintah sebagai masa pemulihan pembelajaran. Sebagai tindak lanjut, pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberlakuan Kurikulum prototipe. Kurikulum ini dapat dipilih sekolah selama masa pemulihan pembelajaran yang waktunya ditetapkan tahun 2022 – 2024. Sesungguhnya, kurikulum Prototipe pada tahun 2021 sudah ada, tetapi berlaku terbatas hanya pada sekolah penggerak saja. Pada tahun 2022 – tahun pelajaran baru –, kurikulum Prototipe akan menjadi pilihan tambahan bagi seluruh satuan pendidikan untuk digunakan, selain Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, atau Kurikulum yang disederhanakan secara mandiri. Apapun kurikukumnya yang dipilih, hanya berlaku selama masa pemulihan pembelajaran saja. Sebab pada tahun 2024 nanti akan diberlakukan satu kurikulum secara nasional setelah dilkukan pengkajian terhadap hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum saat ini. Jadi, meski akan diberlakukan tahun ini, kurikulum prototipe masih bersipat opsional. Artinya, satuan pendidikan masih bisa memilih kurikulum yang lain untuk digunakan dimasa pemulihan pembelajaran. Mau Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat, atau Kurikulum yang disederhanakan secara mandiri, diserahkan pilihannya kepada masing-masing satuan pendidikan. Apa Kurikulum Prototipe ? Sebagaimana dikemukakan di atas, kurikulum prototipe adalah kurikulum yang bersipat opsional yang dapat diterapkan satuan pendidikan pada tahun pelajaran 2022/2023. Pada tahun pelajaran tersebut, kurikulum prototipe belum berlaku secara nasional. Dengan demikian, satuan pendidikan masih bisa melaksanakan kurikulum yang saat ini masih berlaku, Pemberian nama Prototipe masih bersipat sementara. Kebijakan pemberlakuan kurikulum secara nasional baru akan dikeluarkan tahun 2024. Apakah kurikulum baru nanti akan menggunakan nama ini atau dengan nama lain, kita tunggu saja nanti. Lahirnya kebijakan pemberlakuan kurikulum prototipe dilatarbelakangi antara lain permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kurikulum selama masa pandemi. Dampak masa pandemi covid-19, tahun 2020 dan 2021, dirasakan pada sektor pendidikan. Proses pembelajaran terganggu sehingga lahir kebijakan pembelajaran jarak jauh. Masa pandemi ternyata telah menyebabkan terjadinya kondisi learning loss, dimana peserta didik Page | 2 mengalami situasi kehilangan pembelajaran khususnya untuk literasi dan numerasi. Kemendibudristek mengungkapkan data hasil riset yang dilakukan terhadap sampel sebanyak 3391 siswa SD dari 7 kab/kota di 4 propinsi pada Januari 2020 hingga April 2021. Diperoleh kesimpulan bahwa : (1) sebelum pandemi kemajuan belajar selama satu tahun (kelas 1 SD) untuk leterasi 129 poin dan 78 poin untuk numerasi; (2) kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikas (learning loss); (3) untuk literasi learning loss ini setara dengan 6 bulan belajar; dan (4) untuk numerasi learning loss setara dengan 5 bulan belajar. (sumber: materi presentasi Kemendikbudristek tentang kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran setelah pandemi, November 2021). Berdasarkan data di atas, implementasi kurikulum 2013 selama masa pandemi ternyata tidak memenuhi harapan pemerintah. Sebagai alternatif solusi mendikbudristek menerbitkan regulasi berupa kepmendikbud nomor 719/P/2020 yang mengatur opsi pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan. Atas dasar opsi yang dipilih, diperoleh data bahwa sebanyak 59,2% satuan pendidikan menggunakan kurikulum 2013 secara penuh, 31,5% menggunakan kurikulum darurat, dan 8,9% menggunakan kurikulum 2013 yang disederhanakan secara mandiri (sumber: Kemendikbudristek tahun 2021). Sebagai upaya pengembangan kebijakan kurikulum sebelumnya, kemendibudristek membuat opsi tambahan pemberlakuan kurikulum dimasa pandemi ini, yakni kurikulum prototipe. Lantas apa bedanya dengan Kurikulum 2013 ? Kebijakan pemberlakuan kurikulum baru tentu didasarkan pada evaluasi pelaksanaan kurikulum sebelumnya. Begitupula pemberlakuan Kurikulum Prototipe ini tidak terlepas dari hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dimasa pandemi saat ini. Kurikulum Prototipe dianggap solusi dari kelemahan pelaksanaan Kurikulum 2013 saat ini. Lantas apa yang membedakan Kurikulum Prototipe dengan Kurikulum 2013 ? Kurikulum prototipe memiliki karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran sebagai berikut : 1.Pengembangan karakter. Kurikulum Prototipe pembelajarannya dirancang untuk pengembangan soft skills dan karakter. Pada dasarnya Kurikulum 2013 sudah menekankan pada pengembangan karakter, namun belum memberi porsi khusus dalam struktur kurikulumnya. Sedangkan dalam struktur kurikulum prototipe, Page | 3 20% - 30% jam pelajaran digunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila (P3) melalui pembelajaran berbasis projek. P3 menjadi goal sistem pendidikan kita. Kurikulum Prototipe diharapkan mampu menciptakan pelajar Indonesia yang tidak hanya jadi pelajar sepanjang hayat saja, tetapi juga kompeten, berkarakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, peserta didik mampu menjadi warga negara Indonesia yang demokratis serta menjadi manusia unggul dan produktif di abad 21. P3 terdiri dari enam kompetensi sebagai dimensi kunci. yaitu : (a). Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; (b). Berkebinekaan global; (c) Bergotong-royong; (d) Mandiri; (e). Bernalar kritis; dan (f). Kreatif. Keenam dimensi di atas merupakan satu kesatuan utuh, saling berkaitan dan saling menguatkan, karena itu keseluruhannya harus dikembangkan secara bersamaan tidak secara parsial. Dimensi- dimensi tersebut menunjukkan bahwa P3 tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif saja, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa lndonesia sekaligus warga dunia. 2. Fokus pada materi esensial. Kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial pada tiap mata pelajaran, untuk memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi, terutama kompetensi mendasar seperti literasi dan numerasi secara lebih mendalam. Materi yang terlalu padat akan mendorong guru hanya mengejar ketuntasan materi saja. Akibatnya, pencapaian kompetensi peserta didik menjadi terabaikan, sebab guru mengajar striping alias kejar tayang. Apakah peserta didik menguasai atau tidak tidak menjadi hal penting, yang penting adalah asal materi sudah tersampaikan. Itu saja. Kurikulum Prototipe mengubah mindset semacam itu. 3. Fleksibilitas bagi guru. Kurikulum Prototipe memberikan flkesibiltas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Pembelajaran menggunakan pendekatan Teach at the Right Level (TaRL) dilakukan dengan mengatur peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas. Peserta didik dikelompokkan berdasarkan fase perkembangan ataupun sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik yang sama. Jadi acuannya pada capaian pembelajaran, disesuaikan dengan karakteristik, Page | 4
no reviews yet
Please Login to review.