Authentication
DIES NATALIS 2008 UNIVERSITAS UDAYANA TAKI-TAKINING SEWAKA GUNA WIDYA MODEL PENANGGULANGAN FLU BURUNG BERBASIS HASIL PENELITIAN YANG BERKELANJUTAN I G N Mahardika, I N Suartha, I G A A Suartini, I M S Antara, I M Sukada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar Pendahuluan Penyakit flu burung (bird flu), yaitu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Avian Influenza (VAI) yang sangat patogen (highly pathogenic avian influenza virus/HPAI), subtipe H5N1 telah menyebabkan sampar ayam (fowl plague) pada unggas di Indonesia, termasuk Bali, sejak pertengahan 2003. Penyakit tersebut baru diumumkan secara resmi pada awal tahun 2004. Ratusan ribu ayam dan itik telah dimusnahkan untuk menghentikan laju penyebarannya. Wabah itu juga merupakan tanda peringatan ancaman pandemi. Virus Influenza H5N1 terbukti menular dan fatal bagi manusia. Sampai saat tulisan ini disusun, 20 Agustus 2008, HPAI H5N1 telah dikonfirmasi di Indonesia dengan 135 kasus dan 110 kematian (WHO, 2008). Dari jumlah tersebut, dua kasus telah dikonfirmasi di Bali, keduanya meninggal. Sebagian besar kasus (79%) mempunyai sejarah kontak dengan unggas sakit, baik kontak langsung maupun kontak tak langsung (Kandun et al. 2008). Hal serupa terjadi di negara lain (Chotpitayasunondh dkk. 2005; Ungchusak et al. 2005; Apisarnthanarak et al. 2004; Tran et al. 2004). Dengan demikian, penularan dari unggas ke manusia sudah terbukti dengan meyakinkan, walaupun mekanisme penularan belum diketahui dengan pasti. Menyikapi perkembangan tersebut, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana telah dan sedang melakukan kajian-kajian ilmiah tentang virus flu burung sejak 2004 sampai sekarang. Dari kajian-kajian itu, beberapa model penanggulangan flu burung telah dan sedang dicobakan. Beberapa hasil kajian itu disampaikan pada makalah ini. Hasil-Hasil Penelitian Virus AI subtype H5 telah diidentifikasi di Laboratorium Virologi FKH Unud dari kasus ayam kampung di Denpasar tahun 2004 (Mahardika et al. 2004). Saat itu, teknik identifikasi yang tersedia hanya isolasi virus pada telur ayam bertunas (TAB) dan uji hambatan hemaglutinasi (hemaglutination inhibition/HI). Uji tersebut memang merupakan uji influenza baku yang paling sensitive (gold standard) yang paling sederhana (WHO 2002; OIE 2004). Isolat virus itu kini telah dikarakterisasi secara molekuler dan fragmen gen HA dan NA-nya telah diregistrasi di GeneBank (Mahardika dan Tim Kajian AI FKH Unud 2005; 2006; Mahardika 2006; 2008). Paper untuk publikasi internasional sudah dikirimkan ke jurnal internasional (Mahardika et al. submitted for publication). Survai dinamika VAI subtype H5N1 telah dilakukan di Bali, NTB, dan NTT tahun 2005- 2006 (Mahardika dan Tim Kajian AI FKH Unud 2005; 2006; Mahardika 2006; 2008). Di Bali, sampel serum dan usap kloaka dan faring unggas, burung liar, babi, anjing, kucing, dan monyet telah dikumpulkan. Hasilnya antara lain (1) antibody anti VAI H5 dan virus AI H5N1 telah dideteksi ayam kampung, ayam ras, itik, angsa, entok, babi, anjing, dan kucing; (2) prevalensi antibody dan virus H5N1 pada unggas air (itik, angsa, dan entok) lebih tinggi dibandingkan dengan ayam kampung. Hasil ini membuktikan peran unggas air dalam transmisi yang tak kasat mata (silent transmission). (3) Fragmen gen yang paling penting, yaitu HA, dari 12 isolat FKH UNUD telah disekuensing dan diregistrasi di GeneBank dan menunjukkan keragaman genetik dan semuanya mengelompok dalam tiga kelompok virus yang khas virus Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa virus yang bersirkulasi di Bali serupa dengan virus yang bersirkulasi di Jawa, seperti yang dilaporkan oleh Smith et al. (2006). Tiga diantaranya sedang disiapkan dan dikaji sebagai kandidat bibit vaksin polyvalent yang dapat diaplikasikan untuk penggunaan di seluruh Indonesia; (4) Semua virus yang dipelajari menunjukkan penanda molekuler (molecular marker) ‘RERRRKKR’ yang khas sebagai virus ganas; beberapa Pertemuan ilmiah, 3 - 6 September 2008 1 DIES NATALIS 2008 UNIVERSITAS UDAYANA TAKI-TAKINING SEWAKA GUNA WIDYA menunjukkan varian ‘RESRRKKR’. Varian ini merupakan penanda khas dari virus yang diisolasi dari kasus manusia di Indonesia. 1.49% 1.53% 1.02% 0.28% 1.25% 0.46% 2.24% 0.25% 0.55% Gambar 1. Citra Satelit Pulau Bali dan Sebaran Prevalensi VAI H5 Tahun 2006. Garis tebal menunjukkan kabupaten dimana VAI subtype H5N1 dapat dikonfirmasi. Dari kegiatan survey tahun 2005 dan 2006, aktivitas VAI H5N1 dapat dipetakan di seluruh Bali, seperti ditampilkan pada Gambar 1. Dari hasil survey tersebut, ‘hotspot’ aktivitas virus tahun 2005 dan 2006 adalah di Jembrana, Buleleng, dan Klungkung. Dari penanda molekuler protein HA, yaitu kemiripan virus yang diisolasi dari hewan dengan virus H5N1 manusia di Pulau Jawa, hasil penelitian itu dapat memprediksi bahwa kasus manusia yang pertama di Bali kemungkinan akan terjadi di ketiga ‘hotspot’ tersebut. Disamping itu, virus yang dikonfirmasi pada manusia dapat berasal dari luar Bali atau berevolusi dari virus yang sudah bersirkulasi di propinsi ini. Pertemuan ilmiah, 3 - 6 September 2008 2 DIES NATALIS 2008 UNIVERSITAS UDAYANA TAKI-TAKINING SEWAKA GUNA WIDYA Gambar 2. Analsis hubungan genetik gen HA VAI subtype H5N1 yang diisolasi di Bali tahun 2005 dan 2006 (tanda panah) dengan VAI isolat unggas dari daerah lain di Indonesia dan beberapa isolat manusia (berlabel CDC). Dari aktivitas rutin Laboratorium Biomedik FKH, VAI subtype H5N1 juga telah dapat dikonfirmasi dari kasus babi yang sakit tahun 2006 (Mahardika et al. in prep). Dari kajian itu tampak bahwa virus itu tidak menyebar antar babi, karena semua hewan yang kontak ditemukan negatif, sedangkan analisis molekuler menunjukkan bahwa virus dari kedua kasus tersebut berkerabat dekat satu sama lainnya dan merupakan virus unggas yang khas virus Indonesia. Virus dari kedua kasus itu juga dianalisis dan ditampilkan pada Gambar 2. Virus yang lain juga dapat diisolasi dari kasus unggas sakit di Denpasar, Dawan, dan Nusa Penida bersamaan dengan kejadian kasus flu burung pada manusia di Bali, tahun 2007. Virus-virus tersebut juga sudah dianalisis dengan bantuan Pemda Klungkung. Kumpulan informasi genetik VAI H5N1 di Bali merupakan database yang sangat berharga dalam menganalisis perkembangan kasus flu burung baik pada hewan maupun manusia. Database tersebut merupakan panduan untuk mendeteksi signal epidemiologi dan virologi molekuler jika pandemi akan segera terjadi. Karena itu, aktivitas surveilans aktif maupun pasif untuk mendeteksi virus dari kasus baru dan menganalisis secara molekuler perlu terus dilakukan. Penelitian tentang sifat-sifat virus juga telah dilakukan. Tiga kandidat bibit vaksin yang sedang dikembangkan ternyata mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda pada telur ayam bertunas. Hasil penelitian dimaksud ditampilkan pada Gambar 3. Hasil tersebut menjadi pertimbangan penting dalam perbanyakan virus bibit vaksin. Beberapa sifat virus yang lain yang telah diteliti dan dapat dijadikan pengetahuan praktis bagi masyarakat maupun kalangan peneliti adalah daya tahan pada panas, kaporit, dan keasaman. Penelitian dimaksud menunjukkan bahwa virus AI baru akan inaktif atau mati pada o pemanasan 90 C selama 1 menit, konsentrasi kaporit 4 ppm, dan keasaam dengan pH yang lebih rendah dari 4.0. Hasil ini mempunyai implikasi kepada masyarakat, bahwa daging dan telur unggas harus dimasak sampai matang, penggunaan kaporit sebagai desinfektan dalam konsentrasi yang tinggi dan bahan asam kuat. Pertemuan ilmiah, 3 - 6 September 2008 3 DIES NATALIS 2008 UNIVERSITAS UDAYANA TAKI-TAKINING SEWAKA GUNA WIDYA Gambar 3 Pola Pertumbuhan Tiga Isolat Virus AI H5N1 yang Diajukan Sebagai Bibit Vaksin AI3G pada Telur Ayam Bertunas. Ketiga Virus itu adalah V1: A/Chicken/Denpasar/UNUD-01/2004 (H5N1); AK: A/Chicken/Kelungkung/UNUD-12/2006 (H5N1); dan AT: A/Chicken/Jembrana/UNUD 17/2006 (H5N1). Telur ayam bertunas berumur 10 hari diinokulasi pada ruang alantois dengan multiple of infection (MoI) rendah. Deteksi virus dengan uji HA (atas) dan PCR (bawah) dilakukan pada alantois (AL), membrane-korioalantois (CM) dan embryo (EM). Penelitian molekuler yang rumit juga sedang dilakukan untuk mengetahui apakah faktor adaptasi spesies suatu virus influenza, sehingga dapat menginfeksi mamalia termasuk manusia terdapat pada gen polymerase kompleks. Penelitian ini dilakukan oleh staf dosen FKH untuk disertasi di UGM Yogyakarta. Hasil yang telah dipublikasikan menunjukkan bahwa gen PB2 mempunyai daerah non-coding region sekitar 42 basa saja (Kencana et al. 2008). Homologi daerah non-coding pada semua isolat yang telah dianalisis adalah 100%. Yang menarik adalah daerah amino-terminus gen PB2, yang sangat stabil pada semua isolat asal unggas, akan tetapi tidak pada isolat VAI H5N1 asal babi (Kencana et al. 2008). Dengan demikian, bagian amino terminus gen tersebut kemungkinan mempangaruhi adaptasi pada spesies tertentu. Dari survey tahun 2006 (Mahardika dan Tim Kajian AI FKH Unud 2006) menunjukkan bahwa proporsi kecamatan tertular di Bali meningkat dari 58,5% tahun 2005 menjadi 85.4% tahun 2006. Sedangkan proporsi desa tertular di Bali meningkat dengan laju insiden desa tertular sebesar 14% per tahun. Faktor risiko yang berpengaruh pada tingginya kasus serologi positif dan/atau isolasi virus positif adalah pemeliharaan ternak campuran babi – unggas, jenis lantai kandang, dan sumber air. Penelitian khusus tentang faktor risiko kejadian flu burung di suatu banjar atau dusun di Kabupaten Klungkung (Temaja et al. 2008) menunjukkan bahwa faktor risiko yang banyak berpengaruh terhadap terjakitnya wabah AI di dusun tertular adalah perayaan hari suci keagamaan (odd ratio 2.401) dan pelaksanaan upacara adat (odd ratio 3.229). Sedangkan faktor-faktor yang secara statistik berbeda dengan signifikan pada kedua macam dusun tersebut adalah (1) asal unggas untuk konsumsi, upacara, dan upacara adat dari Pertemuan ilmiah, 3 - 6 September 2008 4
no reviews yet
Please Login to review.