Authentication
233x Tipe PDF Ukuran file 0.33 MB Source: repository.ump.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan memerlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan, salah satunya di puskesmas (Kemenkes RI, 2011). Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan dibawah supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota dengan tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Indikator derajat kesehatan masyarakat untuk menilai dampak program kesehatan adalahInfant Mortality Rate, Maternal Mortality Rate, dan Birth Rate yang terintegrasi dalam ruang lingkup kegiatan Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana (Sulaeman, 2011). Kementerian Kesehatan RI melakukan kebijakan melalui Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Sumber utama kebutuhan data dan informasi di tingkat puskesmas adalah SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas) merupakan bentuk penyederhanaan dari SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas). Kementerian Kesehatan menyebutkan data SP3 belum dapat dimanfaatkan secara optimal berkaitan dengan rancangan sistem tersebut (Kemenkes RI, 2011). Kementerian Kesehatan telah mengembangkan siknas online, akan tetapi berbagai program seperti kewaspadaan gizi, informasi obat, rumah sakit, dan 1 Analisis Sistem Pencat…, DEWI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP 2019 2 puskesmas juga mengembangkan sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihnya informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya. Sistem informasi yang terintegrasi guna memenuhi kebutuhan berbagai lintas sektor dan lintas program yang dapat di akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Aplikasi komunikasi data online, dapat dilihat bahwa data dan informasi kesehatan yang disediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau kabupaten/kotap berupaya mengembangkan sistem informasi sendiri (Kemenkes RI, 2007) Pencatatan program puskesmas menggunakan format SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas) adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya kesehatan di Puskesmas. Laporan bulanan puskesmas tentang KIA dan KB termasuk dalam format pelaporan LB3 (Muninjaya, 2004). Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota dan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu dan fondasi dari data kesehatan, sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan, setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan program dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas (Tuwongkesong, 2014). Analisis Sistem Pencatatan…, Dewi Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 3 Puskesmas diwajibkan mengumpulkan data bulanan transaksi pelayanan secara rutin maksimal tanggal 5 dalam setiap bulannya. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengolah kembali laporan puskesmas kemudian memberikan laporan hasil ke Dinas Kesehatan Provinsi. Feed back laporan puskesmas harus dikirimkan kembali ke puskesmas untuk dapat dijadikan bahan evaluasi setiap kegiatan Puskesmas. Pemanfaatan data laporan ini untuk memenuhi kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka pembinaan, penetapan kebijaksanaan dan dimanfaatkan oleh puskesmas untuk peningkatan upaya kesehatan puskesmas, melalui perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan penilaian, sehingga dapat memberikan umpan balik. Informasi dapat dikatakan berkualitas apabila tepat waktu (timeliness), relevan, valid/akurat, presise dan biaya yang layak (Putranti, 2013). Ketepatan waktu dalam pengiriman laporan SP2TP mulai dari jenjang administrasi yang terbawah sampai ke Dinas Kesehatan Kota sangatlah penting, karena informasi yang telah usang tidak mempunyai nilai lagi, maka sebaiknya informasi yang dihasilkan harus tepat waktu. Permasalahan yang terjadi di Puskesmas Terjun paling sering terjadi keterlambatan dalam pengiriman laporan bulanan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) oleh petugas puskesmas, yang seharusnya pengiriman laporan bulanan dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, kesulitan dalam pelaksanaan SP2TP diantaranya kurangnya/minimnya tenaga kerja (SDM), pencatatan masih dilakukan secara manual (belum Analisis Sistem Pencatatan…, Dewi Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019 4 menggunakan komputerisasi), tidak adanya koordinasi antara pengelola pelaporan dengan petugas program di Puskesmas Terjun tentang waktu yang ditetapkan dalam pengiriman laporan SP2TP, belum tersedianya buku pedoman tentang SP2TP dan belum terlaksananya pelatihan untuk mengolah data SP2TP dan pelatihan komputer bagi koordinator SP2TP dan petugas program di Puskesmas Terjun (Lubis, 2017). Penelitian sebelumnya oleh Suryani (2013) SP2TP di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa pencatatan pada laporan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) semua puskesmas di Kabupaten Dompu dalam pekerjaanya masih bersifat manual, pelaporan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) masih belum lengkap karena tidak ada koordinasi, tidak ada buku petunjuk, sulitnya transportasi, mati lampu (listrik), tidak ada honor khusus, masih ada masalah belum lengkap dan belum tepat waktu dalam pelaporannya. Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman laporan KIA dari puskesmas ke dinas kesehatan Kota Surakarta adalah faktor petugas (beban kerja dan motivasi petugas), kebijakan pimpinan dan fasilitas kerja (Putranti, 2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan pelaporan SP2TP dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan di Kabupaten Simeulue adalah lama tugas, lama menangani KLB, dan frekuensi pelatihan (Rosnindar, 2013). Analisis Sistem Pencatatan…, Dewi Wulandari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
no reviews yet
Please Login to review.