Authentication
324x Tipe DOC Ukuran file 0.15 MB
BAB IX PSIKOLOGI KONTEMPORER TEORI KONVERGENSI William Louis Stern (187-1938) Ia melihat bahwa setiap teori mempunyai kekuatan masing-masing mengandung kebenaran untuk menerangkan gejala-gejala tingkah laku tertentu. Suatu gejala mungkin dapat dijelaskan oleh suatu teori tertentu namun tidak dapat dijelaskan oleh teori lainnya dan demikian sebaliknya. Dengan demikian teori-teori yang nampaknya saling bertentangan sesungguhnya saling melengkapi. William Stern mendefinisikan psikologi sebagai berikut: ”Psikologi adalah ilmu tentang individu yang mengalami/menghayati dan individu yang mampu mengalami/menghayati.” Dengan devinisi tersebut, ia menjebatani teori-teori dari aliran nativisme dan empirisme. Individu yang mengalami atau menghayati adalah obyek dari empirisme, sedangkan individu yang berkemampuan untuk mengalami atau menghayati adalah pandangan dari nativisme. Selain itu, Stern juga mengungkapkan hubungan antara badan dan jiwa terletak dalam penghayatan, karena jiwa mengalami atau menghayati sesuatu melalui badan dan sebaliknya bila jiwa ingin mengekspresikan sesuatu harus melaui badan. Salah satu penemuannya yang sangat penting adalah tentang konsep IQ (Intelligence Quotient) atau taraf kecerdasan. Dasar teori dari konsep IQ adalah adanya perbedaan pada tiap-tiap orang dalam hal tingkat kecerdasannya. Dengan kata lain, ia menganut paham diferensial dalam mengukur tingkat kecerdasan pada tiap orang. Stern merumuskan IQ sebagai perbandingan umur mental (mental age) seseorang terhadap umur kalendernya (calender age atau chronological age) Kemudian hasil perbandingan itu dikalikan 100 untuk menghilangkan angka-angka dibelakang koma. IQ= MA/CA X 100 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lidianti M.Psi PSIKOLOGI UMUM I 1 MA = Mental Age (Usia mental) CA = Calender/Chronological Age (Usia sesungguhnya) Seseorang yang bertaraf kecerdasan rata-rata atau normal, mempunyai usia mental yang sama atau mendekati usia kalender. PSIKOLOGI GESTALT Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian- bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Sebagai contoh, ketika melihat sebuah persegi panjang maka hal ini dapat dipahami dan dijelaskan sebagai persegi panjang berdasarkan keutuhannya atau keseluruhannya dan identitas ini tidak bisa dijelaskan sebagai empat garis yang saling tegak lurus dan berhubungan. Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi yang mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi bagian-bagian yang telah ada sebelumnya. Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi dari Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt. Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman yakni aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh pemikiran Kant tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui cara-cara yang khas. Sehingga PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lidianti M.Psi PSIKOLOGI UMUM I 2 tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki organisasi aktivitas mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi manusia-lingkungan. Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil menggantikan model wunditian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga para pemimpin gerakan tersebut beralih ke Amerika. Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi ke Amerika. Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang melalui periode fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi oleh behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan di Amerika. Max Wertheimer (1880-1943) Merupakan tokoh tertua dari tiga serangkai tokoh-tokoh Psikologi Gestalt; Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka. Ia dinggap sebagai pendiri Psikologi Gestalt pada tahun 1912, bersamaan dengan keluarnya kertas kerjanya yang berjudul “experimental Studies of Perception of Movement.” Dalam kertas kerjanya ia mengemukakan hasil eksperimennya mengenai gerak stroboskopik, yaitu merupakan gerakan semu. Bila suatu garis berbentuk tegak dan satunya berentuk melintang diperlihatkan secara bergantian, maka semakin lama akan terlihat bahwa garis tersebut bergerak dari tegak menjadi melintang. Gerakan ini disebut gerak semu atau stroboskopik, karena sesungguhnya garis-garis tersebut tidak bergerak melainkan muncul berganti-ganti. Menurut Wertheimer, gerak stroboskopik ini tidak dapat diterangkan dengan teori strukturalisme dan elemtisme, tetapi hanya dapat diterangkan dengan teori gestalt, yaitu bahwa seseorang melihat lingkungannya secara menyeluruh. Garis-garis itu tidak dilihat secara sendiri-sendiri, tetapi dalam hubungan satu dengan yang lainnya. Persepsi demikian disebut persepsi holistik. Persepsi holistic dalam gerak stroboskopik dimungkinkan karena penglihatan kita tidak hilang demikian saja bersama hilangnya rangsang, melainkan meninggalkan jejak-jejak tertentu di otak (isomorfi). Sehingga PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lidianti M.Psi PSIKOLOGI UMUM I 3 ketika garis kedua muncul, masih ada jejak dari garis pertama yang tertinggal di otak dan memungkinkan orang yang bersangkutan menghubungkan garis yang kedua dan garis yang pertama dan sebaliknya. Dengan demikian terjadilah kesan gerakan dari garis-garis itu. Dalam bukunya Investigation of Gestalt (1923), Wertheimer mengemukakan hokum- hukum Gestalt, yaitu: 1. Kedekatan posisi (proximity) Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai totalitas. 2. Kesamaan bentuk (similiarity) Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung dipersepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas. 3. Penutupan bentuk (closure) Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri. 4. Kesinambungan pola (continuity) Hal-hal yang tersusun dengan berkesinambungan cenderung dipersepsikan membentuk suatu pola yang totalitas. Perhatikan gambar di bawah ini: Teori kedekatan: Teori continuity: Kotak akan Teori Teori Lingkaran akan dikelompokkan kemiripan:Lingkaran penutupan:Walaupun membentuk pola menjadi 3, A-B, C- akan dikelompokkan semu, kotak akan garis diagonal D dan E terpisah dari kotak dibentuk dengan walaupun sebenarnya menutup garis tersusun acakterputus PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lidianti M.Psi PSIKOLOGI UMUM I 4
no reviews yet
Please Login to review.