167x Filetype PDF File size 0.60 MB Source: digilib.mercubuana.ac.id
Prosiding Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis ke-48 Universitas Negeri Yogyakarta PENGEMBANGAN CAMPUS BASED CIVIC EDUCATION DI PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH Tukiran FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Abstrak Penelitian yang berjudul Pengembangan Campus Based Civic Education di Perguruan Tinggi Muhammadiyah ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi Muhammadiyah se Jawa Tengah untuk mengembangkan campus based civic education Penelitian dilaksanakan pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Jawa Tengah, mulai bulan Maret 2009 sampai Nopember 2011. Populasi penelitian seluruh dosen PKn dan mahasiswa universitas Muhammadiyah di Jawa Tengah yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Teknik pengambilan sampel dengan cara area random sampling Sebagai sampel penelitian adalah dosen PKn dan mahasiswa-mahasiswa pada perguruan tinggi : (1) Universitas Muhammadiyah Surakarta; (2) Universitas Muhammadiyah Semarang; (3) Universitas Muhammadiyah Magelang; (4) Universitas Muhammadiyah Purworejo; (5) Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Metode pengumpulan data dengan wawancara dan dokumenter. Data kualitatif dideskripsikan sehingga memiliki makna yang sistematis dan sistemik, dengan teknik reduksi data, display data dan konklusi. Hasil penelitian bahwa untuk mengembangkan campus based civic education antara lain diperlukan adanya: (1) upaya menciptakan suasana kampus yang demokratis baik dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikulum; (2) menyelenggarakan perkuliahan yang berorientasi pada mahasiswa (3) mahasiswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat politik kenegaraan; (4) dibentuknya kelompok-kelompok studi mahasiswa, (5) diberikannya teori dan praktek-praktek kebebasan berpendapat, kesetaraan jender, dan rasa tanggung jawab; (6) memperbanyak diskusi dengan mahasiswa tentang realita kehidupan/kasus yang nyata, kemudian bagaimana upaya untuk memecahkan masalah tersebut; (7) memperbanyak lembaga- lembaga kemahasiswaan dan melatih mahasiswa untuk taat pada peraturan kampus yang sudah ada; (8) pada kegiatan tri dharma perguruan tinggi, baik pada pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dosen diharapkan melibatkan mahasiswa dalam segala kegiatan; (9) kampus harus memberikan ruang gerak kepada mahasiswa guna berkembangnya potensi yang dimiliki mahasiswa; (10) memperbanyak metode diskusi kelompok maupun kelas dalam proses pembelajaran (11) sejak awal masuk pergurun tinggi mahasiswa hendaknya sudah diperkenalkan dengan nilai-nilai demokrasi. Kata kunci : campus based civic education, PKn, PTM. Pendahuluan Kegagalan dalam usaha sosialisasi dan diseminasi demokrasi, apalagi untuk pembentukan cara berpikir (world view) dan perilaku demokrasi di lingkungan pendidik dan masyarakat sekolah/universitas umumnya besumber dari tiga hal. Pertama, secara subtantif, PKn, Pancasila dan Kewiraan tidak secara terencana dan terarah mencakup materi dan pembahasan yang lebih terfokus pada pendidikan demokrasi dan kewarganegaraan. Materi-materi yang ada umumnya terpusat pada pembahasan yang idealistik, legalistik, dan normatif, Kedua, kalaupun materi-materi yang ada pada dasarnya potensial bagi Pendidikan Demokrasi dan PKn, potensi itu tidak berkembang, karena pendekatan dan pembelajarannya bersifat indoktrinatif, regimentatif, monologis dan tidak partisipatif. Ketiga, ketiga subjek itu lebih teoritis daripada praktis. Akibatnya 15 Prosiding Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis ke-48 Universitas Negeri Yogyakarta terdapat diskrepansi yang jelas diantara teori dan wacana 45 yang dibahas dengan realitas sosial politik yang ada. Bahkan pada tingkat sekolah/universitas sekalipun, diskrepansi itu sering pula terlihat dalam bentuk otoritanisme bahkan feodalisme orang-orang sekolah dan universitas itu sendiri. Akibatnya bisa dipahami, kalau sekolah/universitas gagal untuk membawa peserta didik untuk “mengalami demokrasi”(Azra,2003:10). Terjadinya kegagalan seperti disebutkan di atas, kiranya sudah sangat mendesak diadakannya perubahan paradigma dalam PKn yang dikembangkan pada lembaga pendidikan. Di samping perubahan paradigma dalam bidang materi, tidak kalah pentingnya perubahan dalam bidang paradigma metodologis. Apabila perubahan pada paradigma yang pertama diarahkan secara sistematis pada pengembangan wacana demokrasi yang berkeadaban dalam dinamika perubahan sosial yang berkembang, maka perubahan paradigma metodologis diarahkan untuk mengem- bangkan daya nalar peserta didik dalam kelas-kelas yang partisipatif. Setelah digulirkannya reformasi, bangsa kita saat ini setidaknya menghadapi delapan fenomena patologi sosial yang tersisa dari proses transisi, yaitu (1) hancurnya nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat; (2) memudarnya kehidupan kewargaan dan nilai-nilai komunitas; (3) kemerosotan nilai-nilai toleransi dalam masyarakat; (4) memudarnya nilai-nilai kejujuran, kesopanan, dan rasa tolong-menolong; (5) melemahnya nilai-nilai dalam keluarga; (6) praktek korupsi, kolusi, nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan; (7) kerusakan sistem dan kehidupan ekonomi; dan (8) pelanggaran terhadap nilai-nilai kebangsaan ( Cipto et al, 2002:ii-v). Berdasarkan hasil-hasil penelitian di beberapa negara menyimpulkan, bahwa secara umum pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di beberapa negara mengarahkan warga bangsa itu untuk mendalami kembali nilai-nilai dasar, sejarah, dan masa depan bangsa bersangkutan sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental yang dianutnya. Oleh karenanya, apa pun bentuk pendidikan kewarganegaraan yang dikembangkan di beberapa negara, hendaknya nilai-nilai fundamental dari masyarakat itu perlu dikembangkan sesuai dengan dinamika perubahan sosial, agar nilai-nilai fundamental tersebut menemukan relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemecahan problem suatu masyarakat ( Chamim et al, 2003 : xxxvii). Berdasarkan hasil-hasil penelitian di beberapa negara di atas, maka Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan di Indonesia seharusnya juga mampu menemukan kembali relevansi nilai-nilai fundamental masyarakat dengan dinamika sosial yang berubah secara cepat. Dalam konteks Indonesia, sesungguhnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menurut Chamim et al (2003: xxxiv), lebih progresif dalam pengembangan civic education, karena mereka sudah cukup lama melakukan upaya pengembangan civic education dengan menggunakan separated approach melalui mata pelajaran atau matakuliah khusus, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Matakuliah Dasar Umum (MKDU) Pancasila dan Kewiraan, bahkan Penataran P4. Perguruan tinggi dari perspektif politik merupakan suatu lembaga yang di harapkan sebagai media rekruitmen, seleksi, dan pendidikan warga bangsa untuk memasuki kelompok elit politik. Cepat atau lambat elit politik masyarakat dan politisi Indonesia akan merupakan lulusan lembaga tinggi. Dalam tindakan yang rasional tersebut diharapkan keputusan yang diambil akan mendatangkan keuntungan tidak saja bagi diri dan keluarga tapi juga seluruh masyarakat dan bangsa. Dengan kalimat singkat, PKn di perguruan tinggi harus mampu menghasilkan mahasiswa 16 Prosiding Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis ke-48 Universitas Negeri Yogyakarta yang berpikir kritis dan bertindak demokratis. Menjadi bangsa yang “mudah dipimpin tetapi sulit untuk dikendalikan, mudah diperintah tetapi juga sulit untuk diperbudak “ (Zamroni, 2003 :10). Berdasarkan uraian di atas, permasalahan secara umum pada penelitian ini adalah bagaimanakah upaya untuk mengembangkan campus based civic education di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jawa Tengah yang tepat. Sedangkan perumusan masalah secara khusus adalah : 1. Apa yang diupayakan oleh perguruan tinggi Muhammadiyah untuk menegakkan tiga pilar yang meliputi anti kekerasan, konstitusional, dan memberikan sesuatu yang riil bagi kemajuan masyarakat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan ketiga pilar tersebut di perguruan Tinggi Muhammadiyah? 3. Bagaimana perwujudan dan dampaknya terhadap kehidupan di kampus? 4. Bagaimanakah praktek pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kampus perguruan tinggi Muhammadiyah? 5. Bagaimanakah pelaksnaan kegiatan kuliah kerja nyata, pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka mewujudkan campus based civic education? 6. Bagaimanakah penyebaran nilai-nilai kewarganegaraan melalui kegiatan kemahasiswaan di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah, seperti pengembangan model student goverment dan penguatan etos kewirausahaan (enterpreneurship) Dalam konteks Muhammadiyah yang sudah lama menekuni dunia pendidikn melalui jaringan nasional yang dimilikinya, penyemaian nilai-nilai demokrasi dan civic values melalui dunia pendidikan menjadi sebuah keniscayaan, karena Muhammadiyah merupakan salah satu elemen civil society organizations (CSOs) yang cukup besar di Indonesia. Dalam kaitannya dengan hal itu, Perguruan Tinggi Muhammadiyah memegang peran yang cukup signifikan dalam mendorong demokratisasi dalam perwujudan masyarakat madadni melalui sistem pendidikan yang dikelolanya. Agar Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) di perguruan tinggi lebih menemukan titik relevansi dengan kebutuhan demokrasi dan perubahan social, terutama di era menuju demokrasi dewasa ini, maka yang diperlukan adalah Campus Based Civic Education (Diktilitbang PP Muhammadiyah, 2003:x). Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis yang diupayakan oleh perguruan tinggi Muhammadiyah untuk menegakkan tiga pilar yang meliputi anti kekerasan, konstitusional, dan memberikan sesuatu yang riil bagi kemajuan masyarakat. 2. Mengetahui pelaksanaan ketiga pilar yang meliputi anti kekerasan, konstitusional, dan memberikan sesuatu yang riil bagi kemajuan masyarakat. 3. Mengetahui perwujudan dan dampaknya terhadap kehidupan di kampus perguruan tinggi Muhammadiyah. 4. Menganalisis praktek pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kampus perguruan tinggi Muhammadiyah. 5. Mengetahui pelaksnaan kegiatan kuliah kerja nyata, pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka mewujudkan campus based civic education. 17 Prosiding Seminar Nasional dalam rangka Dies Natalis ke-48 Universitas Negeri Yogyakarta 6. Mengetahui penyebaran nilai-nilai kewarganegaraan melalui kegiatan kemahasiswaan di lingkungan perguruan tinggi Muhammadiyah, seperti pengembangan model student goverment dan penguatan etos kewirausahaan (enterpreneurship). Metode Penelitian Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kombinasi kuantitatif dan kualitatif Metode penelitian yang digunakan adalah survey, pada mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Jawa Tengah, yang meliputi proses pembelajaran PKn, pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan mahasiswa, pengembangan kampus sebagai laboratorium demokrasi dan penegembangan campus based civic education. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakasanakan pada Perguruan tingi Muhammadiyah di Jawa Tengah. Dipilihnya wilayah Jawa Tengah, karena di Jawa Tengah terdapat Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang cukup banyak dan representatif, yakni terdapat 14 perguruan tingi Muhammadiyah. Di samping itu pada saat ini Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengembangkan Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan di seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah se- Indonesia. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hibah kompetensi yang berlangsung selama 3 tahun, yang dilaksanakan pada Maret 2009 sampai dengan Nopember 2011. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa universitas Muhammadiyah di Jawa Tengah yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada tahun akademik 2010- 2011, yang terdiri dari 14 perguruan tinggi Muhammadiyah di Jawa tengah. Teknik penegembilan sampel dilaksanakan dengan cara kuota area random sampling. Dari 14 perguruan tinggi Muhammadiyah di Jawa Tengah diambil empat perguruan tinggi Muhammadiyah sebagai sampel berdasarkan area, yaitu berdasarkan eks karesidenan, yaitu Karesidenan Surakarta, Kedu, Semarang dan Banyumas. Sehingga sebagai sampel epenelitian adalah seluruh dosen PKn dan mahasiswa yang mengontrak mata kuliah PKn pada tahun akademik 2010- 2011, yang meliputi perguruan tinggi: (1) Universitas Muhammadiyah Surakarta; (2) Universitas Muhammadiyah Semarang; Universitas Muhammadiyah Purworejo; (4) Universitas Muhammadiyah Magelang; dan (5) Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Sebagai informan pada penelitian ini, di samping dosen-dosen PKn ke-14 Perguruan Tinggi Muhammadiyah di jawa Tengah, juga beberapa Rektor dan Pembenatu Rektor III di PTM. Dipilihnya Rektor, karena yang paling bertanggung jawab dan paling mengetahui tentang PTM yang dekelolanya. Sedangkan PR III yang membidangi kemahasiswaan, sehingga yang paling tahu tentang mahasiswa di PTM di mana ia bertugas. 18
no reviews yet
Please Login to review.