Authentication
348x Tipe DOCX Ukuran file 0.95 MB
LAPORAN PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA MENGUKUR CEPAT RAMBAT CAHAYA DISUSUN OLEH: ANISA DALI DARTO (12306141008) HASAN ROBANI (13306141008) FIQI SHIBGHOTUL KHOIR (13306141062) FITRIA AYU SULISTIANI (13306141055) SUKMAWATI FITRI HARDIYATI (13306144013) PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAPORAN PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA MENGUKUR CEPAT RAMBAT CAHAYA A. TUJUAN 1. Mengukur dan menghitung besarnya nilai cepat rambat cahaya 2. Membandingkan perolehan cepat rambat cahaya berdasarkan percobaan dengan teori dan eksperimen Evanson B. ALAT DAN BAHAN 1. Osiloscope 2. Penggaris 3. Cermin 4. Laser Helium Neon 5mW 5. Detektor Skema alat percobaan C. DASAR TEORI Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Kecepatan cahaya dalam ruang vakum merupakan konstanta yang fundamental. Sejak zaman Yunani kuno sampai abad pertengahan, dipercayai bahwa kecepatan cahaya adalah tak hingga. Aristoteles meyakini bahwa perambatan cahaya adalah secara langsung tanpa selang waktu. Pada abad ke-11, ilmuwan Arab Al-Hassan meyakini bahwa cahaya merambat dalam kecepatan yang berhingga. Galileo (tahun 1600) mencoba menentukan kecepatan cahaya, akan tetapi gagal dan mengatakan bahwa cahaya sangat luar biasa cepat. Roemer (tahun 1676) adalah orang pertama yang mengukur c menggunakan orbit satelit Jupiter yaitu Io. Beliau memperoleh nilai c = 215000 km/s, yang menurut beliau tidak akurat karena diameter orbit bumi tidak diketahui secara pasti. Gambar 1. Percobaan Galileo untuk mengukur kecepatan cahaya. Galileo ingin mengukur kecepatan cahaya dengan mengukur jarak dan beda waktu sejak lentera pertama dibuka sampai ia melihat cahaya dari asistennya. Namun, cahaya terlampau cepat sehingga Galileo tidak merasa adanya perbedaan waktu. Salah satu solusinya adalah mengamati bintang yang berada di luar angkasa. Posisi bintang berubah-ubah dalam satu tahunnya. Hal ini dikarenakan cahaya yang merambat dari bintang ke mata sedikit bergeser akibat revolusi Bumi terhadap Matahari. Dengan mengukur sudut pergeseran ini dan mengetahui kecepatan revolusi Bumi, kita dapat menghitung kecepatan cahaya. Gambar 2. Prinsip pengukuran kecepatan cahaya (James Bradley, 1728). Ketika hujan, orang akan merasa bahwa hujan menerjang dia jika orang tersebut berlari meski hujan tersebut hanya jatuh tegak lurus terhadap Bumi. Demikian juga dengan cahaya dari bintang. Arah datangnya cahaya berubah karena revolusi Bumi sehingga posisi bintang terlihat bergeser. Selain pengamatan benda angkasa, kecepatan cahaya dapat diukur dengan pengamatan di Bumi. Pengukuran cahaya ini pertama kali dilakukan oleh seorang Fisikawan Prancis, Fizeau. Ia mengukurnya dengan cara melewatkan cahaya melalui roda gigi yang berputar. Cahaya ini kemudian dipantulkan balik oleh cermin dan diamati. Gambar 3. Teknik pengukuran kecepatan cahaya oleh Fizeau (1849). Fizeau menghitung bahwa kecepatan cahaya adalah 313.300 km/s.
no reviews yet
Please Login to review.