139x Filetype PDF File size 0.37 MB Source: media.neliti.com
PENGEMBANGAN COMMUNITY BASED TOURISM SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sugi Rahayu, Utami Dewi, dan Kurnia Nur Fitriana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta email: sugirahayu@uny.ac.id Abstrak: Pengembangan Community Based Tourism sebagai Strategi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam mengembangkan Community Based Tourism (CBT), (2) mengidenti ikasi potensi wisata yang dapat dikembangkan menjadi CBT, (3) mendapatkan informasi faktor-faktor penghambat CBT di Kabupaten Kulon Progo, dan (4) merumuskan model pengembangan CBT sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. Upaya Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam mengembangkan CBT sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui: (a) Program pengembangan destinasi wisata, (b) Program pengembangan pemasaran pariwisata, dan (c) Program pengembangan kemitraan. Sementara itu, jenis pariwisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi pariwisata berbasis masyarakat di Kulon Progo meliputi wisata alam, wisata agro, wisata religi, wisata pendidikan, budaya, kerajinan, dan kuliner. Terdapat beberapa faktor penghambat pengembangan CBT di Kabupaten Kulon Progo yaitu: (a) infrastruktur yang belum mendukung, (b) partisipasi masyarakat dalam mengembangkan pariwisata masih rendah, dan (c) kemitraan belum terjalin maksimal. Kata kunci: pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, Kulon Progo Abstract: Developing Community Based Tourism Strategy for Empowering Local Economy. This study was aimed at: (1) examining the efforts made by the government of Kulon Progo in developing Community based Tourism (CBT), (2) identifying the tourism potentials that can be developed into CBT, (3) obtaining information about the factors inhibiting CBT in Kulon Progo, and (4) formulating a model of the development of CBT as an economic empowerment strategy in Kulon Progo. The result shows the Government’s efforts in developing CBT in Kulon Progo Regency as a strategy for economic empowerment namely: (a) the development of tourist destinations program, (b) the development of tourism marketing program, and (c) the partnership development program. (2) The type of tourism potential to be developed into community-based tourism in Kulon Progo include eco-tourism, agro tourism, religious tourism, educational tourism, culture, crafts, and culinary (3) factors inhibiting the development of CBT in Kulon Progo are: (a) infrastructure does not yet support, (b) community participation in developing tourism is still low, and (c) the partnership has not established a maximum. Keywords: community based tourism, Kulon Progo 1 Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 21, No. 1, April 2016: 1-13 PENDAHULUAN masa yang akan datang. Sektor pariwisata Dikeluarkannya UU Nomor 32 mampu menghidupkan ekonomi masya- Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah rakat di sekitarnya, pariwisata juga dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang diposisikan sebagai sarana penting Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, dalam rangka memperkenalkan budaya memberi kesempatan yang besar bagi dan keindahan alam daerah terkait. daerah untuk mengelola sumber daya alam Menurut Norval dalam Spillane (1987), yang dimiliki agar dapat memberikan hasil seorang ahli ekonomi berkebangsaan yang optimal. Akibatnya setiap pemerintah Inggris memaparkan bahwa pariwisata daerah berusaha semaksimal mungkin selain bermanfaat bagi pendidikan untuk meningkatkan perekonomian kebudayaan dan sosial juga mempunyai daerahnya. arti yang lebih penting dari segi Pelaksanaan pembangunan ekonomi. Banyak negara di dunia daerah diarahkan untuk memacu pe- menganggap pariwisata sebagai invisible merataan pembangunan dalam rangka export atas barang dan jasa pelayanan meningkatkan pendayagunaan potensi- kepariwisataan yang dapat memperkuat potensi yang dimiliki secara optimal. neraca pemasukan. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan Pariwisata merupakan sumber pen- yang berkaitan dengan pelaksanaan dapatan yang dapat terus diperbaharui daerah tentu memerlukan biaya yang dan diremajakan, bentuk peremajaan cukup besar. Agar pemerintah daerah daerah wisata ini dapat berupa renovasi, dapat mengurus rumah tangganya sendiri dan perawatan secara teratur, oleh sebab dengan sebaik-baiknya, maka perlu itu maka pariwisata merupakan investasi diberikan sumber-sumber pembiayaan yang penting pada sektor non migas bagi yang cukup. Mengingat tidak semua Indonesia. Pariwisata yang merupakan sumber-sumber pembiayaan dapat investasi ekonomi masa depan akan secara diberikan kepada daerah, maka pemerintah otomatis mempermudah perputaran daerah diwajibkan untuk menggali segala barang dan jasa pelayanan di tempat sumber sumber keuangannya sendiri wisata. Lebih jauh lagi pariwisata akan berdasarkan peraturan perundang- meningkatkan stabilitas ekonomi nasional, undangan yang berlaku. Salah satu upaya namun tentu saja keberhasilan dalam untuk meningkatkan penerimaan daerah pengembangan pariwisata seperti di atas yaitu dengan mengoptimalkan potensi akan mampu dirasakan apabila faktor- dalam sektor pariwisata. Keterkaitan faktor pendukungnya telah dipersiapkan industri pariwisata dengan penerimaan dengan baik. daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi Kulon Progo merupakan salah satu hasil pajak/bukan pajak. kabupaten di Daerah Istimewa Yogya- Sektor pariwisata di Indonesia saat karta (DIY). Mengacu kepada UU Nomor ini dinilai efektif peranannya dalam 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun menambah devisa negara. Hal tersebut 2004 tersebut, Kulon Progo sebagai tidak terlepas dari perkembangan sebuah kabupaten memiliki wewenang kebutuhan pariwisata, tidak hanya di sendiri untuk mengelola sumberdaya Indonesia, namun di seluruh dunia. yang terdapat di wilayahnya, termasuk Pertumbuhan kebutuhan manusia akan di dalamnya adalah potensi sumberdaya pariwisata menyebabkan sektor ini sektor pariwisatanya. Kabupaten Kulon dinilai mempunyai prospek yang besar di Progo memiliki sektor pariwisata yang 2 Pengembangan Community Based Tourism ...(Sugi Rahayu, dkk.) potensial untuk di kembangkan serta pengelolaan oleh swasta dan masyarakat dipasarkan yaitu mulai dari pantai, hanya bersifat sebagian, seperti misalnya seni, budaya, waduk wisata, goa dan sarana pendukung di waduk Sermo dataran tinggi. Beberapa tujuan wisata di yang dilakukan secara swadaya oleh Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai masyarakat sekitar. Beragamnya jenis berikut. obyek wisata di Kulon Progo dapat a. Pantai Glagah di Kecamatan Temon menjadi potensi dan investasi ekonomi b. Pantai Trisik di Kecamatan Galur yang besar di masa yang akan datang, c. Pantai Congot di Kecamatan Temon baik itu bagi pemerintah, swasta maupun d. Pantai Bugel di Kecamatan Panjatan masyarakat sekitar. Namun, tentu e. Puncak Suroloyo di Kecamatan saja dibutuhkan berbagai kebijakan Samigaluh proteksi yang tepat agar selalu tercipta f. Goa Kiskenda di Kecamatan Girimulyo kesinambungan di antara stakeholder g. Gunung Kuncir di Kecamatan Samigaluh terkait. h. Gunung Kelir di Kecamatan Girimulyo Terkait dengan usaha pemerintah i. Goa Sumitro di Kecamatan Girimulyo daerah Kulon Progo mengembangkan j. Goa Lanang Wedok di Kecamatan pariwisata di daerahnya, ternyata fakta Pengasih di lapangan terlihat berbeda. Pariwisata k. Goa Kebon di Kecamatan Panjatan Kulon Progo yang memiliki potensi l. Goa Lanang di Kecamatan Temon tinggi tersebut tidak mampu bersaing m.Goa Banyu Sumurup di Kecamatan dengan daerah tetangganya, sebagaimana Samigaluh tergambar dalam Tabel 1. n. Arung Jeram di Sungai Progo Tabel 1 menggambarkan bahwa (Sumber: Perda Kabupaten Kulon Progo kemampuan obyek wisata daerah No. 1 Tahun 2012 ) Kulon Progo pada tahun 2011 (545.743) masih jauh di bawah Kabupaten Sleman Seluruh objek wisata di atas berada (2.509.251), Bantul (2.521.303) dan dalam kendali pemerintah Kabupaten Kota Yogyakarta (3.456.343). Dilihat melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata perkembangannya, wisata Kulon Progo Pemuda dan Olahraga Kabupaten mengalami penurunan dibandingkan Kulon Progo. Artinya, pengelolaan dan Kabupaten Gunung Kidul (688.405) pengembangan obyek wisata masih yang notabene memiliki akses dan mengandalkan insentif dan inisiatif akomodasi yang lebih sulit. Melihat data dari pemerintah daerah, sedangkan tersebut akan timbul banyak pertanyaan, Tabel 1. Statistik Kepariwisataan Provinsi DIY Tahun 2011 Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 1 D.I Yogyakarta 2.467.383 3.428.324 3.529.525 3.456.343 2 Sleman 2.730.273 3.593.665 2.499.877 2.509.251 3 Bantul 1.073.941 1.447.556 1.300.042 2.521.303 4 Kulon Progo 543.821 421.951 436.958 545.743 5 Gunung Kidul 427.021 538.990 488.085 688.405 Sumber: Statistik Kepariwisataan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2011) 3 Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 21, No. 1, April 2016: 1-13 mengapa daerah yang memiliki kapasitas mengusahakan tanaman Padi, Jagung, pariwisata tinggi tidak mampu bersaing Kedelai, dan Tebu (PJKT). dengan daerah lainnya. Potensi alam yang dimiliki Kabupaten Banyaknya potensi wisata Kulon Progo sudah seharusnya di Kulon Progo, sudah seharusnya dilestarikan dengan baik. Pembangunan membuat Kulon Progo unggul dalam di bidang industri teknologi mungkin hal pariwisata, atau setidaknya dapat dilakukan, namun dalam rangka bersaing dengan daerah tetangganya satu mendukung daerah swasembada panga. provinsi. Namun kenyataan di lapangan Hal ini tidak dapat dijadikan sebagai menunjukkan suatu kemunduran dalam prioritas utama pembangunan. Salah hal pengembangan pariwisata lokal. satu industri yang dapat berjalan Selain ke-14 obyek wisata yang beriringan dengan konsep daerah telah disebutkan dalam Perda Nomor agraris di Kabupaten Kulon Progo adalah 1 Tahun 2012, sebenarnya masih pengembangan industri pariwisata. terdapat beberapa obyek wisata lain Sinergitas pariwisata, pertanian, dan yang memiliki potensi ekonomi tinggi, peternakan sebagai industri yang seperti Waduk Sermo yang terletak di ramah lingkungan. Salah satunya dapat Kecamatan Kokap. Waduk Sermo ini diwujudkan melalui konsep desa wisata, adalah satu satu waduk yang terdapat seperti Desa Wisata Kalibawang, Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Wisata Kalibiru, Desa Wisata Nglinggo, luas kurang lebih 157 hektar. Waduk dan lain sebagainya. ini menjadi sarana vital bagi kegiatan Potensi pariwisata yang tinggi di pertanian di bawahnya. Sebagai satu wilayah Kulon Progo sudah seharusnya satunya waduk yang terdapat di Daerah dapat dioptimalkan, bukan hanya Istimewa Yogyakarta, waduk ini menjadi dilihat sebagai potensi pendapatan istimewa dan cocok digunakan untuk daerah, namun sebagai salah satu wisata yang menginginkan suasana upaya melestarikan kebudayaan yang tenang dan sejuk. Tempat ini daerah yang sudah mulai ditinggalkan. juga memiliki spot memancing dan Sebagai salah satu motivator utama wahana perahu wisata. Kurangnya perkembangan industri, pariwisata promosi dan keseriusan pengembangan Pemerintah daerah kabupaten Kulon dari pihak terkait membuat wisata Progo dibutuhkan peranannya baik itu ini seakan terpinggirkan dari sekian untuk mengelola maupun memasarkan banyak wisata lain di Provinsi Daerah produk-produk pariwisata agar dapat Istimewa Yogyakarta. Selain Waduk menjadi sumber pendapatan potensial Sermo, masih terdapat obyek wisata lain bagi daerah. Melalui berbagai terobosan yang pemasarannya belum maksimal kebijakannya, diharapkan pemerintah seperti Puncak Suroloyo, Goa Kiskendo, daerah mampu merangkul berbagai Pantai Congot, dan beberapa lagi lainnya. stakeholder demi keberlangsungan Kabupaten Kulon Progo sebagai industri pariwisata yang berdaya saing daerah agraris, mayoritas penduduknya dan berkelanjutan bertumpu pada masih berusaha pada sektor pertanian. pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan Dari hasil Pendataan Usaha Tani 2009 uraian di atas, maka artikel ini akan terdapat 51.877 Rumah Tangga Tani yang membahas pengembangan pariwisata 4
no reviews yet
Please Login to review.