Authentication
254x Tipe PDF Ukuran file 0.12 MB Source: media.neliti.com
JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126) http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains PENGEMBANGAN MULTIMEDIA SIMULATIF KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ANALISIS KUALITATIF KATION GOLONGAN 1 1 2 3 Rani Fathonah S , Mohammad Masykuri dan Sulistyo Saputro 1Magister Pendidikan Sains, FKIP, UNS Surakarta, 57126, Indonesia ranifa90@gmail.com 2Magister Pendidikan Sains, FKIP, UNS Surakarta, 57126,Indonesia mmasykuri@yahoo.com 3Magister Pendidikan Sains, FKIP, UNS Surakarta, 57126,Indonesia sulistyo68@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil dari proses pengembangan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I; (2) kelayakan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I; (3) efektivitas penggunaan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I. Penelitian pengembangan multimediamenggunakan prosedur R&D menurut Borg & Gall yang telah dimodifikasi menjadi 9 tahapan yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan informasi; (2) perencanaan; (3) pengembangan draf produk; (4) uji coba lapangan awal; (5) revisi hasil uji coba; (6) uji coba lapangan; (7) revisi produk hasil uji lapangan; (8) uji pelaksanaan lapangan dan (9) revisi produk akhir. Analisis data yang digunakan selama pengembangan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pengembangan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing telah dilaksanakan melalui prosedur R&D dan telah direvisi berdasarkan saran dan masukan dari validator dan praktisi serta telah diujicobakan kepada siswa pada uji coba skala kecil, menengah dan luas; (2) kelayakan produk dikategorikan sangat baik dan sangat layak digunakan dengan persentase penilaian 86% dari validator dan 87% berdasarkan penilaian praktisi; (3) produk yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan afektif. Kata Kunci: multimedia simulatif, inkuiri terbimbing, dan analisis kualitatif kation golongan I Pendahuluan terdapat pada standar proses sebesar 5,26%, oleh karenanya pada standar tersebut perlu Era globalisasi sekarang ini menuntut dilakukan pembenahan. adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan Dari hasil observasi, penyebab teknologi. Bersamaan dengan hal itu, kesenjangan dalam standar proses disebabkan pemerintah telah melakukan berbagai upaya oleh beberapa hal, antara lain karena proses untuk meningkatkan mutu pendidikan. pembelajaran yang masih berorientasi pada Keberhasilan mutu pendidikan di sekolah produk, dalam hal ini siswa dituntut salah satunya bisa dilihat dari pemenuhan menguasai materi tanpa diberikan pemahaman delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) konsep, misalnya saja dengan cara menghafal. melalui angket. Hasil angket yang diujikan di Materi pembelajaran yang diperoleh dengan SMK Bhakti Mulia Wonogiri pada tanggal 20 cara menghafal akan lebih mudah terlupakan Januari 2014 menunjukkan bahwa pemenuhan oleh siswa, sehingga pembelajaran kurang SNP hanya sebesar 80,86% sehingga bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang persentase kesenjangan antara skor ideal terjadi cenderung teacher centered, sehingga dengan skor implementasinya sebesar 19,14%. proses pembelajaran kurang optimal. Berdasarkan hasil angket tersebut juga dapat Pembelajaran yang tidak memberikan diketahui kesenjangan yang paling besar pengalaman belajar menjadikan siswa 120 JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126) http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains cenderung pasif terhadap perkembangan ilmu nilai ulangan harian yang menunjukkan bahwa pengetahuan sains. Hal ini diperkuat dengan persentase anak yang mencapai KKM sebesar hasil survey Programme for International 31%. Hal tersebut diperparah dengan kurang Student Assessment (PISA) tahun 2012, yang optimalnya penggunaan media pada proses menginformasikan bahwa kemampuan sains di pembelajaran. Menurut hasil wawancara guru, Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 salah satu materi yang sulit diajarkan adalah negara peserta dengan skor 382 yang mana materi analisis kualitatif. Hasil belajar pada nilai tersebut berada di bawah rata-rata nilai materi ini cenderung rendah, 69% siswa yang standar dari PISA yakni 501 mencapai nilai KKM. Hal tersebut diperkuat (www.oecd.org/pisa), oleh karenanya dengan hasil angket kebutuhan yang kemampuan sains termasuk juga pelajaran disebarkan pada 30 siswa SMK Bhakti Mulia kimia dapat ditingkatkan dengan perubahan Wonogiri yang menunjukkan bahwa 53,33% cara belajar sains yakni berorientasi pada siswa memilih materi analisis kualitatif proses, produk dan sikap. Pendidikan sains sebagai materi yang sulit dimengerti. Hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang disebabkan karena pada materi ini bersifat fenomena alam secara sistematis, sehingga fakta, mengandung banyak konsep dan sains bukan hanya penguasaan pengetahuan prosedural, terlebih berupa persamaan reaksi yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja kimia, oleh karenanya akan tepat jika tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. dijelaskan dengan media berbantu komputer Menurut Permendikbud (2013), kurikulum ataupun simulasi. Hal ini sesuai dengan 2013 menerapkan pembelajaran berbasis pemilihan media menurut isi pelajaran dimana penyingkapan/penelitian atau biasa disebut komputer atau simulasi memberikan discovery/inquiry learning. persentase tinggi kecocokan media dengan isi Salah satu cabang ilmu sains yang pelajaran yang bersifat fakta, mengandung berperan sebagai central science adalah ilmu banyak konsep dan prosedural (Arsyad, 2013). kimia. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar Materi analisis kation dapat divisualisasikan memiliki peran yang sangat penting dalam dengan menggunakan multimedia simulatif memberikan jawaban atas suatu masalah agar siswa mudah memahami materi. Salah yang telah banyak dikaji oleh cabang ilmu satu contoh media berbantu komputer adalah lain. Pada Sekolah Menengah Kejuruan multimedia dengan menggunakan aplikasi (SMK) kesehatan, mata pelajaran kimia Macromedia Flash. Menurut Munir (2013), khususnya pada mata pelajaran kimia analitik multimedia dapat mengembangkan sangatlah penting. Hal ini dikarenakan materi kemampuan indera dan menarik perhatian pada kimia analitik digunakan untuk serta minat. Berdasarkan kenyataan di menentukan berbagai unsur atau senyawa lapangan, siswa lebih tertarik dengan media dalam sampel seperti air, darah, urin, dan yang tidak hanya menampilkan tulisan saja lainnya, akan tetapi berdasarkan analisis tetapi disertai gambar, suara dan animasi kebutuhan dapat diketahui persentase siswa gerak. Solusi dari permasalahan tersebut, maka yang menganggap pelajaran kimia analitik diperlukan pemanfaatan komputer untuk adalah pelajaran yang tidak menarik sebesar membuat multimedia. Menurut Sunardi dan 77% dan pelajaran yang sulit sebesar 93%. Stefanus (2010), pembelajaran dengan Pada kenyataannya, ketika proses multimedia terbukti dapat menarik perhatian kegiatan belajar mengajar (KBM) khususnya siswa karena adanya kombinasi dari berbagai mata pelajaran kimia analisis/kimia analitik, aspek sehingga media terasa lebih hidup. Hal guru sering mengalami kesulitan ini juga didukung oleh prinsip pembelajaran menyampaikan materi yang dikarenakan sekarang ini yakni memanfaatan teknologi materi yang bersifat fakta, mengandung informasi dan komunikasi untuk banyak konsep dan prosedural sehingga pesan meningkatkan efisiensi dan efektivitas yang disampaikan guru sulit diterima oleh pembelajaran (Permendikbud, 2013). siswa. Hal tersebut berdampak pada Perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman siswa.Siswa menjadi kurang teknologi semakin lama akan semakin maju paham sehingga nilai yang didapat pun untuk dapat mendorong upaya-upaya cenderung rendah. Hal ini dapat terbukti dari pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil 121 JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126) http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains teknologi dalam proses belajar (Kuhlthau et. dan mengumpulkan informasi tentang al., 2010). Berdasarkan uraian latar belakang kebutuhan pengembangan. Sebagai bentuk tersebut, maka perlu dilakukan penelitian penelitian yang menggunakan desain mengenai pengembangan multimedia simulatif deskriptif, penulis melakukan ekplorasi kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi dengan mengumpulkan data deskriptif analisis kualitatif kation golongan 1. sebanyak mungkin dan menuangkannya Tujuan dari pengembangan produk ini dalam bentuk laporan dan uraian. 2) untuk mengetahui: 1) proses pengembangan Perencanaan (Planning). Pada tahapan ini multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri dilakukan penentuan konsep dari media terbimbing pada materi analisis kualitatif pembelajaran yang akan dikembangkan kation golongan 1, 2) kelayakan produk dengan cara memasukkan sintaks inkuiri multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing di dalamnya. 3) Pengembangan terbimbing pada materi analisis kualitatif draft produk (Develop preliminary form of kation golongan 1, dan 3) efektivitas produk product). Pada tahap ini dilakukan dengan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri membuat naskah pengembangan media. terbimbing pada materi analisis kualitatif Desain media yang dirancang dalam bentuk kation golongan 1. naskah kemudian dikembangkan yang terdiri Metode Penelitian dari objek-objek yang akan digunakan dalam pembuatan media pembelajaran seperti narasi, Penelitian ini dilakukan di SMK text, animasi, simulasi dan suara menggunakan Bhakti Mulia Wonogiri, yang beralamat di software Macromedia Flash CS4. Pada Desa Joho Lor RT 02 RW 05 Giriwono, tahapan ini rancangan produk (draft) ditelaah Kecamatan Wonogiri, Jawa Tengah. oleh validasi ahli, yakni ahli materi, Waktu pelaksanaannya adalah bulan multimedia dan praktisi. Validator diminta Januari 2014 hingga bulan Januari 2015. untuk memberikan saran, komentar, kritik dan Penelitian ini termasuk penelitian penilaian terhadap produk yang telah pengembangan atau biasa disebut research dikembangkan dengan cara mengisi angket and development (R&D). Menurut Borg dan penilaian produk yang telah disiapkan. 4) Uji Gall (1983), pengembangan berbasis coba lapangan awal (Preliminary field testing). penelitian yaitu proses yang digunakan Jika rancangan produk sudah dikatakan baik untuk mengembangkan dan memvalidasi kelayakannya menurut 3 validator tadi maka produk-produk yang digunakan dalam dilakukan pengujian awal produk di lapangan pendidikan. Model pengembangan yang dengan menyebar produk dan diuji cobakan digunakan dalam penelitian ini adalah pada siswa dengan skala kecil (jumlah subyek model prosedural yaitu model yang bersifat 6-12). Siswa diminta melakukan penilaian dan deskriptif, menunjukkan langkah-langkah komentar terhadap produk. 5) Revisi yang harus diikuti untuk menghasilkan hasil uji coba (Main product revision). produk berupa media pembelajaran. Produk Berdasarkan tahapan nomor 4, produk yang dikembangkan dalam penelitian ini direvisi/dilakukan perbaikan jika memang berupa media pembelajaran dalam bentuk terdapat saran perbaikan dari siswa. Revisi multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri dilakukan ketika pengembangan media yang terbimbing pada materi analisis kation dibuat masih terdapat kekurangan. 6) Uji golongan pertama (I). coba lapangan (Main field testing). Pada Penelitian pengembangan ini mengacu tahapan ini dilakukan uji coba yang lebih pada model R&D Borg&Gall (1983) yang luas pada 30 sampai dengan 100 orang dimodifikasi sampai pada tahap ke sembilan. subjek uji coba. Data kuantitatif prestasi Sumber data pada penelitian ini berupa data sebelum dan sesudah menggunakan validasi, data uji coba awal, data uji coba multimedia dikumpulkan. Hasil-hasil utama, dan data uji coba operasional. pengumpulan data dievaluasi dan Tahapan R&D yang dilakukan adalah dibandingkan dengan kelompok pembanding. sebagai berikut: 1) Penelitian dan Uji coba luas ini dilakukan dengan pengumpulan data (Research and information menggunakan desain eksperimen. Uji ini collection). Tahapan ini adalah proses meneliti dilakukan untuk mengetahui efektivitas 122 JURNAL INKUIRI ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126) http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains produk yang telah dikembangkan dalam pemahaman konsep, misalnya saja dengan pembelajaran. 7) Penyempurnaan produk cara menghafal. Materi pembelajaran yang hasil uji lapangan (Operational product diperoleh dengan cara menghafal akan lebih revision). Inti dari tahapan ini adalah mudah terlupakan oleh siswa, sehingga menyempurnakan produk hasil uji lapangan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. berdasarkan masukan dan saran dari angket Terlebih kegiatan pembelajaran yang respon siswa, kemudian multimedia kembali dilakukan guru masih bersifat teacher- direvisi untuk meningkatkan kualitas dan centered yakni pembelajaran yang bersifat satu kelayakan produk. 8) Uji pelaksanaan arah. Metode pembelajaran yang diterapkan lapangan (Operational field testing). Uji masih bersifat konvensional dimana siswa pelaksanaan lapangan dilaksanakan dengan langsung diberi konsep dengan melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. memperhatikan dan mendengarkan apa yang Data kuantitatif dan kualitatif juga dijelaskan guru, tanpa siswa mengalami dikumpulkan. Pengujian dilakukan melalui pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang angket respon siswa untuk memberi masukan dimaksud menurut Depdiknas (2009) demi kesempurnaan produk. 9) merupakan kegiatan fisik maupun mental yang Penyempurnaan produk akhir (Final product dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan revision). Berdasarkan hasil uji pelaksanan bahan ajar. lapangan maka dilakukan perbaikan produk Berdasarkan angket analisis kebutuhan, operasional. Hasil revisi akhir inilah yang kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam disebut produk akhir. belajar kimia dan mengganggap pelajaran Instrumen yang digunakan dalam tersebut tidak menarik. Penyebab ini penelitian ini terdiri dari lembar observasi, menjadikan siswa cenderung tidak menyukai wawancara, angket, dan tes. Analisis yang mata pelajaran kimia. Ilmu kimia memiliki dilakukan menggunakan analisis deskriptif karakteristik, yaitu (1) bersifat abstrak, kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan dan (2) penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, memaknai data yang bersifat kualitatif. (3) berurutan dan berjenjang. Karakteristik Sebelum dianalisis, dilakukan proses inilah yang membuat ilmu kimia merupakan kuantifikasi data dari kuesioner selanjutnya salah satu ilmu yang sulit untuk dipelajari oleh data tersebut dianalisis secara kualitatif. Data siswa, sehingga diperlukan suatu media hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis pembelajaran yang berfungsi untuk dengan analisis kualitatif dan hasil tes mengkonkritkan konsep-konsep kimia yang dianalisis secara kuantitatif. bersifat abstrak tersebut. Salah satu cabang Penentuan kriteria penilaian terhadap mata pelajaran kimia yang ada di SMK media pembelajaran yang telah Kesehatan adalah kimia analitik.Salah satu dikembangkan dilakukan berdasarkan materi pada mata pelajaran tersebut adalah kriteria seperti yang digunakan oleh Sugiyono materi analisis kualitatif yang bersifat fakta, (2010) berdasarkan angket rating scale. mengandung banyak konsep dan prosedural. $SDELOD KDVLO SHUVHQWDVH SURGXN EDLN Sesuai dengan pemilihan media menurut isi digunakan dalam proses pembelajaran, dan pelajaran dimana komputer atau simulasi untuk analisis hasil tes menggunakan uji-t memberikan persentase tinggi kecocokan guna mengetahui keefektifan dari produk yang media dengan isi pelajaran yang bersifat fakta, dikembangkan. mengandung banyak konsep dan prosedural Hasil Penelitian dan Pembahasan (Arsyad, 2013) maka materi analisis kation dapat divisualisasikan dengan menggunakan Berdasarkan hasil observasi tahap multimedia simulatif agar siswa mudah pengumpulan informasi, dapat diketahui memahami materi. Selain itu penggunaan kesenjangan yang cukup besar pada proses media diharapkan dapat membuat siswa sebesar 5,26%, penyebab kesenjangan dalam tertarik untuk belajar. Hal ini berdasarkan standar proses disebabkan oleh beberapa hal, pernyataan Munir (2013) bahwa multimedia antara lain karena proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan indera dan masih berorientasi pada produk, dimana siswa menarik perhatian serta minat. Pembelajaran dituntut menguasai materi tanpa diberikan dengan multimedia terbukti dapat menarik 123
no reviews yet
Please Login to review.