Authentication
203x Tipe PDF Ukuran file 0.45 MB Source: etheses.iainkediri.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahasa Yunani character dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata karakter berarti sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hnati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Maka istilah berkarakter artinya memiliki karakter, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.1 Sementara menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pengertian karakter adalah “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang berbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak.”2 Sedangkan menurut Tadkiratun Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal terbaik”.3 1 Heri Hunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung:Alfabeta, 2012), 1-2. 2 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Dan Karakter Budaya Bangsa (Jakarta, 2010), 3. 3 Tadkiratun Musfiroh, Character Buliding (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 27. 17 18 Seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles mendefinisikan karakter sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan diri seseorang dan orang lain.4 Aristoteles mengingatkan tentang apa yang cenderung dilupakan di masa sekarang ini: kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri sendiri (seperti kontrol diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya (seperti kemurahan hati belas kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan. Menurut Ngainun Naim sebagaimana dikutip oleh Syaiful Falah menjabarkan karakter sebagai serangkaian sikap (attitude), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampilan (skill). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, prilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyaraktnya.5 Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah dan ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (pohon kacang panjang tidak 4 Thomas Lickona, Educating for Charakter, Mendidik untuk Membentuk Karakter (Jakarta: PT Bumi Askara, 2012), 81. 5 Syaiful Falah, Parents Power, Membangun Karakter Anak Melalui Pendidikan keluarga, (Jakarta: Republika Penerbit, 2014), 98. 18 19 pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter. Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.6 Selanjutnya, dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulai (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradap dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannnya.7 Lebih lanjut dijelaskan Heri Gunawan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru 6 Muchlas Samani dan Harianto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 42. 7 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2010), 43. 19 20 berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya.8 Menurut Ramli sebagaimana dikutip oleh Heri gunawan menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribasi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.9 Raharjo memaknai pendidikan karakter sebagai suatu proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.10 Creasy mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya mendorong peserta didik tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam hidupnya serta mempunyai keberanian melakukan yang ‘benar’, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. Untuk itu, penekanan pendidikan karakter tidak terbatas pada transfer pengetahuan mengenai nilai-nilai yang baik namun lebih dari itu 8 Heri Gunawan, Pendidikan..., 24. 9 Ibid. 10 Raharjo, Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional, Vol.16 (3) (Jakarta: Mei 2010), 28. 20
no reviews yet
Please Login to review.