113x Filetype PDF File size 0.39 MB Source: repository.potensi-utama.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbon Pada tabel periodik kimia, karbon merupakan unsur yang memiliki nomor atom 6 dan berat molekulnya sebesar 12,0107 g/mol 2 2 2 (Kinoshita, 1988) serta konfigurasi electron 1s 2s 2p (Canham, 2000). Karbon bentuk amorf dihasilkan dari pembakaran terbatas minyak bumi (dengan jumlah oksigen sekitar 50% dari jumlah oksigen yang diperlukan dalam pembakaran sempurna). Batu bara dipanaskan tanpa udara, berbagai zat volatile dikeluarkan, maka akan meninggalkan residu dengan kadar karbon yang tinggi disebut sebagai kokas (ampas batu arang) (Rahman dkk., 2015) Karbon amorf dapat disebut juga sebagai free karbon,yang berarti karbon yang tidak mempunyai struktur kristal. Karbon amorf dapat disebut sebagai lampblack (jelaga), gas black, dan channel black yang digunakan untuk membuat tinta, cat, dan produk karet (Cirkel, Branch F., 2010). Karbon dapat diaplikasikan di berbagai bidang yaitu sebagai bahan penyerap, baterai, elektroda fuel cell dan superkapasitor. Karbon mempunyai alotrof yang bermacam-macam seperti intan, grafit, dan fullerene (Mahtani, 2010). Karbon mempunyai sifat fisik dan kimia seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut, Tabel 2. 1 Sifat fisika dan Kimia dari karbon (Canham, 2000) Wujud Padat (suhu kamar) Bilangan oksidasi 4 dan 2 Keelektronegaifan 2,5 Berat atom 12,0107 gr/mol Panas penguapan 355,8 kJ/mol Jari-jari atom 70pm Titik sublimasi 4000 K Titik lebur 3652 ˚C Titik didih 4827 ˚C Isotop 3 Kepadatan 2,2 gr/cm3 pada 20 ˚C 5 2.2 Karbon dari Tempurung Kelapa 2.2.1 Tempurung Kelapa Banyak bahan dari alam yang dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia salah satunya tempurung kelapa termasuk bahan organik yang memiliki ragam unsur tergantung kondisi lingkungan. Karbon berbahan dasar tempurung kelapa dapat diketahui unsur-unsurnya melalui anisis EDX (Energy Dispersive X-ray). Prosentase massa karbon dan prosentase atom karbon dapat dilihat pada Tabel 2.2, karbon memiliki prosentase massa paling tinggi sebesar 49,86% dan prosentase atom sebesar 57,11%. Terdapat unsur-unsur impuritas yang terindentifikasi seperti Al, S, dan K (Wachid, Frischa Marcheliana, 2012). Tabel 2.2 Prosentase karbon berbahan dasar tempurung kelapa (Wachid, Frischa Marcheliana, 2012). Unsur Massa(%) Atom(%) Karbon 49,86 57,11 Oksigen 49,60 42,67 Alumuni 0,13 0,07 Sulfur 0,13 0,06 Kalium 0,28 0,10 Tempurung kelapa terdiri dari lignin, selulosa, metoksil, dan berbagai mineral, memiliki lapisan keras dengan ketebalan sekitar 3- 5 mm. Tempurung kelapa memiliki berat sekitar 15%-19% dari berat keseluruhan buah kelapa (Wachid, Frischa Marcheliana, 2012). Selulosa merupakan senyawa organik yang terdapat pada dinding sel dari jaringan penting yang berfungsi untuk mengkokohkan struktur dan membuat tempurung kelapa memiliki lapisan keras. Lignin merupakan bagian yang difungsikan sebagai pengikat untuk sel-sel yang lain dan memberi kekuatan. Hemiselulosa merupakan polimer polisakarida heterogen yang tersusun dari unit D-Glukosa, Larabiosa dan D-Xilosa, yang memiliki fungsi sebagai matrix pengisi serat selulosa. (Takeuchi, 2006). Komposisi kimia tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.3, sebagai berikut: 6 Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa (Eskak, 2015) No. Kandungan Tempurung Prosentase (%) Kelapa 1. Selulosa 26,60 2. Pentosa 27,70 3. Lignin 29,40 4. Abu 0,60 5. Solvent Ekstraktif 4,20 6. Uronat anhidrat 3,50 7. Nitrogen 0,11 8. Air 8,00 Bahan penyusun tempurung seperti pada Tabel 2.3 diatas merupakan hal yang dapat membentuk sifat cangkang yang keras juga membentuk gurat-gurat. Ketebalan cangkang tempurung kelapa terdapat ada tiga jenis yaitu: (1) Cangkang tebal (5 mm), (2) Cangkang sedang (4 mm), dan (3) Cangkang tipis (2 mm). Ketebalan cangkang ini dipengaruhi oleh jenis buah kelapa, tempat tumbuh, dan usia buah kelapa. Sedangkan warna tempurung kelapa dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) hitam, (2) coklat, dan (3) putih. Warna tempurung dipengaruhi oleh usia buah. Warna hitam pada umumnya dapat ditemukan pada buah kelapa tua (Eskak, 2015). 2.2.2 Karbon Aktif Karbon mempunyai luas permukaan berkisar antara 500-1500 m2g-1 dan volume pori berkisar antara 0,7-1-8 cm3g-1 (Hu, 2016). Aktivator karbon pada umumnya menggunakan ZnCl2, KOH, H2SO4, dan HCl, pemilihan jenis aktivator akan berpengaruh terhadap kualitas karbon. Jenis aktivator akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap karbon yang dihasilkan lebih tepatnya mempengaruhi volume pori-pori maupun luas permukaannya (Gumelar & Hendrawan, 2015). Berdasarkan penelitian proses pembuatan karbon dapat menggunakan bahan organik seperti tempurung kelapa (Wachid, Frischa Marcheliana, 2012), pelepah aren (Esterlita & Herlina, 2015), eceng gondok (Gumelar & Hendrawan, 2015), kelapa sawit (Hartanto, 2010), dan kulit pisang (Neni Sri Wahyuni Nasir, 2014). 7 2.2.3 Pembuatan Karbon Proses pembuatan karbon memiliki dua tahap yang harus dilakukan yaitu (1) Tahap Karbonisasi dan (2) Tahap Pemurnian karbon. Tahap karbonisasi dilakukan untuk menghasilkan arang dan tahap pemurnian karbon untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi permukaan arang sehingga porositas arang meningkat (Lempang, 2014). a. Karbonisasi Metode karbonisasi dapat dibagi menjadi dua tahap pemanasan yaitu (1) pemanasan yang dilakukan pada suhu rendah untuk mengurangi kadar air dan mendestruksi struktur kristalin, dan (2) perlakuan dengan menggunakan suhu tinggi dilakukan untuk mengubah sumber karbon menjadi partikel karbon (Rahman dkk., 2015). Berdasarkan pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia material sebagai fungsi suhu baik reaksi endotermik, eksotermik maupun pengurangan massa. Prinsip untuk mengukur berkurangnya massa material ketika dipanaskan dari suhu kamar sampai suhu yang tinggi akan diketahui transisi fasa, dekomposisi termal dan penentuan diagram fasa disebut pengujian DSC-TGA. Reaksi penguraian yang terjadi dengan pengujian DSC-TGA dapat diketahui melalui 4 tahap yaitu : (1) Suhu 100-120˚C merupakan proses penguapan air dan pada suhu 270 ˚C terjadi penguraian selulosa. Distilat mengandung asam organik dan sedikit methanol. Pada suhu 200-270 ˚C terbentuk asam cuka, (2) Suhu 270-310 ˚C merupakan terjadinya reaksi eksotermik yang berlangsung melalui penguraian selulosa secara insentif menjadi larutan piroligant, gas kayu dan sedikit tar, (3) Suhu 310-500 ˚C merupakan terjadinya penguraian lignin, dan dihasilkan lebih banyak tar sedangkan piroligan dan gas CO2 menurun sedangkan gas CO, CH , H meningkat, (4) Suhu 500-1000 ˚C 4 2 merupakan proses pemurnian arang atau kadar karbon (Wachid, Frischa Marcheliana, 2012). Berdasarkan (Rahman et al., 2015), telah melakukan fabrikasi karbon berbentuk bulat dari tepung kentang dengan menggunakan pemanasan pada suhu rendah dan suhu tinggi. Hasil yang didapatkan bahwa semakin lama lama waktu karbonisasi ukuran karbon yang di peroleh semakin kecil. 8
no reviews yet
Please Login to review.