Authentication
194x Tipe PDF Ukuran file 0.19 MB Source: eprints.ulm.ac.id
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 395-401 ISBN: 978-602-6483-33-1 DINAMIKA PENGETAHUAN LOKAL PETANI BANJAR DALAM SISTEM PERTANIAN MODERN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT Local Knowledge Dynamics of Banjarese Farmers in Modern Agricultural System in Tidal Swampland Taufik Hidayat * Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat , Jalan A. Yani Km.36 Kotak Pos 1028 Telp/Fax. (0511) 4772254, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Indonesia *Surel korespondensi: taufikkdg@yahoo.com Abstract. Local knowledge is always a process of change and evolve depending on outside forces that exist. Local knowledge of evolution was mainly driven by contestation with science is introduced in the farming systems in tidalswamp land. This study aimed to analyze the existence of local knowledge in the management of tidal swamp land when contestation with science that became the basis of today's modern agriculture system. This research is a case study on tidal marsh land types A, B, C and D. Data collected by triangulation methods through in-depth interviews, life history and secondary data obtained from reports and historical records. The results showed that the contestation proces, it turns out science in tidal swamp land type A few can be applied especially in high yielding variety. Local knowledge society of the local rice farming systems still exist, but social institutions have been dominated by the presence of peasant farmers' groups that the government introduced as a supporting institution in modern agricultural systems. In the tidal swampland types B, C and D occurred in the application of scientific dominance of agricultural technology such as the use of chemical fertilizers, pesticides and lime for agriculture (dolomit). So was the case with local institutions of farmers (handil) has been replaced by institutional role farmer groups. Form of hybridization that occurs between science and local knowledge in the form of high yielding variety-local rice farming systems called 'sawit dupa' numerous in the tidal swampland type B. Social system response may take the form of receipt of their science in agricultural systems through the adjustment process together (coadaptation) or otherwise suffered rejection because of not correspond well with the biophysical environments and social systems. Keywords: agriculture, contestation, local knowledge, science, swampland 1. PENDAHULUAN pengetahuan empiris, terutama menyangkut persepsi tentang lingkungan. Pemanfaatan lahan rawa pasang surut yang Bagi masyarakat berbagai pengetahuan yang merupakan lahan marginal sebagai areal pertanian mereka miliki dalam pengelolaan lahan rawa pasang memerlukan pengetahuan dan keterampilan surut merupakan modal utama untuk mampu spesifik. Penanganan dan pengelolaan yang mengembangkan sistem pertanian di lahan rawa dilakukan terhadap lahan rawa pasang surut inilah pasang surut. Petani yang ‘ahli’ adalah mereka yang membentuk berbagai pengetahuan, baik yang mampu menangkap dan membaca gejala dan menyangkut tanaman, tanah, air, mikroorganisme tanda-tanda alam dan mengimplementasikannya dan infrastuktur yang dibangun. Begitu juga halnya dalam kegiatan pertanian. Pengetahuan tentang dengan sistem sosial yang dikembangkanpun ‘perilaku alam’ di lahan rawa pasang surut diperoleh disesuaikan dengan kondisi-kondisi spesifik yang melalui pengalaman dan pemahaman dalam ada di lahan rawa pasang surut. Oleh karena itu, berinteraksi dan mengelola lahan tersebut untuk pengetahuan lokal petani Banjar yang terbentuk ini kegiatan pertanian. Oleh karena itulah, menyangkut berbagai aspek dalam sistem pertanian pengetahuan lokal dalam pengelolaan lahan rawa yang dikembangkan termasuk nilai dan norma pasang surut mengandung makna sebagai dalam kehidupan petani tersebut. Keterlekatannya perwujudan hubungan timbal balik yang saling dengan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat menguntungkan antara manusia dengan alam. sering menjadikan pengetahuan lokal sebagai mitos Pengetahuan lokal ini ternyata tidak hanya dan tidak rasional menurut pandangan sains. berfungsi sebagai basis dalam praktik-praktik Padahal dalam pandangan Kalland (2005), justeru pertanian saja tetapi mencakup aspek-aspek pengetahuan lokal memiliki sifat sebagai kehidupan sosial yang lebih luas lagi. Pengetahuan lokal dalam kehidupan sosial petani Banjar juga © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 395 Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 395-401 ISBN: 978-602-6483-33-1 terkait dengan status dan peranan petani dalam membantu peneliti untuk melakukan emansipasi sistem sosialnya. Misalnya, salah satu atau penyadaran yang menjadi dasar dalam pertimbangan dalam memilih atau menunjuk kepala paradigma teori kritis. Pada dasarnya tipe studi padang adalah karena ia memiliki pengetahuan kasus kolektif ini menurut Stake (2000), merupakan yang luas dan mendalam tentang kondisi lingkungan perluasan dari studi kasus istrumental (instrumental setempat. Ini berarti bahwa pengetahuan yang case study) dan bukan kumpulan beberapa kasus. dimiliki seseorang dalam konteks pengelolan lahan Dinamika pengetahuan lokal petani pada berbagai rawa pasang surut tidak hanya mengandung makna tipe lahan rawa pasang surut terkait erat dengan sarana untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saja, bentuk koevolusi sistem sosial dan ekosistem tetapi sekaligus sebagai penentu dalam kehidupan setempat. Begitu juga halnya dengan interaksinya sosial. dengan sains dan teknologi pertanian modern. Sejarah perkembangan pertanian modern di Dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data, lahan rawa pasang surut diawali dengan program yakni penggunaan beragam sumber data yang peningkatan produksi padi yang dilakukan meliputi komunikasi dialogis, riwayat hidup topikal, pemerintah melalui pengembangan padi unggul. serta data sekunder dalam bentuk penelusuran Penerapan sains dalam sistem pertanian padi dokumen, laporan, catatan sejarah dan lainnya. unggul ini dintroduksi melalui kegiatan penyuluhan Teknik pengumpulan data yang digunakan pertanian agar petani setempat mau menerapkan disesuaikan dengan strategi studi kasus berupa teknologi pertanian yang baru tersebut. Introduksi komunikasi dialogis/dialektis dan emansipatoris yang dilakukan melalui kegiatan penyuluhan antara peneliti dengan tineliti. Dalam upaya pertanian ini dalam praktiknya lebih mengarah pada emansipasi atau penyadaran dan saling berbagi terbentuknya hegemoni pemerintah terhadap pengalaman, maka model komunikasi yang masyarakat petani setempat. Modernisasi pertanian dibangun bersifat konvergen. Komunikasi konvergen dimaknai dalam arti sempit, yakni hanya sebagai suatu proses di mana masing-masing menyangkut produktivitas saja. Aspek-aspek sosial partisipan memberikan dan berbagi informasi satu yang melingkupi kehidupan masyarakat petani sama lain untuk memperkaya pemahaman bersama justeru tidak mendapat perhatian yang cukup. (Eiler 1994). Dalam pemahaman yang serupa, Pembentukan kelompok tani yang lebih ditujukan Rogers (1986) menyebutkan bahwa konvergensi pada upaya peningkatan produktivitas padi justeru adalah kecenderungan pada dua orang atau lebih menghilangkan peranan handil sebagai organisasi individu untuk bergerak kesatu pemikiran, atau bagi dan kelembagaan sosial masyarakat setempat yang individu bergerak kepada yang lainnya, dan telah eksis sejak ratusan tahun yang lalu (Maliki menyatukan fokus dan perhatian bersama. Teknik 1999, Gany 2002). Dengan kata lain, aspek teknis pengumpulan data ini memungkinkan peneliti dan lebih mendapatkan perhatian lebih dibandingkan tineliti memaknai berbagai aspek kehidupan yang dengan aspek sosial dan ekonomi dalam kehidupan terjadi dalam kehidupan masyarakat terutama dalam masyarakat. aplikasi pengetahuan lokal pada praktik-praktik Kondisi biofisik lahan rawa pasang surut yang pertanian di lahan rawa pasang surut. Unit analisis spesifik dan sistem sosial masyarakat yang dalam penelitian ini adalah komunitas petani. mengembangkan pengetahuan lokalnya dalam Teknik pengumpulan data berupa riwayat mencapai keselarasan hidup dengan alam ini hidup topikal juga digunakan untuk menggali data, penting untuk dikaji terutama dalam konteks era terutama pada tahapan atau fase masuknya globalisasi. Karena itulah penelitian ini bertujuan modernisasi pertanian dalam kehidupan individu untuk menganalisis eksistensi pengetahuan lokal atau tineliti yang dipilih pada masing-masing tipe ketika berhadapan dengan sains dan teknologi lahan rawa pasang surut tipe (A, B, C, dan D). modern dalam bidang pertanian. Selain informan petani, juga dilakukan dialog dengan penyuluh pertanian atau petugas pertanian 2. METODE dan pejabat dinas pertanian pada level kabupaten dan propinsi. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Barito Informan penelitian juga mempertimbangkan Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini aspek gender dengan pertimbangan bahwa dalam menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi kegiatan usahatani di laha rawa pasang surut wanita penelitian yang digunakan adalah studi kasus juga berperan penting, seperti dalam kegiatan kolektif (collective case study). Tipe studi kasus ini pembibitan, tanam dan pemeliharaan. Pemilihan merupakan kajian atas sejumlah kasus pada lahan informan dilakukan secara sengaja (purposive) rawa pasang surut tipe A, B, C, dan D yang dengan metode snowball sampling. Menurut Patton © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 396 Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 395-401 ISBN: 978-602-6483-33-1 (2006), pengambilan informan dengan metode ini sedang yang bersifat substitusi cenderung merupakan pendekatan untuk menempatkan menghasilkan koeksistensi, serta yang bersifat informasi yang kaya dari informan kunci atau kasus komplementer cenderung menghasilkan bentuk kritis. hibridisasi. Dalam pandangan Evers dan Gerke Pengumpulan data lainnya berupa data (2003), agar pengetahuan luar menjadi suatu sekunder yang bertujuan untuk menganalisis pengetahuan yang dapat diterima oleh masyarakat perkembangan kegiatan modernisasi pertanian yang maka perlu adanya penyesuaian dengan kondisi pernah dilakukan melalui berbagai dokumen dan lokal. Pendapat ini lebih mengarah pada proses laporan atau bentuk lainnya yang terdapat pada kontestasi yang menghasilkan proses koeksistensi instansi pemerintah (terutama dinas pertanian, BPS dan hibridisasi. Disi lain Nygren (1999) menyatakan dan Balai Penyuluhan Pertanian). bahwa banyak ahli pembangunan yang beranggapan bahwa pengetahuan lokal merupakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN penghambat kemajuan, sehingga mendorong 3.1 Kontestasi Pengetahuan Lokal dan terciptanya proses dominasi sains terhadap Sains Dalam Pertanian Modern pengetahuan lokal. Dominasi sains terhadap pengetahuan lokal terjadi melalui proses hegemoni, Pertanian di lahan rawa pasang surut dimana pertanian modern dianggap sebagai tahap Kalimantan Selatan sudah dikembangkan sejak lebih lanjut dari pertanian yang didasarkan atas ratusan tahun yang lalu oleh petani Banjar dengan pengetahuan lokal. Terkait dengan proses komoditas utama padi sawah. Jenis padi sawah hibridisasi, Escobar (1999) melihat bahwa yang dikembangkan merupakan padi varietas lokal pengetahuan lokal dalam kontestasi akan yang spesifik tumbuh baik di lahan rawa pasang membentuk suatu hibrid melalui proses hibridisasi surut dengan toleransi tinggi terhadap kemasaman budaya (cultural hybridization). Proses hibridisasi tanah. Produktivitas padi lokal ini hanya 2,0-3,5 ton seperti ini lebih melihat adanya perpaduan antara perhektar dan tergolong rendah dibandingkan dua kepentingan yang berbeda. dengan produktivitas padi unggul di wilayah Secara teoritis bentuk hibrid ini merupakan agroekosistem lainnya (terutama pada lahan hasil reproduksi dari proses kontestasi pengetahuan beririgasi seperti di Jawa yang dapat mencapai 4,0- melalui hibridisasi kebudayaan yang dapat diterima 6,0 ton perhektar). Di sisi lain, pengusahaan padi oleh semua pihak. Dengan kata lain pihak yang lokal ini juga hanya dilakukan sekali setahun memiliki basis pemikiran dan basis kepentingan mengingat umurnya yang relatif panjang, mencapai ekonomi/material yang berbeda pada akhirnya akan 9-11 bulan. Tanaman padi bukan hanya sekedar membentuk satu regim politik tunggal menuju sebagai komoditas pertanian semata, tetapi kesatuan pandangan politik tentang alam. Proses menyangkut sistem sosial yang dikembangkan. hibridisasi ini dapat terjadi jika masing-masing pihak Teknis budidaya yang dikembangkan merupakan menganggap bahwa pihak lain di luar dirinya implementasi kehidupan sosial masyarakat memiliki kelebihan dan keunggulan tersendiri. Oleh setempat untuk memanfaatkan sumberdaya alam karena itu untuk menciptakan berlangsungnya yang ada. Berbagai pengetahuan, teknologi dan proses hibridisasi ini maka perlu adanya gerakan kearifan yang dikembangkan masyarakat sangat emansipasi yang mampu membebaskan perangkap terkait dengan kondisi spesifik lahan rawa pasang pemikiran bahwa pengetahuan lokal adalah surut di wilayah ini. Sistem pertanian padi seperti ini irrasional. Advokasi untuk membuka rasionalitas ini dalam konteks pembangunan pertanian dianggap diperlukan dalam menunjukkan bahwa pengetahuan tidak efisien dan perlu ditingkatkan, baik lokal merupakan bagian yang tidak terlepaskan menyangkut produktivitasnya maupun indeks (embedded) dalam kehidupan sosial masyarakat pertanamanannya agar dapat diusahakan dua kali dan bahwa banyak sains dan praktik pertanian setahun dengan produktivitas yang tinggi. modern yang berakar dari pengetahuan lokal. Kontestasi yang terjadi antara sains dan Kondisi agroeksistem lahan rawa pasang surut pengetahuan lokal dalam pengelolaan lahan rawa tipe A yang kurang sesuai untuk pengembangan pasang surut, ini menghasilkan proses dominasi, padi unggul merupakan faktor utama petani Banjar koeksistensi, dan hidbridisasi. Bentuk kontestasi hanya menerapkan sistem pertanian padi lokal. yang terjadi menunjukkan kecenderungan yang Sistem sosial masyarakat yang terbentuk cenderung berbeda-beda tergantung pada sifat dan kedudukan tetap mempertahankan sistem pertanian padi lokal kedua entitas pengetahuan tersebut. Sains dan yang selama ini diterapkan petani Banjar. Beberapa teknologi yang bersifat mengeliminasi pengetahuan paket teknologi dalam sistem budidaya padi unggul lokal cenderung menghasilkan bentuk dominasi, yang dianggap sesuai dengan kondisi setempat © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 397 Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 395-401 ISBN: 978-602-6483-33-1 sudah diterima petani Banjar, seperti penggunaan justeru terjadi dalam penerapan teknologi pupuk peralatan sabit untuk panen dan mesin perontok kimia, pestisida dan penggunaan kapur pertanian padi. Pengembangan model surjan yang terhadap penggunaan bahan-bahan organik yang mengkombinasikan antara tanaman padi dengan dahulu digunakan petani Banjar dalam usahatani kelapa merupakan bentuk perpaduan model padi lokal. pengelolaan tata air dengan diversifikasi di bidang Menyangkut aspek organisasi dan pertanian yang merupakan program pertanian kelembagaan sosial, keberadaan sistem gotong modern. royong, pola kepemilikan lahan, dan tolong Dalam konteks komunikasi yang tercipta menolong tetap ada walaupun masuknya pola baru dalam proses kontestasi ini, Habermas (2006), sistem upah, sistem sewa dan kredit usahatani mengaitkannya dengan aspek kepentingan yang melalui lembaga keuangan resmi. Dominasi terjadi diusung oleh pihak memiliki kekuasaan, sehingga pada lembaga handil yang telah hilang peranannya disebutnya sebagai proses dominasi struktural. dengan munculnya kelembagaan kelompok tani. Kontestasi yang menghasilkan proses dominasi Kelembagaan baru ini muncul sebagai konsekuensi selalu dimuati oleh kepentingan menguasai dan dari modernisasi pertanian yang lebih berorientasi menundukkan, dan disebut sebagai komunikasi pada produktivitas pertanian. Kelembagaan baru ini instrumental yang terwujud dalam bentuk tindakan sebenarnya dimaksudkan untuk membantu petani, strategis. Komunikasi yang diciptakan dalam tetapi dalam kenyataannya akibat pendekatan dan kondisi ini akan menutup ruang berpendapat intervensi yang arusnya lebih banyak dari atas, masyarakat (public sphere) sehingga masyarakat inisitatif petani justru mengalami pemarjinalan (Gany ‘dipaksa’ menerima apa yang diberikan oleh pihak 2002). Bahkan pada tahap selanjutnya dapat penguasa. Pihak yang mendominasi berupaya mengikis pengetahuan lokal yang dimiliki oleh mereproduksi pengetahuan yang menggiring kearah petani (Shiva 1997). pandangan bahwa pengetahuan lokal yang dimiliki Sains yang menjadi basis dalam pertanian oleh masyarakat ternyata tidak mampu menghadapi padi unggul pada lahan rawa pasang surut tipe C berbagai tantangan dan perubahan lingkungan yang hanya dominan pada penggunaan pupuk kimia, terjadi. pestisida, kapur. Sebaliknya pengetahuan lokal Khusus untuk aspek organisasi dan petani Banjar terkait dengan varietas lokal dan kelembagan sosial, kelompok tani menjadi dominan penggunaan peralatan olah tanah (tajak) lebih dan menggeser peranan handil sebagai lembaga dominan dari varietas unggul maupun teknologi alat lokal petani Banjar. Transfer pengetahuan lebih olah tanah traktor tangan. Peralatan panen berupa banyak didominasi melalui proses penyuluhan ani-ani dan perontokan dengan cara diinjak juga pertanian, dan peranan kepala handil juga semakin masih tetap eksis walaupun dengan masuknya berkurang. Gotong royong dalam bentuk ‘handipan’ sains dan teknologi sabit bergerigi beserta mesin pada kegiatan penanaman padi masih tetap eksis perontok hingga mesin panen (combine harvester). malaupun sistem upah sudah dikenal di wilayah ini. Hibridisasi terjadi dalam bentuk pola tanam unggul- Begitu juga halnya dengan pola kepemilikan lahan lokal (sawit dupa), sistem pengairan dengan pintu seperti hak milik, gadai, dan sakap masih tetap air, dan diversifikasi pertanian dengan sistem surjan. eksis walaupun berkembang pola baru dengan Pada aspek kelembagan sosial, kelompok tani juga sistem sewa. Masuknya sistem kredit untuk mendominasi keberadaan kelembagaan handil dan pembiayaan usahatani juga tetap tidak penyuluhan pertanian juga lebih banyak dilakukan menghilangkan eksistensi peminjaman modal melalui media kelompok tani. Walaupun demikian, dengan keluarga dekat. eksistensi dari kegiatan sosial lainnya seperti gotong Pada lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D royong tetap berlangsung meskipun berkembang masuknya sains tentang budidaya padi unggul tetap sistem upah. Pola kepemilikan lahan yang baru, tidak menghilangkan eksistensi pengetahuan lokal yakni sistem sewa juga tidak menghilangkan petani Banjar tentang budidaya padi lokal. Begitu eksistensi pola sakap dan gadai. Terdapat bentuk juga dengan peralatan yang digunakan dalam perpaduan antara kegiatan kelompok tani dengan kegiatan pertanian tetap eksis walaupun kelompok arisan menjadi bentuk lumbung kelompok berkembang sains dan teknologi peralatan olah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sarana tanah, panen dan pascapanen. Di sisi lain, terjadi produksi, terutama pengadaan pupuk kimia. Pola- perpaduan pengetahuan lokal dengan sains dalam pola hibrid seperti inilah yang sebenarnya dapat bentuk pola tanam baru penanaman padi dua kali dijadikan teladan bagi pengembangan sains yang setahun (unggul-lokal yang disebut pola ‘sawit dupa’ tetap mengakomodasi pengetahuan lokal = satu kali mewiwit/tanam dua kali panen). Dominasi masyarakat setempat. Untuk itulah perlunya © 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 398
no reviews yet
Please Login to review.