jagomart
digital resources
picture1_Contoh Kajian Teori Dalam Makalah 2127 | Makalah Teori Sastra Semiotika Riffaterre


 266x       Tipe DOC       Ukuran file 0.19 MB    


Contoh Kajian Teori Dalam Makalah 2127 | Makalah Teori Sastra Semiotika Riffaterre
makalah semiotika riffaterre mata kuliah teori sastra i dari klasik sampai modern oleh saddam husien 121514153021 fakultas ilmu budaya kajian sastra dan budaya universitas airlangga surabaya 2016 semiotika riffaterre 2 secara  ...

icon picture DOC Word DOC | Diposting 09 Jan 2022 | 3 thn lalu
Berikut sebagian tangkapan teks file ini.
Geser ke kiri pada layar.
                                                       1
                             MAKALAH
                          Semiotika Riffaterre
         MATA KULIAH: TEORI SASTRA I: Dari Klasik Sampai Modern 
                              OLEH:
                       Saddam Husien (121514153021)
                        FAKULTAS ILMU BUDAYA
                       KAJIAN SASTRA DAN BUDAYA
                        UNIVERSITAS AIRLANGGA
                             SURABAYA
                               2016
                          Semiotika Riffaterre
                                                2
          Secara umum semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
       luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Tanda itu sendiri
       didefinisikan sebagai sesuatu yang, atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya,
       dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Konvensi yang memungkinkan suatu objek,
       peristiwa, atau suatu gejala kebudayaan, menjadi tanda itu disebut juga sebagai kode sosial
       Menurut Eco dalam Faruk (1994: 43-44). Artinya tanda-tanda dari setiap objek, peristiwa
       maupun kebudayaan memiliki makna yang tersirat dalam sebuah teks. Oleh karenanya makna
       dalam karya sastra merupakan hal yang sangat penting.
          Makna merupakan sebuah hal penting dalam sebuah teks karya sastra. Tanpa makna
       teks dalam karya sastra tak memiliki arti apapun untuk dikaji menjadi sebuah penelitian.
       Pentingnya mengupas sebuah makna ibarat kita menggali secara mendalam dari setiap teks.
       Bahkan dalam kehidupan kitapun tak lepas dari makna kehidupan maupun individual
       sehingga mempekenalkan kita pada hal yang diluar akal kita. Sepeti halnya, ketika kita
       bertemu dengan sales tentu sales tentu sales tersebut akan menawarkan kita produk mereka
       yang mau dijualkan untuk kita beli. Tetapi kalau kita melihat dari sisi makna tentu akan
       berbeda dalam melihat hal itu, bisa saja makna yang ada dalam dunia sales merupakan
       symbol perbudakan yang kekinian yang dalam bentuk halus tanpa harus melakukan
       kekerasan dan bisa saja yang lain. Tentu interpretasi setiap orang akan berbeda tergantung
       latar belakang masing-masing kita. 
          Kalau sebelumnya mengambil contoh sales sebagai makna perbudakan kekinian.
       Berbeda halnya dengan semiotic, karena dalam semiotika riffatere khsusnya lebih mengupas
       makna yang ada dalam teks puisi. Menggali makna yang terdapat dalam puisi merupakan
       bentuk apresiasi yang sangat menarik untuk di bahas, karena dalam puisi memiliki
       kandungan makna yang sangat mendalam sehingga perlu sebuah kajian untuk mengupas dan
       membongkar secara rinci untuk mengetahui kronologis pembentukan makna yang ada dalam
       puisi. Dalam semiotika Riffaterre menggagas sebuah teori semiotika puisi melalui dialek
       antara teks dan pembaca (Teeuw, 1991:64). Artinya teks dan pembaca memiliki hubungan
       yang saling berkesinambungan untuk sebuah proses pembentukan makna. Teks tanpa
       pembaca tak akan ada artinya karena hanya akan bernilaihampa, begitupun berlaku
       sebaliknya. Untuk mengungkap sebuah makna tentu dibutuhkan orang yang dinamakan
       pembaca. Dengan adanya pembaca, makna dalam teks dapat di ketahui dan di analisis.
       Dengan pembaca makna dalam tek diberikan oleh si pembaca untuk mengetahui unsur-unsur
                                                                                                                              3
                  maupun propaganda yang terdapat dalam teks. Kehadiran pembaca sangat di butuhkan dalm
                  proses analisi semiotika ini khususnya semiotika Riffaterre. 
                           Secara garis besar semiotika Riffaterre dibagi menjadi empat, pertama ekspresi tidak
                  langsung, pembacaan teks secara heuristik dan hermeneutik, matriks, model dan varian, dan
                  hipogram (Pradopo, 2005, p. 281). Dengan keempat langkah-langkah yang di tawarkan oleh
                  Riffaterre, menganalisis makna yang terdapat dalam puisi akan lebih mudah di dapat dan si
                  pahami. Keempat langkah tersebut harus dilakukan untuk mendapatkan makna maupun kode-
                  kode dalam puisi. 
                                                  Substansi Teori Semiotika Riffaterre
                           Penjelasan sebelumnya telah menyebutkan bahwa semiotika Riffaterre ada empat
                  langkah yang harus di lalui yang akan di paparkan sebagai berikut:
                       Ekspresi tidak langsung
                           Dalam pembacaan puisi maupun kosa kata yang dipakai dalam puisi tidak ada makna
                  yang menggambarkan secara langsung. Pasti penggunaan kata-kata dalam puisi memiliki
                  makna yang di sampaikan dengan mengiaskan atau mengandaikan. Tentu melalui proses
                  pemaknaan masing-masing individu. Seperti yang Riffatterre kemukakan dalam bukunya
                  yang berjudul semiotics of poetry mengatakan bahwa puisi dari waktu ke waktu senantiasa
                  berubah. Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan konsep estetik dan evolusi selera. Namun
                  ada satu hal yang tidak mengalami perubahan yakni, puisi itu merupakan ekpresi tidak
                  langsung (1978: 1). Ekpsresi tidak langsug menurut Riffaterre diakibatkan oleh tiga hal
                  yakni, displacing (penggantian), distorting (perusakan) dan creating (penciptaan) of meaning
                  (arti) (1978: 1). 
                      a.   Penggantian arti (displacing meaning) 
                           Penggantian arti (displacing of meaning) adalah perubahan arti dari kata-kata yang
                  ada pada puisi tidak menggunakan arti yang sebenarnya. Biasanya puisi seperti itu
                  menggunakan majas. Majas yang digunakan dalam penggantian arti adalah metonimi dan
                  metafora. Dalam buku karangan Pradopo, Alterbernd menjelaskan bahwa metafora adalah
                  kiasan yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama dengan sesuatu lain yang sebenarnya
                  tidak ada kaitan sama sekali. Metonimi adalah kiasan pengganti nama seperti Sungai
                                                                                                                    4
                 Ciliwung yang diganti namanya dengan Sungai Kesayangan dalam sajak Toto Sudarto
                 Bachtiar (Setyarini, 2010, p 22).
                     b.  Perusakan atau penyimpangan arti (Distorting meaning)
                         Dikebanyakan puisi, kata-kata atau kalimat yang digunakan sering terjadi sebuah
                 penyimpangan arti yang di akibatkan tiga hal menurut Riffaterre, yakni  ambiguitas,
                 kontradiksi dan nonsense  (1978: 2).  Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frasa, kalimat,
                 maupun wacana yang disebabkan oleh munculnya penafsiran yang berbeda-beda menurut
                 konteksnya. Kontradiksi adalah penggunaan kata-kata yang paradok, ironi dan antithesis.
                 Sedangkan, non-sense  adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti (sesuai kamus) tetapi
                 mempunyai makna “gaib” sesuai dengan konteks (Salam, 2009:4). 
                     c.  Penciptaan arti (creating meaning)
                         Penciptaan arti baru terjadi karena di sebabkan oleh adanya bentuk visual yang
                 meliputi, rima, enjambement, dan tipografi (Riffaterre, 1978:2). Artinya visualisasi dalam
                 puisi mampu menciptakan sebuah arti baru seperti, rima, emjambement dan tipografi yang
                 membuat penciptaan arti baru dalam puisi. Sehingga dalam pemaknaan dalam puisi terjadi
                 pemaknaan baru (creating meaning). 
                      Heuristik dan Hermeneutik
                     Heuristik adalah pembacaan tahap pertama pada puisi yang dilakukan oleh pembaca.
                 Dimana dalam tahap pertama ini pembacaan teks sesuai dengan tata bahasa yang sintaksis,
                 morfologis, normatif dan semantik. Artinya dalam pembacaan heuristik menghasilkan teks
                 secara menyeluruh sesuai tata bahasa yang normatif dengan sistem semiotik. Segala sesuatu
                 yang berhubungan dengan tanda-tanda dari tingkat mimetik ke tingkat pemaknaan yang lebih
                 tinggi. Dalam pembacaan heuritsik ini disebut sebagai pembacaan tahap pertama karena
                 pembaca dituntut untuk memahami puisi dari keseluruhan. Artinya dalam tahap pertama ini,
                 pembaca hanya membaca di bagian luarnya sebelum memahami ke tahap yang kedua atau
                 yang disebut hermeneutik. Di tahap yang pertama ini, proses dekoding terjadi dengan
                 membaca teks secara keseluruhan untui medapatkan arti keseluruhan. Pembacaan heuristik
                 tidaklah cukup untuk memahami dan menangkap makna dalam puisi yang sesungguhnya,
                 oleh karena itu diperlukan tahap hermeneutic atau disebut pembacaan tahap kedua. 
                         Dalam pembacaan hermeneutik, tentu tak lepas dari tahap pembacaan heuristik
                 terlebih dahulu yang harus dilalui karena heuristik merupakan proses pembacaan tahap
Kata-kata yang terdapat di dalam file ini mungkin membantu anda melihat apakah file ini sesuai dengan yang dicari :

...Makalah semiotika riffaterre mata kuliah teori sastra i dari klasik sampai modern oleh saddam husien fakultas ilmu budaya kajian dan universitas airlangga surabaya secara umum semiotik dapat didefinisikan sebagai yang mempelajari sederetan luas objek peristiwa seluruh kebudayaan tanda itu sendiri sesuatu atas dasar konvensi sosial terbangun sebelumnya dianggap mewakili lain memungkinkan suatu atau gejala menjadi disebut juga kode menurut eco dalam faruk artinya setiap maupun memiliki makna tersirat sebuah teks karenanya karya merupakan hal sangat penting tanpa tak arti apapun untuk dikaji penelitian pentingnya mengupas ibarat kita menggali mendalam bahkan kehidupan kitapun lepas individual sehingga mempekenalkan pada diluar akal sepeti halnya ketika bertemu dengan sales tentu tersebut akan menawarkan produk mereka mau dijualkan beli tetapi kalau melihat sisi berbeda bisa saja ada dunia symbol perbudakan kekinian bentuk halus harus melakukan kekerasan interpretasi orang tergantung latar...

no reviews yet
Please Login to review.