154x Filetype PDF File size 0.39 MB Source: media.neliti.com
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 07/02 Desember 2019. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184 http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v7n2.p104--122 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM DENGAN TAKSONOMI BLOOM PADA MATA KULIAH SISTEM POLITIK INDONESIA The development of flipped learning model with Bloom’s Taxonomy in teaching the Indonesian Political System course Ratna Farida1, Amru Alba2, Rudi Kurniawan3, Zamzami Zainuddin4 1234 Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Nasional Jl. Merdeka Barat No. 01 Kutablang, – Lhokseumawe, 24352. 1 2 3 Pos-el: ratnafarida9@gmail.com , amrualba.stia@yahoo.com , krudi7621@gmail.com , zamzami.hku@gmail.com4 INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT: Riwayat Artikel Traditional learning instruction puts students in a passive Diterima : 3 Juni 2019 learning role such as listening to lectures in the classroom. One Direvisi : 13 Juli 2019 of the contemporary innovative instructional approaches is the 7 September 2019 Disetujui : "flipped classroom", which employs pre-class video-recorded lectures and critical in-class discussion. This instruction leads (diisi editor) students to remember and understand the pre-class content or Keywords: access videos before attending the class. In this study, we Flipped classroom, Blooms’ proposed the flipped learning model design in which relevant to Taxonomy, 21st century the Indonesian Political Systems course. This preliminary study learning model, Indonesian employed Research-Based Design as a methodological approach Political System in collecting rigorous information from two experts in the field of educational technology and pedagogy. The study was Kata kunci: conducted within several phases, namely: planning, designing, Flipped classroom, formative evaluation, revision, redesign, and summative Taksonomi Bloom, Model evaluation. The finding of this study reveals that two activities pembelajaran abad 21, Sistem Politik Indonesia are recommended to be applied for students before class (lower- order thinking skills) and the other four activities are practiced in the classroom (higher-order thinking skills). This study can be summarized that the employment of flipped-class instruction may potentially lead to independent learning and critical thinking skills. Besides, this study also becomes a recommendation for the Ministry of Research, Technology, and K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 104 – 122. 104 Higher Education (Ristekdikti) to consider the flipped classroom as a contemporary teaching-learning conception in Indonesia. ABSTRAK: Pembelajaran dengan metode konvensional seperti mendengarkan ceramah di kelas cenderung membuat peserta didik menjadi pasif dan akhirnya membuat kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak menyenangkan dan membosankan. Salah satu model pembelajaran inovatif terbaru berbasis video pembelajaran dan diyakini dapat menjadi solusi untuk masalah ini adalah flipped classroom. Model pembelajaran ini akan menuntun peserta didik untuk belajar secara mandiri melalui video pembelajaran sebelum datang ke kelas, sedangkan kegiatan di kelas lebih difokuskan pada aktivitas diskusi dan tanya-jawab. Oleh karena demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendesain model pembelajaran flipped classroom atau kelas terbalik untuk diterapkan pada sebuah perguruan tinggi dengan mata kuliah Sistem Politik Indonesia. Studi sederhana ini menggunakan pendekatan Desain Berbasis Penelitian (Design-Based Research). Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: perencanaan, perancangan, evaluasi formatif, revisi, desain ulang, dan evaluasi sumatif oleh dua orang pakar. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran flipped classroom bisa diimplementasikan dalam enam tahapan kegiatan; dua kegiatan sebelum datang ke kelas (lower-order thinking skills) dan empat kegiatan di dalam kelas (higher-order thinking skills). Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inovatif flipped classroom berpotensi untuk diterapkan dalam kegiatan belajar- mengajar di perguruan tinggi, bertujuan untuk membangun budaya belajar mandiri dan berfikir kritis mahasiswa. Studi ini juga diharapkan bisa menjadi masukan bagi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) atau pembuat kebijakan untuk merekomendasikan flipped classroom sebagai model pembelajaran kontemporer pada institusi pendidikan tinggi Indonesia. K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 104 – 122. 105 PENDAHULUAN mengakses berbagai sumber belajar Perkembangan teknologi digital dari internet secara gratis seperti saat ini telah banyak memberikan video pembelajaran di laman keuntungan bagi siapa saja dalam YouTube, Khan Academy atau berbagai mengakses berbagai informasi dan situs web (website) edukatif lainnya. terhubung tanpa lintas batas, tanpa Peserta didik dapat belajar dari terbatas oleh ruang dan waktu (Du, sumber digital ini di mana saja dan Zhang, Shelton & Hung, 2019). Dalam kapan saja (Dwiningsih, Sukarmin, dunia pendidikan saat ini, peserta Muchlis & Rahma, 2018). didik menghabiskan banyak waktu Perkembangan teknologi informasi mereka menggunakan berbagai telah mengubah gaya belajar- media teknologi seperti komputer, mengajar dari pembelajaran yang laptop, dan ponsel cerdas cenderung pasif menjadi (smartphone) untuk berinteraksi pembelajaran aktif dan dari model dengan teman, guru, dan mencari kelas tradisional ke model kelas berbagai referensi belajar dari inovatif berbasis digital (Asfar & internet. Dampak positif dari Zainuddin, 2015). Terlebih lagi, pertumbuhan teknologi ini telah penggunaan pendekatan mempengaruhi perkembangan pembelajaran tradisional yang teknologi pengajaran dalam dunia cenderung berfokus pada guru pendidikan, dan telah menggantikan sebagai pusat pengetahuan dianggap penggunaan papan dan kapur tulis sudah tidak lagi relevan dengan era dengan video pembelajaran online digital saat ini (Utomo & Wihartanti, (Collins & Halverson, 2018). Dengan 2019). adanya media digital ini, proses Pembelajaran tradisional pembelajaran tidak hanya terjadi di cenderung membuat peserta didik dalam kelas saja, tetapi juga di luar bertindak pasif dan akhirnya kelas atau di mana saja peserta didik membuat kegiatan belajar-mengajar berada dengan hanya bermodalkan menjadi membosankan seperti gawai dan akses internet (Fisher, mendengarkan ceramah panjang si 2009). Banyak sekali materi pengajar. Pengajar, baik guru pembelajaran gratis tersedia di maupun dosen, yang menggunakan berbagai situs Web untuk referensi model pembelajaran konvensional belajar. Richter dan McPherson (2012) cenderung menguasai kelas dan mengatakan bahwa di era digital saat bertindak lebih aktif dalam ini, setiap peserta didik dapat menyampaikan ceramah (Utomo & K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 104 – 122. 106 Ubaidillah, 2018). Peserta didik didik untuk belajar secara mandiri cenderung pasif mendengarkan melalui video pembelajaran sebelum ceremah pengajar dan sesekali datang ke kelas. Kegiatan di kelas bertanya atau mengangguk sebagai lebih difokuskan untuk kegiatan tanda memahami atau pura-pura diskusi, tidak lagi berpusat pada memahami. Implementasi model ceramah panjang sang pengajar belajar-mengajar yang berpusat pada (Alamri, 2019). pengajar memberikan sedikit ruang Flipped classroom atau kelas bagi peserta didik untuk berinteraksi terbalik adalah kegiatan pembelajaran dengan sesama teman dan atau seni mengajar (pedagogi) di menghambat mereka untuk berpikir mana peserta didik mempelajari kritis serta belajar secara mandiri materi pembelajaran melalui sebuah (Luo, 2019). video di rumah atau sebelum datang Sebagai solusi dari masalah- ke kelas; sedangkan kegiatan di kelas masalah ini, kegiatan belajar di kelas akan lebih banyak digunakan untuk konvensional seperti mendengarkan diskusi kelompok dan saling tanya ceramah di kelas seyogianya dapat jawab. dialihkan ke dalam bentuk video Dalam model pembelajaran kelas pembelajaran. Peserta akan didik terbalik ini, pengajar dapat merekam dapat mempelajari berbagai materi video mereka sendiri dan dari video pembelajaran tersebut di menyampaikan materi pembelajaran mana saja dan kapan saja (Tohari, dengan menggunakan berbagai Mustaji, & Bachri, 2019). Dengan aplikasi teknologi (video recorder adanya ceramah berbentuk video software) (Zainuddin & Perera, 2018). akan sangat membantu dan Video dapat diedit menggunakan mempermudah peserta didik untuk berbagai perangkat lunak. Ada mengulang materi pembelajaran berbagai aplikasi video gratis di sesuai kebutuhan mereka (Zainuddin, aplikasi Windows yang dapat Habiburrahim, Muluk, & Keumala, digunakan oleh pengajar dalam 2019). mempersiapkan video pembelajaran, Salah satu model belajar terbaru seperti Movie Moments, PowerDirector berbasis digital saat ini yang atau Movie Maker. Untuk menghemat menggunakan video pembelajaran waktu rekaman video pembelajaran, sebagai media belajar di luar kelas pengajar juga dapat menggunakan adalah flipped classroom. Model alternatif lain dengan mengadopsi pembelajaran ini menuntun peserta video dari berbagai situs web (website) K-JTP: Vol.07, No.02/Desember 2019/hal: 104 – 122. 107
no reviews yet
Please Login to review.