Authentication
396x Tipe DOCX Ukuran file 0.03 MB
LAPORAN KEGIATAN SEMINAR Tema : Menggali Nilai-nilai Luhur dari Karakter dan Perjuangan Para Pendiri Negara (Founding Father’s) Untuk Memantapkan Pembangunan Karakter Bangsa Tempat : Gedung Aula Barat ITB Waktu : Sabtu, 21 Mei 2011 Pembicara : 1. Prof. Dr. Nina Herlina Lubis., M.S. 2. Ir. Agustanzil Sjahroezah 3. Ir. Helmy Shebubakar Laporan Materi a. Peranan Sarekat Islam Dalam Kebangkitan Nasional (Prof. Dr. Nina Herlina Lubis., M.S.) Kebangkitan nasional yang diperingati setiap tanggal 20 mei ini oleh bangsa Indonesia dicetuskan pertamakali oleh Mohammad Hatta pada tahun 1948 yang dipicu oleh karena diselenggarakannya pendidikan Barat dan politik etis oleh belanda yang mana pada saat itu bagi Belanda merupakan ibarat pisau bermata dua karena mereka mendapatkan keuntungan berupa tenaga berpendidikan yang dapat dibayar murah, tetapi hal ini pula yang menimbulkan lahirnya kaum intelektual yang memiliki kesadaran nasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya Budi Oetomo sebagai gerakan baru para kaum intelektual Indonesia, yang didirikan oleh para pelajar STOVIA pada tanggal 20 Mei 1908 yang sampai saat ini dijadikan sebagai hari untuk memperingati Kebangkitan Nasional. Acuan inilah yang menjadi polemik hingga saat ini, karena tidak sedikit yang mempertanyakan momentum lahirnya Budi Oetomo yang dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Hal ini diakibatkan dari Budi Oetomo itu sendiri yang merupakan sebuah organisasi sosial budaya yang bersifat nasionalis Jawa atau mengutamakan kepentingan para Priyayi Jawa sehingga Budi Oetomo dinilai tidak merefresentatifkan seluruh wilayah Indonesia. Serta dalam perkembangannya, Budi Oetomo sendiri didomonasi oleh para Priyayi tua dan tidak terlibat dalam perpolitikan di Indonesia sehingga menimbulkan ketidakpuasan. Tidak terkecuali para tokoh yang tergabung dalam sarekat Islam yang berdiri pada tahun 1911. Sarekat Islam ini sendiri banyak disebut sebagai awal kebangkitan nasional dibandingkan Budi Oetomo, karena selain melihat latar belakang dari Sarekat Islam yang berdiri dengan cepat menghimpun anggota hingga mengalahkan anggota Budi Oetomo yang tersebar tidak hanya di wilayah Jawa saja tetapi sampai ke Sumatera dan Kalimantan. Dari segi itulah Sarekat Islam lebih dinilai merefresentatifkan Indonesia dibandingkan Budi Oetomo. Berikut Tujuan dari Sarekat Islam yaitu - Membangunkan kebangsaan mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercetak oleh Tuhan, - Menjunjung serajat yang masih rendah, - Memperbaiki nasib yang jelek Jika dilihat dari segi tujuan dari SI ini dapat terlihat jika SI ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1905 hanya namanya saja bukan Sarekat Islam tapi Sarekat Dagang Islam, karena itulah sekarang dapat dilihat peran SI dan BO sendiri dalam pergerakan nasional dan sudah tepatkah tanggal 20 Mei diajdikan sebagai hari peringatan kebangkitan nasional ataukan justru tanggal 10 september atau 11 November yang lebih tepat sebagai lahirnya Sarekat Islam. Namun jika dilihat dari segi komponen politik pada masa itu, pantaslah BO dijadikan sebagai tolak ukur dijadikannya hari kebangkitan nasional, karena Bung Hatta yang memprakarsai Kebangkitan nasional merupakan bagian dari PNI yang pada saat itu sedang mendominasi sehingga tidak heran jika BO dijadikan sebagai tonggak pergerakan nasional dan dijadikan momentum sebagai peringatan hari kebangkitan Nasional. b. Memimpin adalah Menderita : Dahulukan Amanah Daripada Hak Prinsip Berjuang Hadji Agus Salim ( Ir.Agustanzil Sjahroezah) Hadji Agus Salim merupakan salah satu tokoh Dwi tunggal bersama HOS Tjokroaminoto dalam Organisasi Sarekat Islam, karir politiknya dimulai ketika beliau masuk dalam jajaran anggota SI dan sering mendapatkan rintangan yang tidak ringan sepanjang perjalanannya didunia politik yang salah satunya adalah fitnah yang dituduhkan kepadanya oleh salah satu majalah yang menyatakan bahwa beliau adalah merupakan mata-mata dari pihak Belanda yang jelas-jelas merupakan musuh bangsa Indonesia.ntetapi hal ini dapat dilaluinya dengan berhasil membuktikannya pada pengadilan. Di Internal SI sendiri, Agus Salim juga mendapatkan rintangan terutama ketika Semaun maupun Darsono yang merupakan orang PKI masuk ke SI dan ingin memasukkan pengaruh PKI dalam SI, namun Agus Salim segera bertindak dengan mengeluarkan kedua orang itu dari SI yang kemudian setelah keluar Darsono dan Semaun Membentuk SI merah. Tokoh yang lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Kotogadang, Bukitinggi, Sumatera Barat, berpikir bahwa pemahaman mengenai politik perlu diajarkan kepada rakyat, dan partai jangan hanya memikirkan kepentingannya saja tapi juga harus memikirkan rakyatnya dan partai politik harus berperan sebagai katalisator dan pelopor pembaharuan dalam mewujudkan cita-cita dan harapan rakyat. Agus salim yang merupakan anak dari seorang Jaksa kepala pada masa Hindia Belanda, pernah mendirikan sekolah HIS di daerahnya sepulang beliau dari Jeddah dan mengajar hingga tahun 1915. Sejak tahun 1915, tokoh yang pernah sekolah ELS dan HBS ini mulai terjun dalam pergerakan politik, khusunya bergabung dalam SI memiliki peran yang cukup besar. Bahkan dalam perjalanannya, Agus Salim menjadi orang kedua dan merupakan Dwi Tunggal bersama HOS Cokroaminoto dalam memimpin SI, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang masing-masing saling melengkapi. Agus Salim dikenal sebagai tokoh intelektual Islam yang luas pengetahuannya dan dalam perannya di SI, Agus Salim sangat menonjol terutama dalam merumuskan kebijakan dan stategi perjuangan organisasi. c. Menggali Nilai-nilai Luhur dari Karakter dan Perjuangan Para Pendiri Negara (Founding Father’s) Untuk Memantapkan Pembangunan Karakter Bangsa ( Ir. Helmi Shebubakar) Fenomena degradasi yang melanda kehidupan bangsa Indonesia terjadi sudah sangat mengkhawatirkan, dimana degradasi tidak hanya menyerang attitude saja tapi juga telah menyerang moral dan intelektualitas terlihat dari semakin rendahnya kesadaran melaksanakan amanah yang telah diembankan, selain itu juga budaya malu dan harga diri semakin menipis begitu pula rasa nasionalisme dan penghayatan kepada kebhinekaan dikalangan generasi muda sangat tipis, yang terjadi tidak hanya generasi muda tetapi mulai dari penyelenggara negara, wkil-wakil rakyat, aparat penegak hukum. Oleh karena itulah penting bagi kita untuk berkaca kepada sejarah masa lalu khususnya mengenai nilai-nilai kejuangan para pendiri negara kita karena banyak sekali nilai-nilai luhur yang berasal dari prinsip-prinsip hidup dan keteguhan pribadi mereka yang gemilang bahkan melampaui zamannya. Di indonesia sendiri sebenarnya memiliki tokoh-tokoh yang patut dijadikan panutanseperti H. Agus Salim, Soekarno, Moh.Hatta, Syahrir dan masih banyak lagi sederetan nama tokoh-tokoh. Adapun lima aspek penting untuk menjadi suri tauladan dalam memantapkan pembangunan karakter bangsa yaitu : - Kekuatan dan kapasitas intelektual yang luar biasa - Kemampuan dalam organisasi dan kepiawaian menyampaikan pendapat - Kesadaran yang tinggi dalam nasionalisme, politik dan demokrasi - Integrasi, moral dan karakter yang mengagumkan - Wawasan dan pandangan yang melampaui zamannya Dengan menemukan kembali konsep pembangunan karakter bangsa dengan berkaca kepada realita sejarah pada tokoh masa lalu dan mengambil yang lebih baik dari masa kini, sehingga terjadi dinamika proses yang berkesinambungan yang berakar dari nilai luhur dari generasi yang terdahulu tetapi tetap disesuaikan dengan situasi saat ini karena pastinya setiap jaman memiliki jiwa yang berbeda.
no reviews yet
Please Login to review.