Authentication
218x Tipe PDF Ukuran file 0.39 MB Source: core.ac.uk
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by E-Journal Universitas Muhammadiyah Semarang Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013 Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata de Cassava BerdasarkanLama Fermentasi Physical quality, Dietary Fiber and Organoleptic Characteristic from Nata de Cassava Based time of Fermentation Indah Putriana dan Siti Aminah Program Studi S-1 Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang Korespondensi, email: saminah92@yahoo.com Abstract Nata de cassava are product from cassava extract with fermentation bacteria species Acetobacter xylinum. Nata constitutes one of components in nutrients as a source of dietary fiber. Period of fermentation is one of essential factor in makings nata de cassava. The aim this research is to know physical quality, and organoleptic characteristic from nata de cassava with period time of fermentation. Thickness and yield best exists on 13th days fermentation 1,37 cm and 59,09 % respectively, meanwhile best brightness on 5th days fermentation around 64,70. Concentration of fiber is biggest in 7th days fermentation approximately 94,31 mg. Organoleptic quality perceives nata de cassava delicate on 13th day fermentation. Key Words: Nata de cassava, physical quality, dietary fiber, organoleptic characteritic PENDAHULUAN singkong belum banyak dikenal oleh Singkong atau cassava berasal dari masyarakat di Indonesia, karena umumnya benua Amerika. Tanaman singkong masuk ke bahan baku nata adalah air kelapa yang dikenal wilayah Indonesia tahun 1852. Saat ini di dengan sebutan nata de coco. Indonesia singkong menjadi makanan pokok Menurut SNI (Standar Nasional nomor tiga setelah padi dan jagung (Rukmana, Indonesia) tahun 1996 karakteristik nata yang 1997) dan produksi singkong Indonesia telah harus diperhatikan adalah aroma, rasa, warna, mencapai 19.988.056 ton pada tahun 2007 dan tekstur yang normal serta kandungan (BPS, 2008). seratnya. Salah satu faktor yang dapat Hasil olahan singkong yang sudah mempengaruhi karakteristik nata adalah lama dikembangkan di masyarakat diantaranya fermentasi. adalah singkong rebus, singkong goreng, getuk, tiwul, gatot, dan kripik. Tape singkong adalah METODOLOGI produk olahan singkong dalam bentuk Penelitian ini adalah penelitan fermentasi, selain itu singkong dapat eksperimental. Tempat penelitian adalah difermentasi menjadi nata. Produk nata dari Laboratorium Kimia Universitas Katolik 29 Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013 Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium independen adalah lama fermentasi. Masing- Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan masing percobaan dilakukan ulangan sebanyak dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah 4 kali. Diagram alir proses pembuatan produk Semarang. Bahan utama dalam pembuatan nata nata de cassava tersaji pada Gambar 1. de cassava adalah singkong segar varietas kaliki berumur ± 9-11 bulan yang diperoleh dari HASIL DAN PEMBAHASAN petani di lapangan Graha Candi Golf Semarang a. Sifat Fisik sedangkan starter nata diperoleh dari Balai Ketebalan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Selama proses fermentasi berlangsung Industri Jl. Ki Mangunsarkoro 6 Semarang. ketebalan nata de cassava mengalami Bahan kimia yang digunakan adalah gula pasir, peningkatan. Rata-rata hasil pengukuran asam asetat, amnium sulfat, H SO NaOH, ketebalan nata de cassava tersaji pada Gambar 2 4, HSO aquades, dan air mineral yang dibeli di 2. Gambar tersebut menjelaskan bahwa semakin 2 4, toko bahan kimia Indra Sari Jl. Stadion Selatan lama waktu fermentasi semakin tebal nata yang 15 Semarang. dihasilkan. Ketebalan tertinggi terdapat pada Peralatan dalam pembuatan nata de lama fermentasi hari ke 13 yaitu sebesar 1,37 cassava meliputi baki fermentasi, kertas lakmus cm. untuk mengukur pH, timbangan, pisau, gelas Hasil analisis statistik menunjukkan ukur, blender, panci, kompor, pengaduk, bahwa di peroleh p-value 0,001 < 0,05 saringan, kertas koran, karet gelang. Alat untuk sehingga dapat disimpulkan bahwa lama analisa kadar serat adalah neraca analitik, gelas fermentasi nata de cassava berpengaruh ukur, pengaduk, pipet volum, erlenmeyer, terhadap ketebalan nata yang terbentuk. Hasil pendingin balik, kertas saring, kertas lakmus, uji lanjut menunjukkan bahwa lama fermentasi spatula, desikator, kurs porselin. Alat untuk uji hari ke-7 dan 9 tidak berbeda nyata sedangkan organoleptik terdiri dari formulir uji perlakuan yang berbeda nyata adalah antara organoleptik, bolpoin, piring kecil, dan gelas. lama fermentasi hari ke 5 dan ke-7, 5 dan 9, 5 Alat untuk menguji mutu fisik yaitu warna dan 11, 5 dan 13, 7 dan 11, 7 dan 13, 9 dan 11, adalah chromameter, alat menghitung rendemen 9 dan 13, 11 dan 13. adalah timbangan sedangkan mengukur Hal ini dikarenakan aktivitas bakteri ketebalan menggunakan jangka sorong. Acetobacter xylinum dalam mengasilkan Penelitian ini menggunakan Rancangan selulosa dipengaruhi lama fermentasi. Bakteri Acak Lengkap monofaktor (RAL monofaktor), Acetobacter xylinum membentuk lapisan nata dengan perlakuan sebanyak 5 (lima) perlakuan. yang semakin tebal sampai pada hari ke-13 dan Variabel dependen adalah mutu fisik, kadar bakteri Acetobacter xylinum masih mampu serat, sifat organoleptik dan variabel beraktivitas untuk tumbuh dan membentuk 30 Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013 selulosa. Nata yang dipanen setelah hari ke-13 menjadi etanol lalu oleh Accetobacter xylinum tidak akan terbentuk lapisan nata baru karena dan Gluconobacter di oksidasi menjadi asam aktivitas bakteri Acetobacter xylinum berhenti asetat dan air. Accetobacter xylinum akibat nutrisi yang habis di dalam media memerlukan waktu untuk fase adaptasi selama 1 fermentasi dan hasil metabolit berupa asam hari , kemudian pertumbuhan meningkat (fase asetat yang dapat mengganggu pertumbuhan logaritmik) sampai pada hari ke-5 dan ke-7 mikroba. Saccharomyces menguraikan gula ditunjukkan dengan semakin tebal nata yang menjadi etanol lalu oleh Accetobacter xylinum terbentuk. di rubah menjadi asam asetat, sehingga pH Nainggolan (2009) menyatakan bahwa medium menjadi lebih asam yaitu 3 dan aroma seiring dengan lama fermentasi pertumbuhan akan juga menjadi asam. menurun secara perlahan, karena berkurangnya Ashari (2007) menyatakan bahwa kadar gula dan timbulnya asam sebagai hasil bakteri Acetobacter xylinum dalam membentuk metabolit dari fermentasi tersebut. Ketebalan nata di dalam media yang diperkaya karbon dan paling baik terjadi pada lama fermentasi hari ke- nitrogen, penambahan asam asetat, sehingga 13, hal ini menggambarkan bahwa lama menstimulasi khamir S.Cerreviceae untuk fermentasi mempengaruhi aktivitas bakteri merombak sukrosa menjadi glukosa dan Accetobacter xylinum dalam menghasilkan nata kemudian difermentasi menjadi alkohol, de cassava. selanjutnya Accetobacter xylinum dan Ketebalan nata de coco pada umumnya Gluconobacter mengoksidasi alkohol menjadi adalah antara 1-1,5 cm sedangkan pada nata de asam asetat sebagai metabolit utama. cassava 1,37 cm pada lama fermentasi hari ke-13 menunjukkan bahwa ketebalan nata de coco Bakteri Accetobacter xylinum dengan nata de cassava sama. Pada lama menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat fermentasi hari ke-5 sampai ke-11 ketebalan nata menyusun (mempolimerisasi) zat gula (glukosa) de cassava belum mencapai 1 cm, hal ini menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat atau dipengaruhi oleh variasi substrat, komposisi selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh bahan, kondisi lingkungan, dan kemampuan dalam media, akan dihasilkan jutaan lembar Accetobacter xylinum dalam menghasilkan benang-benang selulosa yang akhirnya nampak selulosa. padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata yang termasuk metabolit Rendemen sekunder (Nainggolan, 2009). Rendemen nata de cassava ditentukan Pada fermentasi nata terjadi hubungan berdasarkan perbandingan antara bobot nata saling membutuhkan antara khamir dengan bobot medium. Rata-rata rendemen nata S.Cerreviceae, Gluconobacer, dan Accetobacter cassava tersaji pada Gambar 3. Gambar 3 xylinum. Saccharomyces menguraikan gula menjelaskan bahwa rendemen nata de cassava 31 Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013 pada lama fermentasi hari ke-5 sampai dengan proses fermentasi nilai kecerahan (L) nata de hari ke-13 mengalami peningkatan. Rendemen cassava semakin menurun. nata de cassava tertinggi adalah 59,09% pada Pada Gambar 4 dapat diketahui bahwa lama fermentasi hari ke-13. hasil pengukuran warna nata de cassava pada Hasil analisis statistik menunjukkan lama fermentasi hari ke 5 sampai dengan hari ke bahwa diperoleh p-value 0,002 < 0,05 sehingga 13 mengalami penurunan. Kecerahan nata de dapat disimpulkan bahwa lama fermentasi nata cassava tertinggi adalah 64,70 pada lama de cassava berpengaruh terhadap rendemen fermentasi hari ke 5, sedangkan kecerahan nata yang terbentuk. Hasil uji lanjut terendah nata de cassava adalah 56,13 pada menunjukkan bahwa lama fermentasi hari ke-5 lama fementasi hari ke 13. dan ke-7, ke-7 dan ke-9 tidak berbeda nyata Hasil uji statistik anova dengan sedangkan perlakuan yang berbeda nyata adalah menggunakan α 0,05 diperoleh data taraf lama fermentasi ke-5 dan 9, 5 dan 11, 5 dan 13, signifikan p-value 0,002 < 0,01 sehingga dapat 7 dan 11, 7 dan 13, 9 dan 11, 9 dan 13, 11 dan disimpulkan bahwa lama fermentasi nata de 13. cassava berpengaruh sangat nyata terhadap Semakin lama waktu fermentasi maka warna nata yang terbentuk. Hasil uji lanjut nata yang terbentuk semakin berat, sehingga menunjukkan bahwa lama fermentasi hari ke-5 rendemen nata juga meningkat. Lama dan ke-13 berbeda nyata sedangkan perlakuan fermentasi yang berbeda dihasilkan kadar yang berbeda nyata adalah lama fermentasi ke-5 selulosa yang berbeda, lama fermentasi hari ke- dan 7, 5 dan 9, 5 dan 11, 7 dan 9, 7 dan 11, 7 13 semakin tinggi kadar selulosa nata, sehingga dan 13, 9 dan 11, 9 dan 13, 11 dan 13. Hal ini nata de cassava semakin berat dan rendemen dikarenakan warna dipengaruhi oleh tebal nata, meningkat. Rendemen dipengaruhi oleh variasi semakin tebal nata maka warna yang dihasilkan substrat, komposisi bahan, kondisi lingkungan, semakin gelap (keruh), sebaliknya semakin tipis dan kemampuan Accetobacter xylinum dalam nata, warna yang dihasilkan semakin terang menghasilkan selulosa. (putih). Menurut Susanti (2006) ketebalan nata Warna dipengaruhi oleh jumlah intensitas cahaya. Nata Warna nata de cassava diukur yang tebal, intensitas cahaya yang masuk dan menggunakan chromameter dengan satuan diserap semakin banyak sehingga semakin L*a*b. L merupakan tingkat kecerahan, gelap (keruh), sebaliknya pada nata yang tipis, semakin tinggi nilai L maka warna semakin intensitas cahaya yang masuk dan diserap cerah dan semakin rendah nilai L warna semakin sedikit sehingga warna semakin terang semakin gelap. Gambar 4 menunjukkan selama (putih). Pada nata yang tebal pembentukan jaringan selulosa semakin banyak dan rapat. 32
no reviews yet
Please Login to review.